Dokter Tumbuhan Andalas
Indahnya Saling Berbagi Salam cinta dari Dokter M.Ali Topan (Spesialis penyakit tanaman) Hehehe....
Kamis, 29 Maret 2012
Dokter Tumbuhan Andalas: Klinik Tanaman
Dokter Tumbuhan Andalas: Klinik Tanaman: Hama Penyakit Tanaman Pisang ( Musa paradisica ) Disusun oleh M.Ali Topan 0810212085 A. Hama 1. Erionata thrax L. Seran...
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI
HAMA
DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza
sativa
L.)
by : M. Ali Topan
0810212085
- Hama-Hama Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
- Tikus (Rattus argentiventer)
Tikus
ini berwarna hitam di sepanjang tubuh, betina mempunyai 6 pasang
kelenjar susu. Kebiasaan tikus ini adalah mengerat, meskipun tanaman
padi belum berbuah, tetapi dapat rusak karena dikeret oleh tikus.
Menyerang di pesemaian, masa vegetatif, masa generatif, masa panen,
tempat penyimpanan. Tikus pandai berenang, menyelam, meloncat,
memanjat, menjatuhkan diri dari tempat tinggi, sebagai binatang
malam. Tikus betina sekali melahirkan antara 4 – 12 ekor anak.
Tanaman
padi akan mengalami kerusakan parah apabila terserang oleh
hama tikus dan menyebabkan penurunan produksi padi yang cukup besar. Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala: adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman. Pengendalian: pergiliran tanaman, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan pestisida dengan tepat, intensif dan teratur, memberikan umpan beracun seperti seng fosfat yang dicampur dengan jagung atau
beras.
hama tikus dan menyebabkan penurunan produksi padi yang cukup besar. Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala: adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman. Pengendalian: pergiliran tanaman, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan pestisida dengan tepat, intensif dan teratur, memberikan umpan beracun seperti seng fosfat yang dicampur dengan jagung atau
beras.
- Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
Ordo
Lepidoptera, famili Noctuide. Ulat berwarna hitam, pupa berwarna
cokelat kehitaman dan imago berwarna abu-abu, sayapnya cokelat. Imago
betina selama hidupnya mampu bertelur hingga 1800 telur. Pada siang
hari ulat bersembunyi di dalam tanah dan aktif menyerang tanaman pada
sore dan malam hari.
Pengendalian ulat ini diarahkan pada cara bercocok tanam yang lebih baik seperti pengolahan tanah yang intensif sehingga mampu menekan kehidupan larva dan pupa.
Pengendalian ulat ini diarahkan pada cara bercocok tanam yang lebih baik seperti pengolahan tanah yang intensif sehingga mampu menekan kehidupan larva dan pupa.
- Ulat grayak (Spodoptera mauritia, S.Litura, S.Exigua, S.Exempta)
Termasuk
Ordo Lepidoptera, famili Noctuidae. Ulat grayak sering disebut dengan
ulat tentara (army worm). Telur berkelompok hingga 400 butir dan
ditutup dengan lapisan lilin berwarna cokelat keabu-abuan. Setiap
imago betina mampu produksi telur hingga 1500 butir. Larva berwarna
hijau dengan garis putih di sepanjang tubuhnya. Semakin dewasa garis
berubah menjadi cokelat kehitaman. Pupa berwarna cokelat kehitaman
dan berada didalam tanah. Perkembangan telur hingga menjadi ngengat
selama satu bulan.
Pengendalian
dilakukan dengan pengolahan tanah yang baik, irigasi yang baik,
membersihkan gulma disekitar tanaman. Penggunaan insektisida berupa
insektisida sistemik atau insektisida racun perut.
- Penggerek batang padi
- Penggerek batang padi bergaris
a. Chilo supressalis
Chilo
supressalis disebut
pengerek batang padi bergaris karena ulatnya memiliki dua garis
memanjang. Hama ini juga tidak terlalu mengakibatkan kerusakan yang
berarti pada tanaman padi. Larva berwarna abu-abu, kepala kuning,
garis ungu disepanjang tubuh, ngengat berwarna seperti jerami.
b.
Chilo
polychrysus
Chilo
polychrysus disebut
pengerek batang padi berkepala hitam karena ngengatnya berkepala
hitam. Dan hama ini juga tidak menimbulkan kerusakan yang berarti
pada tanaman padi. Larva berwarna putih dan terdapat lima garis
abu-abu – ungu disepanjang tubuhnya. Ngengat berwarna keperakan
pada seyapnya, ngenget betina mapu bertelur hingga 200 telur.
- Penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas)
Larva berwarna
kuning, ngengat betina berwarna kuning dan ngengat jantan berwarna
cokelat abu-abu dengan ukuran lebih kecil dari betina. Scirpopaga
incertulas atau
disebut juga Tryporyza
incertulas
dkenal sebagai pengerek batang padi kuning karena ngegatnya berwarna
kuning kecoklatan. Ciri lain dari ngegat ini adalah titik hitam
dibagian belakang sayap depannya. Pada ngegat betina titik hitam ini
lebih besar dan lebih jelas disbanding dengan titik hitam yang ada
pada ngegat jantan. Dahulu hama ini dikenal sebagai hama yang ada
pada pengairan yang baik dimana ngegat tidak mengalami masa puasa.
Namun demikian kini hama ini justru menyebar di daerah yang menanam
padi dua kali setahun.
- Penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata)
Tryporyza
innotata dinamakan
pengerek batang padi putih karena ngegatnya berwarna putih. Dahulu
hama ini dikenal hama yang menghuni hamparan sawah tadah hujan. Hama
ini dominan didaerah tadah hujan karena ham aini mampu berpuasa 3
sampai 6 bulan pada saat tanah sedang kering dan tidak ada tanaman
padi. Namun demikian hama ini justru lebih banyak ditemukan didaerah
berpengairan teknisseperti di jalur pantura (pantai utara jawa).
Perubahan prilaku ini diduga merupakan akibat dari pembangunan
saluran irigasi dan pengaruh pestisida yang digunakan secara terus
menerus.
- Lalat bibit (Atherigona exigua, A. Oryzae)
Lalat
bibit meletakkan telur pada pelepah daun padi pada senja hari. Telur
menetas setelah dua hari dan larva merusak titik tumbuh. Pupa
berwarna kuning kecoklatan terletak di dalam tanah. Setelah keluar
dari pupa selama 1 minggu menjadi imago yang siap kawin. Hama ini
menyerang terutama pada kondisi kelembaban udara tinggi.
Pengendaliannya diutamakan pada penanaman varitas yang tahan.
- Anjing tanah (Gryllotalpa hirsuta atau Gryllotalpa africana)
Anjing
tanah juga disebut orong-orong hidup dibawah tanah yang lembab dengan
membuat terowongan. Hama ini juga memakan hewan-hewan kecil
(predator), tetapi tingkat kerusakan tanaman lebih besar dari pada
manfaatnya sebagai predator. Nimfa muda memakan humus dan akar
tanaman, imago betina sayapnya berkembang setengah, yang jantan dapat
mengerik di senja hari. Pengendaliannya diarahkan pada pengolahan
tanah yang baik agar terowongan rusak.
- Uret (Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri)
Uret
adalah larva serangga berordo Coleoptera famili Melolonthidae, uret
yang merusak tanaman padi terdiri dari spesies Exopholis hypoleuca,
Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri.
Perkembangan hidup ketiga uret tersebut sama yaitu dari telur –
larva (uret) – pupa – imago (kumbang). Kumbang hanya makan
sedikit daun-daunan dan tidak begitu merusak dibanding uretnya.
Pengendalian diarahkan pada sistem bercocok tanam yang baik agar
vigor tanaman baik.
- Kutu akar padi (Tetraneura nigriabdominalis)
Kutu
akar padi berwarna kuning dengan kaki hitam, kutu bergerombol pada
akar padi atau pangkal batang padi menghisap cairan tanaman.
- Ganjur (Orseolia oryzae)
Hama
ganjur sejenis lalat ordo Diptera. Ngengat betina hanya kawin satu
kali seumur hidupnya, bertelur antara 100-250 telur. Telur berwarna
coklat kemerahan dan menetas setelah 3 hari. Larva makan jaringan
tanaman diantara lipatan daun padi, pertumbuhan daun padi jadi tidak
normal. Pucuk tanaman menjadi kering dan mudah dicabut. Masa larva
selama 6 – 12 hari. Siklus hidup keseluruhan 19 – 26 hari.
Pengendalian
diarahkan pada penanaman varietas yang resisten, penggenangan areal
pertanaman sesudah panen agar pupanya mati. Parasit Platygaster
oryzae
(Hymenoptera,
Scelionidae),
penggunaan insektisida tidak dianjurkan karena tidak efisien.
- Pengorok daun
Pengorok
daun memakan jaringan daun yang terdapat di antara epidermis atas dan
bawah daun, seperti membuat terowongan. Pengorok daun atau hama
putih
(Nymphola
depunctalis)
dan hama
putih palsu
(Cnaphalocrosis
medinalis)
Pengorok
daun atau hama putih (Nymphola
depunctalis)
menyerang daun padi sejak dipesemaian hingga dilapang. Daun padi yang
telah dikorok menjadi putih, tinggal kerangka daunnya saja, ngengat
berwarna putih dengan benang-benang cokelat pada bagian sayapnya
sehingga sering disebut hama putih. Ngengat betina dapat hidup 8 hari
dan menghasilkan telur kira-kira 50 telur. Larva bersifat semi
aquatik, memanfaatkan air sebagai sumber oksigen. Larva membuat
gulungan/kantung dari daun padi kemudian menjatuhkan diri ke air.
Larva berwarna hijau, perkembanga sampai menjadi pupa 14 – 20 hari.
Stadia pupa 4 – 7 hari.
Pengendalian
dengan cara meniadakan genangan air pada pesemaian sehingga larva
tidak dapat memanfaatkan air sebagai sumber oksigen. Lalat Tabanidae
dan semut Solenopsis gemitata merupakan musuh alami.
- Wereng coklat (Nilaparvata lugens)
Termasuk
ordo Homoptera, famili Delphacidae. Perkembangan hidupnya
telur–nimfa–imago. Serangga perusaknya nimfa dan imago, nimfa
mengalami 5 kali ganti kulit (5 instar). Stadia nimfa berlangsung
kira-kira 30 hari. Imago betina dapat bertelur hingga 600 telur, yang
diletakkan berjajar 5–30 telur per kelompok. Merusak
dengan cara mengisap cairan batang padi. Saat ini hama wereng paling
ditakuti oleh petani di Indonesia. Wereng ini dapat menularkan virus.
Gejala: tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman
seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil, bulir
hampa bahkan puso (gagal panen).
Pengendalian
diutamakan dengan menanam varietas yang resisten, pengaturan pola
tanam, penanaman secara serentak, rotasi tanaman secara serentak.
Pembakaran sisi tanaman dapat memutus siklus hidup wereng coklat.
- Wereng hijau(Nephotettix spp)
Termasuk
ordo Homoptera famili Jassidae (cicadellidae) Perkembangan hidupnya
telur – nimfa – imago. Imago meletakkan telurnya berkelompok
hingga 25 telur. Produksi telur dapat mencapai 200 telur. Nimfa muda
berwarna putih kemudian berangsur-angsur menjadi hijau. Wereng hijau
terutama menyerang daun tetapi tidak berarti, hanya saja wereng hijau
berperan sebagai vektor penyakit virus tungro dan penyakit mikoplasma
kerdil kuning. Merusak
dengan cara mengisap cairan daun. Gejala: di tempat bekas hisapan
akan tumbuh cendawan jelaga, daun tanaman kering dan mati. Tanaman
ada yang menjadi kerdil, bagian pucuk berwarna kuning hingga kuning
kecoklatan. Malai yang dihasilkan kecil.
Pengendalian
diutamakan dengan menanam varietas yang resisten, pengaturan pola
tanam, penanaman secara serentak, rotasi tanaman secara serentak.
Pembakaran sisi tanaman dapat memutus siklus hidup wereng coklat.
- Walang sangit(Leptocoriza oratorius)
Serangga
betina menghasilkan 100-200 telur diletakkan pada daun bendera. Nimfa
berwarna hijau berangsur-angsur menjadi coklat. Mengalami ganti kulit
5 kali. Stadia nimfa mencapai 27 hari. Imago dapat hidup hingga 115
hari.
Baik nimfa maupun imago melakukan serangan dengan cara menghisap cairan buah, menyebabkan buah jadi hampa dan berkerut, berwarna coklat dan tidak enak. Bekas tusukannya berwarna bercak putih dan lama-kelamaan menjadi coklat atau hitam karena ditumbuhi cendawan Helminthosporium. Pengendalian dengan melakukan penanaman serentak.
Baik nimfa maupun imago melakukan serangan dengan cara menghisap cairan buah, menyebabkan buah jadi hampa dan berkerut, berwarna coklat dan tidak enak. Bekas tusukannya berwarna bercak putih dan lama-kelamaan menjadi coklat atau hitam karena ditumbuhi cendawan Helminthosporium. Pengendalian dengan melakukan penanaman serentak.
- Kepik (Nezara viridula)
Kepik
menyerang buah padi tetapi kerusakan yang ditimbulkannya sangat
kecil. Menyerang
batang dan buah padi. Gejala: pada batang tanaman terdapat
bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan
pertumbuhan tanaman terganggu Jika dilakukan pengendalian dengan insektisida maka tidak efisien.
bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan
pertumbuhan tanaman terganggu Jika dilakukan pengendalian dengan insektisida maka tidak efisien.
- Penyakit-Penyakit Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
- Penyakit blast
Disebabkan
oleh cendawan Pyricularia
oryzae.
Pada tanaman yang terserang terjadi busuk daun yang dimulai dengan
adanya bercak berentuk belah ketupat, kemudian bercak meluas menuruti
urat tulang daun. Kadang-kadang beberapa bercak bergabung menjadi
satu, tanaman tampak seperti terbakar. Terjadi pembusukan gelang buku
pada tanaman padi yang telah keluar malai. Buku yang terserang
berwarna coklat, mengkerut, mudah patah. Malai padi tidak terisi
penuh bahkan hampa. Terjadi busuk leher (neck rot), pangkal batang
tanaman secara keseluruhan mengkerut, berwarna coklat kehitaman,
mudah rebah. Malai padi pada tingkat serangan ini hampa.
Pengendalian
diarahkan pada teknis penanaman yang lebih baik, menghindari
pemakaian pupuk Nitrogen yang berlebihan, tanam varietas yang tahan,
dan membakar sisa tanaman yang terserang.
- Penyakit busuk batang
Disebabkan
oleh cendawan Rhizoctonia
oryzae.
Pada tanaman terserang terlihat pelepah daun terdapat bercak basah
berbentuk bulat, bercak membesar dengan bagian tengah berwarna
abu-abu dan bagian tepi berwarna coklat. Pada serangan berat tanaman
dapat mati. Pengendalian dengan cara membakar tanaman terserang.
- Penyakit bercak daun padi.
Disebabkan oleh cendawan Helminthosporium oryzae dan
cercospora oryzae. Gejala kerusakan pada tanamana yaitu
merusak pelepah daun, malai dan buah yang baru tumbuh serta pada
tahap pembibitan yang baru tumbuh. Gejala pada biji / bulir padi
adalah bulir berbercak-bercak coklat tetapi masih berisi( bernas)
apabila biji tersebut ditanam akan mengalami pembusukan pada saat
biji mulai berkecambah dan apabila kecambah tumbuh akan segera mati.
Gejala pada tanaman padi dewasa akan mengalami busuk kering.
- Penyakit kresek/Hawar daun Bakteri
Disebabkan
oleh Xanthomonas
oryzae pv.
oryzae.
Pada tanaman yang terserang daun pertama dan kedua berwarna hijau
pucat, kemudian layu seperti disiram air panas. Gejala pada tanaman
dewasa berupa bercak kuning pada daun yang dimulai dari ujung daun,
kemudian menjalar ke bawah. Pengendalian diarahkan pada penanaman
yang lebih baik, menanam varietas tahan.
- Penyakit gosong
Disebabkan
oleh cendawan Ustilaginoidae
virens.
Pada buah terjadi gumpalan besar yang berwarna hitam. Pengendalian
dengan mengumpulkan dan membakar bagian tanaman yang terserang.
- Penyakit virus kerdil rumput
Penyakit
ini ditularkan oleh wereng coklat. Tanaman sakit ditandai adanya
tanaman kerdil, daun pendek, helai daun menyempit, jumlah anakan
lebih banyak, tampak seperti rumput. Tanaman yang terserang dapat
hidup tanpa menghasilkan malai. Secara
visual, gejala yang ditunjukkan oleh tanaman terserang penyakit ini
adalah:
- Dalam satu rumpun yang terserang kadang hanya beberapa anakan atau bahkan gejala hanya pada beberapa daun saja,
- Gejala daun berwarna kuning kadang hanya terjadi pada daun bawah/daun tua, daun yang menguning pada akhirnya akan mengering yang dimulai dari bagian ujungnya,
- Tanaman yang terserang pada stadia dewasa, menunjukkan daun berwarna kuning-oranye tetapi lebar daun normal dan jumlah anakan serta tinggi tanaman sama dengan tanaman sehat. Hanya saja, apabila tanaman padi terinfeksi sejak awal stadia vegetatif, biasanya tanaman akan mati.
- Penyakit virus Tungro
Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yaitu "Rice
Tungro Bacilliform Virus" (RTBV) dan "Rice Tungro Spherical
Virus" (RTSV). Penyakit ini disebabkan oleh wereng hijau
(Nephotettix virescens) sebagai vektor utamanya. N.
virescens ini merupakan spesies yang dominan di daerah Tropis,
merupakan vektor paling efektif dan monophagus pada tanaman padi.
Gejala serangan penyakit tungro adalah tanaman menjadi agak kerdil
(pemendekan daun dan pelepah), daunnya berwarna kuning sampai orange.
Perubahan warna daun dimulai dari ujung daun sampai akhirnya seluruh
helai daun. Perubahan warna ini tampak jelas pada daun nomor dua dari
pucuk tanaman. Pembentukan dan perkembangan akar terhambat, saat
pembentukan bunga tertunda, sehingga waktu panen tertunda.
- Penyakit virus kerdil kuning
Penyakit
ini ditularkan oleh wereng hijau. Gejala adanya serangan virus kerdil
kuning adalah terjadinya perubahan warna daun dari kuning kehijauan
sampai kuning keputihan. Serangan penyakit ini pada stadium vegetatif
akan menyebabkan bulir padi hampa, pada stadium akhir pertumbuhan
tidak memperlihatkan gejala yang khas sebelum panen. Pengendalian
diarahkan pada pemusnahan serangga vektor, penanaman varietas tahan,
dan membakar tanaman yang terserang.
Referensi :
Afifah,
L, Zhenita, VTH, Henny, E. 2010. Hama
Dan Penyakit Tanaman Padi Di Desa Cinangneng Kecamatan Tenjolaya
Bogor :
Laporan
Praktikum Lapang Klinik Tanaman. Faperta IPB : Bogor
Kartasapoetra,
AG. 1993. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara : Jakarta
Zuliyanti,
Ameilia. 2007. Hama-Hama
Tanaman Padi.
USU Repository (download, 5 Maret 2011)
http://endros-ruraltechnology.blogspot.com/2008/09/penyakit-tanaman-padi.html
(Download, 14 Maret 2011)
http://endros-ruraltechnology.blogspot.com/2008/09/hama-padi-tikus.html
(Download, 14 Maret 2011)
Senin, 26 Maret 2012
Hama dan Penyakit Jagung
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG (Zea mays
L.)
A.
Hama-Hama
Tanaman Jagung (Zea mays L.)
1.
Penggerek Batang (Ostrinia
furnacalis)
Penggerek batang, Ostrinia furnacalis Guenee,
merupakan salah satu hama utama pada tanaman jagung sehingga keberadaannya
perlu diwaspadai. Kehilangan hasil akibat hama tersebut mencapai 20−80%.
Besarnya kehilangan hasil dipengaruhi oleh padat populasi larva O.
furnacalis serta umur tanaman saat terserang. Telur O. Furnacalis diletakkan
secara berkelompok pada bagian bawah daun, bentuknya menyerupai sisik ikan
dengan ukuran yang berbeda-beda. Periode telur berlangsung 3−4 hari. Larva
terdiri atas lima instar, setiap instar lamanya 3−7 hari. Stadium pupa
berlangsung 7−9 hari. Lama hidup ngengat adalah 2−7 hari sehingga siklus hidup
dari telur hingga ngengat adalah 27−46 hari dengan rata-rata 37,50 hari.
Penggerek
batang (Ostrinia furnacalis) menyerang bagian batang, daun, dan
tongkol. Larva penggerek batang dapat merusak daun, batang, serta bunga jantan
dan betina atau tongkol muda. Larva instar I-III merusak daun dan bunga jantan,
sedangkan larva instar IV-V merusak batang dan tongkol. Namun dalam pengamatan
di lapang hama ini hanya menyerang pangkal batang saja.
Gejala yang
ditunjukkan berupa gerekan di bagian dalam batang. Larva
O. furnacalis menyerang semua bagian tanaman jagung. Serangga ini mempunyai
ciri khas serangan pada setiap bagian tanaman jagung, yaitu berupa lubang kecil
pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan, atau pangkal tongkol,
batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan tassel yang rusak, dan rusaknya
tongkol jagung.
- Penggerek Batang Merah Jambu (Sesamia inferens Walker. Noctuidae: Lepidotera)
Hama
ini memiliki tiga generasi per tahun jika berada pada daerah subtropis,
sedangkan pada daerah tropis mempunyai enam generasi. Telur diletakkan secara
berkelompok dalam barisan di pelapah daun. biasanya 3-8 baris. Telur generasi
pertama terdiri atas 75-100 butir. Rata-rata fekunditi betina adalah 250 telur.
Seekor imago betina mampu meletakkan telur 300-400 butir. Imago betina
meletakkan beberapa generasi telur dalam beberapa minggu. Untuk generasi kedua,
serangga betina akan meletakkan telur lebih banyak. Betina berkopulasi hanya
sekali dengan masa inkubasi 6-10 hari atau rata-rata 7-8 hari pada daerah
tropis.
Larva
terdiri atas enam atau tujuh instar dan adakalanya delapan instar dengan
stadium larva berkisar antara 28-56 hari atau rata-rata lima minggu di daerah
tropik. Instar I adalah instar dengan masa perkembangan yang lama, yaitu
delapan hari dan instar II-V rata-rata 3-5 hari setiap instarnya, sementara
instar VI tujuh hari, dan instar VII rata-rata 13 hari Larva berwarna merah
jambu.
Masa
prapupa sekitar lima jam dan stadia pupa 8-11 hari. Proses keluarnya imago dari
pupa berlangsung selama 25 menit. Sayap akan tetap melipat selama 10 menit dan
kemudian membuka secara sempurna. Imago akan terbang secara sempurna empat hari
setelah keluar dari pupa. Jarak terbang yang bisa ditempuh oleh seekor betina
dan jantan masing-masing lebih dari 32 dan 50 km. Proses kawin dan meletakkan
telur dapat terjadi 24 jam setelah keluar dari pupa.
Gejala
serangan mirip dengan gejala serangan penggerek batang O. furnacalis, terutama saat menyerang batang. Larva akan melubangi
batang dan menggoroknya ke bagian atas sehingga batang mudah patah.
- Penggerek Tongkol Jagung (Helicoverpa armigera Hbn. Noctuidae: Lepidotera)
Imago
betina H. armigera meletakkan telur
pada pucuk tanaman dan apabila tongkol sudah mulai keluar maka telur diletakkan
pada rambut jagung. Imago betina mampu bertelur rata-rata 730 butir dengan masa
oviposisi 10- 23 hari. Periode perkembangan larva sangat bergantung pada suhu
dan kualitas makanannya. Khususnya pada jagung, masa perkembangan larva pada
suhu 24-27,2OC adalah 12,8-21,3 hari. Larva serangga ini bersifat kanibalisme
sehingga merupakan salah satu faktor yang menekan perkembangan populasinya.
Spesies
ini mengalami masa prapupa selama 1-4 hari. Selama periode ini, larva menjadi
pendek dan lebih seragam warnanya dan kemudian berganti kulit menjadi pupa.
Masa prapupa dan pupa biasanya terjadi dalam tanah dan kedalamannya bergantung
pada kekerasan tanah. Pada umumnya pupa terbentuk pada kedalaman 2,5-17,5 cm.
Serangga ini kadang-kadang berpupa pada permukaan tumpukan limbah tanaman atau pada
kotorannya yang terdapat pada tanaman.
Gejala
serangan, Imago betina akan meletakkan telur pada silk jagung dan sesaat
setelah menetas larva akan menginvasi masuk ke dalam tongkol dan akan memakan biji
yang sedang mengalami perkembangan. Infestasi serangga ini akan menurunkan
kualitas dan kuantitas tongkol jagung.
- Ulat Grayak (Spodoptera litura, Mythimna sp. Noctuidae: Lepidotera)
Spodoptera litura
meletakkan telur secara berkelompok di permukaan daun dan ditutupi oleh
bulu-bulu yang berwarna coklat muda dan setiap kelompok telur terdiri atas
50-400 butir. Larva terdiri atas enam instar dan instar terakhir mempunyai
bobot mencapai 800 mg dan menghabiskan 80% dari total konsumsi makanannya Larva
bersembunyi dalam tanah pada siang hari dan baru aktif pada malam hari, kecuali
S. exempta yang juga aktif pada siang
hari. Spesies ini adalah serangga polipagous. Tanaman inangnya selain jagung adalah
tomat, kapas, tembakau, padi, kakao, jeruk, ubi jalar, kacang tanah, jarak,
kedelai, kentang, kubis, dan bunga matahari.
Mythimna sp.
merupakan hama polipagous dan menyerang banyak tanaman, antara lain jagung,
padi, sorgum, dan kacang-kacangan. Ada beberapa spesies dari genus ini yang
dapat merusak tanaman jagung antara lain M.
separata dan M. loreyi.
Serangga
meletakkan telur secara berkelompok pada daun dan ditutupi dengan bulu-bulu
yang berwarna coklat. Seekor M. separata
betina mampu meletakkan telur 500-900 butir. Masa inkubasi telur berkisar
antara 2-13 hari, bergantung suhu, tetapi normalnya 3-4 hari pada suhu 25OC.
Telur yang baru diletakkan berwarna hijau keputih-putihan, kemudian berubah menjadi
kuning dan berwarna hitam sebelum menetas.
Larva
instar I memakan cangkang telur. Stadia larva terdiri atas enam instar dengan
stadium 13-18 hari. Pada siang hari larva bersembunyi dalam tanah dan aktif menyerang
pada malam hari. Pola warna larva berbeda, bergantung pada perilakunya.
Pada
kondisi gregarious larva berwarna gelap dan aktif, sementara pada kondisi solitary
berwarna lebih terang dan pasif. Pupa terbentuk dalam tanah dengan lama pupasi
sekitar sembilan hari. Serangga dewasa dapat kawin beberapa kali dan meletakkan
telur selama 2-6 hari. Perkembangan dari telur sampai dewasa berkisar 30-39
hari.
Gejala
serangan, Larva serangga ini memakan daun dengan bentuk yang tidak beraturan.
Dalam kondisi yang sangat lapar, larva memakan daun hingga menyisakan tulang
daun.
- Lalat Bibit (Atherigona sp., Ordo: Diptera)
Atherigona
sp. biasanya meletakkan telur pada pagi hari atau malam hari. Telur-telur
tersebut diletakkan secara tunggal di bawah daun, axil daun, atau batang dekat permukaan
tanah. Telur menetas pada malam hari minimal 33 jam atau maksimal empat hari
setelah telur diletakkan. Telur spesies ini berwarna putih dengan panjang 1,25
mm dan lebar 0,35 mm dan warnanya berubah menjadi gelap sebelum menetas.
Larva
terdiri atas tiga instar dengan stadia larva 6-18 hari (Gambar 11a). Larva
spesies ini terdiri atas 12 ruas (satu ruas kepala, tiga ruas thorax, dan
delapan ruas abdomen). Panjang larva mencapai 9 mm, berwarna putih krem pada
awalnya dan selanjutnya menjadi kuning hingga kuning gelap.
Pupa
terdapat pada pangkal batang dekat atau di bawah permukaan tanah. Imago keluar
dari pupa setelah 5-12 hari pada pagi atau sore hari. Puparium berwarna coklat
kemerahan sampai coklat dengan panjang 4,1 mm. Segmentasi tidak dapat
dibedakan.
Imago
akan terbang satu jam setelah keluar dari pupa. Kopulasi tidak terjadi pada
beberapa hari setelah muncul dari pupa. Serangga dewasa sangat aktif terbang
dan sangat tertarik pada kecambah atau tanaman yang baru tumbuh. Imago
berukuran kecil dengan panjang 2,5-4,5 mm, caput agak lebar dengan antena
panjang, thorax berambut, abdomen berwarna kuning dengan spot hitam pada bagian
dorsal. Imago betina mulai meletakkan telur 3-5 hari setelah kawin dengan jumlah
telur 7-22 butir atau bahkan dapat mencapai 70 butir. Imago betina meletakkan
telur selama 3-7 hari.
Lama
hidup serangga dewasa bervariasi antara 5-23 hari, masa hidup betina dua kali
lebih lama daripada jantan. Siklus hidup telur hingga menjadi dewasa adalah
21-28 hari.
Gejala
serangan, Larva yang baru menetas melubangi batang, kemudian membuat terowongan
hingga ke dasar batang sehingga tanaman menjadi kuning dan akhirnya mati. Jika
tanaman mengalami recovery, maka pertumbuhannya akan kerdil.
6.
Kutu Daun (Rhopalisiphum maidis)
Kutu Daun ini menginfeksi semua bagian tanaman,
akan tetapi infeksi terbanyak terjadi pada daun. Kutu ini selain merusak daun
tanaman inangnya juga membawa sebagai vector dari berbagai macam virus penyakit.
Populasi kutu ini dapat mengalami perkembangan yang pesat.
Perkembangbiakan kutu daun secara parthenogenesis
memungkinkan spesies kutu daun ini untuk melestarikan jenisnya tanpa harus
melakukan perkawinan. Daur hidup kutu ini dimulai dari telur, kemudian nympha,
dan kutu dewasa. Pada fase nympha, kutu ini mengalami 4 tahapan. Tahapan
pertama nympha akan tampak berwarna hijau cerah dan sudah terdapat antena.
Tahap nympha kedua tampak berwarna hijau pale dan sudah tampak kepala, abdomen,
mata berwarna merah, dan antenna yang terlihat lebih gelap dari pada warna
tubuh. Pada tahap ketiga, antena akan terbagi menjadi 2 segmen, warna tubuh
masih hijau pale dengan sedikit lebih gelap pada sisi lateral tubuhnya, kaki
tampak lebih gelap daripada warna tubuh. Kutu dewasa ada beberapa yang memiliki
sayap (alate) dan yang tidak memiliki saya (apterous). Sayap pada kutu ini
memiliki panjang antara 0,04 to 0,088 inchi. Tubuh kutu dewasa berwarna kuning
kehijauan sampai berwarna hijau gelap.
Kutu daun (Rhopalosiphum
maidis) menyerang pertanaman jagung terutama pada bagian pucuk daun yang
masih muda. Hama ini menyerang mulai dari awal pertanaman. Hama ini ditemukan
sangat banyak di pertanaman. Gejela kerusakan yang disebabkan oleh hama ini
adalah nekrotik, daun mengkriting dan warna daun berubah.
- Belalang Kembara (Locusta migratoria)
Seekor
betina mampu menghasilkan telur sekitar 270 butir. Telur berwarna
keputih-putihan dan berbentuk buah pisang, tersusun rapi sekitar 10 cm di bawah
permukaan tanah. telur akan menetas setelah 17 hari, bergantung temperatur.
Nimfa mengalami lima kali ganti kulit (lima instar). Instar I berwarna hitam.
Instar II berwarna kuning keputih-putihan. Instar III pada bagian lateral dan
venteral berwarna kuning dengan dorsal hitam, disertai bakal sayap kecil
mengarah ke bawah, Instar IV pada bagian lateral dan venteral berwarna jingga
dengan dorsal hitam dan bakal sayap mengarah ke atas. Instar V berwarna jingga
kemerah-merahan dengan dorsal hitam dan bakal sayap memanjang sampai dengan
ruas abdomen ke empat dan pangkalnya berwarna jingga. Stadiaum nimfa
berlangsung selama 38 hari.
Imago
betina yang berwarna coklat kekuningan siap meletakkan telur setelah 5-20 hari,
tergantung temperatur. Seekor betina mampu menghasilkan 6-7 kantong telur dalam
tanah dengan jumlah telur 40 butir per kantong. Imago betina hanya membutuhkan
satu kali kawin untuk meletakkan telur-telurnya dalam kantong-kantong tersebut.
Imago jantan yang berwarna kuning mengkilap berkembang lebih cepat dibandingkan
dengan betina. Lama hidup dewasa adalah 11 hari.
Tanaman
yang paling disukai belalang kembara adalah kelompok Graminae yaitu padi,
jagung, sorgum, tebu, alang-alang, gelagah, dan berbagai jenis rumput. Selain
itu, belalang juga menyukai daun kelapa, bambu, kacang tanah, petsai, sawi, dan
kubis daun. Tanaman yang tidak disukai antara lain adalah kacang hijau,
kedelai, kacang panjang, ubi kayu, tomat, ubi jalar, dan kapas.
Gejala
serangan belalang tidak spesifik, bergantung pada tipe tanaman yang diserang
dan tingkat populasi. Daun biasanya bagian pertama yang diserang. Hampir
keseluruhan daun habis termasuk tulang daun, jika serangannya parah. Spesies
ini dapat pula memakan batang dan tongkol jagung jika populasinya sangat tinggi
dengan sumber makanan terbatas.
8.
Hama Putih Palsu (Cnaphalocrosis medinalis)
Hama putih palsu jarang menjadi hama utama padi.
Serangannya menjadi berarti bila kerusakan pada daun pada fase anakan maksimum
dan fase pematangan mencapai > 50%. Tanda-tanda serangan berupa kerusakan
akibat serangan larva hama putih palsu terlihat dengan adanya warna putih pada
daun di pertanaman. Larva makan jaringan hijau daun dari dalam lipatan daun
meninggalkan permukaan bawah daun yang berwarna putih. Siklus hidup hama ini
berkisar 30-60 hari. Tanda pertama adanya infestasi hama putih palsu adalah
kehadiran ngengat berwarna kuning coklat yang memiliki tiga buah pita hitam
dengan garis lengkap atau terputus pada bagian sayap depan. Pada saat
beristirahat, ngengat berbentuk segi tiga.
B. Penyakit-Penyakit Tanaman Jagung (Zea mays L.)
- Penyakit Bulai
Penyebab
Penyakit
bulai pada jagung dapat disebabkan oleh 10 spesies dari tiga generasi yaitu: Peronosclerospora maydis (Java downy
mildew); P. philippinensis
(Philippine downy mildew); P. sorghi
(Sorghum downy mildew); P. sacchari
(Sugarcane downy mildew); P. spontanea
(Spontanea downy mildew); P. miscanthi
(Miscanthi downy mildew); P. heteropogoni
(Rajasthan downy mildew); Sclerophthora
macrospora (Crazy top); S. rayssiae
var. zeae (Brown stripe); Sclerospora graminicola (Graminicola
downy mildew)
Siklus Hidup
Jamur
dapat bertahan hidup sebagai miselium dalam biji, namun tidak begitu penting
sebagai sumber inokulum. Infeksi dari konidia yang tumbuh di permukaan daun
akan masuk jaringan tanaman melalui stomata tanaman muda dan lesio lokal
berkembang ke titik tumbuh yang menyebabkan infeksi sistemik. Konidiofor
(Gambar 1b) dan konidia terbentuk keluar dari stomata daun pada malam hari yang
lembab. Apabila bijinya yang terinfeksi, maka daun kotiledon selalu terinfeksi,
tetapi jika inokulum berasal dari spora, daun kotiledon tetap sehat.
Tanaman Inang
Beberapa
jenis serealia yang dilaporkan sebagai inang lain dari pathogen penyebab bulai
jagung adalah Avena sativa, Digitaria spp., Euchlaena spp., Heteropogon
contartus, Panicum spp., Setaria spp., Saccharum spp., Sorghum
spp., Pennisetum spp., dan Zea mays.
Gejala
Gejala
daun yang terinfeksi berwarna khlorotik, biasanya memanjang sejajar tulang
daun, dengan batas yang jelas, dan bagian daun yang masih sehat berwarna hijau
normal. Warna putih seperti tepung pada permukaan bawah maupun atas bagian daun
yang berwarna khlorotik, tampak dengan jelas pada pagi hari. Daun yang
khlorotik sistemik menjadi sempit dan kaku. Tanaman menjadi terhambat
pertumbuhannya dan pembentukan tongkol terganggu sampai tidak bertongkol sama
sekali. Tanaman yang terinfeksi sistemik sejak muda di bawah umur 1 bulan
biasanya mati. Gejala lainnya adalah terbentuk anakan yang berlebihan dan
daun-daun menggulung dan terpuntir, bunga jantan berubah menjadi massa daun
yang berlebihan dan daun sobek-sobek.
- Penyakit Bercak Daun
Penyebab
Penyebab
penyakit bercak daun pada tanaman jagung adalah Bipolaris maydis (Nisik) Shoemaker, yang sinonim dengan Drechslera maydis (Nisik) Subran dan
Jani. Stadia sempurnanya adalah Cochliobolus
heterostrophus Drecks.
Siklus Hidup
Dalam
kondisi tidak ada tanaman jagung di areal pertanaman, miselium dan spora jamur
Bipolaris dapat bertahan hidup pada sisa tanaman dan biji terinfeksi. Konidia diterbangkan
oleh angin atau terbawa percikan air untuk sampai ke tanaman baru. Siklus hidup
lengkapnya mencapai 60-72 jam.
Epidemiologi/Inang
Jamur
Bipolaris berkembang baik pada
keadaan udara lembab dengan suhu 20-32OC. Ada kecenderungan bahwa B. maydis umumnya dijumpai di daerah
dataran rendah.
Gejala
Lesio
pada daun jagung biasanya memanjang di antara tulang daun dengan warna coklat
muda dan ukuran mencapai 1,2 x 2,7 cm, berbentuk elip (hawar/bercak daun
maydis/carbonum/ rostratum). Lesio sering dikelilingi oleh warna coklat dan
dapat terjadi di batang, upih daun, dan tongkol. Tanaman yang tumbuh dari biji
terinfeksi akan layu dan mati pada umur 3-4 minggu.
- Penyakit Hawar Daun Exserohilum turcicum (Pass.)
Penyebab
Penyakit
hawar daun turcicum disebabkan oleh jamur E.
turcicum (Pass.) Leonard et Suggs. Jamur membentuk konidiofor yang keluar
dari mulut daun (stomata), satu atau dua dalam kelompok, lurus atau lentur,
berwarna coklat, panjangnya sampai 300 μm, tebal 7-11 μm, secara umum 8-9 μm. Konidium
lurus atau agak melengkung, jorong atau berbentuk gada terbalik, pucat atau
berwarna coklat jerami, halus mempunyai 4-9 sekat palsu, panjang 50-144 (115)
μm, dan bagian yang paling lebar berukuran 18-33 μm, kebanyakan 20-24 μm. Stadium
sempurna dari jamur ini disebut Setosphaeria
turcica (Luttrell) Leonard et Suggs atau Trichometasphaeria turcica (Pass.) Luttrell.
Gejala
Tanaman
jagung yang tertular Exserohilum turcicum,
gejala awalnya muncul bercak-bercak kecil, jorong, hijau tua/hijau kelabu
kebasahan. Selanjutnya, bercak bercak tadi berubah warna menjadi coklat
kehijauan. Bercak kemudian membesar dan mempunyai bentuk yang khas, berupa
kumparan atau perahu. Lebar bercak 1-2 cm dan panjang 5-10 cm, tetapi lebar
dapat mencapai 5 cm dan panjang 15 cm. Spora banyak terbentuk pada kedua sisi
bercak pada kondisi banyak embun atau setelah turun hujan, yang menyebabkan
bercak berwarna hijau tua beledu, yang makin ke tepi warnanya makin muda.
Beberapa bercak dapat bersatu membentuk bercak yang lebih besar sehingga dapat
mematikan jaringan daun. Pertanaman jagung yang tertular berat tampak kering
seperti habis terbakar.
- Hawar Upih (Rhizoctonia solani)
Penyebab
Penyakit
hawar upih disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia
solani.
Penularan
Cendawan
R. Solani f. sp. Sasaki membentuk badan buah yang dapat bertahan hidup lama
dalam keadaan kering. Sklerotia mudah lepas dari permukaan tanaman inang dan
hanyut terbawa air bila terjadi hujan atau pengairan. Apabila menempel pada
tanaman inangnya, maka cendawan akan tumbuh dan menginfeksi ke jaringan
tanaman. Selain bertahan hidup dalam bentuk sklerotia, cendawan ini juga dapat
bertahan dalam biji terinfeksi atau sisa-sisa tanaman di lapang.
Tanaman Inang
Cendawan
R. solani mempunyai banyak tanaman
inang, selain dari famili rumput-rumputan juga dari famili kacang-kacangan.
Gejala
Gejala
penyakit hawar upih ditandai oleh adanya hawar pada upih atau helai daun Pada
daun sering tampak zonasi hawar yang merupakan perkembangan infeksi harian.
Pada saat cuaca lembab terbentuk badan buah yang dikenal dengan sklerotia yang
semula berwarna putih dan setelah tua berubah menjadi coklat kehitaman.
- Penyakit Karat Daun (Puccinia sp.)
Penyebab
Karat
jagung disebabkan oleh tiga spesies dari dua genera yaitu Puccinia sorghi Scw., P.
polysora Underw., dan Physopella zeae
(Mains) Cunmins dan Ramachar (Syn. Angiospora zeae Mains).
Epidemiologi
P. sorghi
menghendaki suhu 16-230C dan kelembaban udara tinggi. P. polysora dan P. zeae cocok pada suhu tinggi (270C) dengan kelembaban tinggi.
Perbedaan ras masing-masing spesies telah diketahui dari reaksi beberapa
varietas jagung. P. polysora tidak
berkembang pada ketinggian tempat di atas 1200 m, dan di ketinggian kurang dari
900 m cocok bagi perkembangan penyakit karat.
Gejala
Gejala
pada tanaman jagung yang terinfeksi penyakit karat adalah adanya bisul (pustules
= sori), terutama pada daun. Bisul terbentuk pada kedua permukaan daun bagian
atas dan bawah. Bisul dengan warna coklat kemerahan tersebar pada permukaan
daun dan berubah warna menjadi hitam kecoklatan setelah teliospora berkembang. Pada
saat terjadi penularan berat, daun menjadi kering.
- Penyakit Busuk Batang (Fusarium)
Penyebab
Penyakit
busuk batang jagung dapat disebabkan oleh cendawan Colletotrichum graminearum, Diplodia
maydis, Gibberella zeae, Fusarium moniliforme, Macrophomina phaseolina, Pythium apanidermatum, Cephalosporium maydis, dan Cephalosporium acremonium.
Penularan
Cendawan
patogen penyebab penyakit busuk batang memproduksi konidia pada permukaan
tanaman inang. Konidia dapat disebarkan oleh angin, air hujan atau serangga.
Pada waktu tidak ada tanaman, cendawan dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman
yang terinfeksi dalam fase hifa atau piknidia dan peritesia yang berisi spora.
Pada lingkungan yang sesuai untuk perkembangannya, spora akan keluar dari
piknidia atau peritesia. Spora pada permukaan tanaman jagung akan tumbuh dan menginfeksi
melalui akar atau pangkal batang. Infeksi awal dapat melalui luka atau
membentuk sejenis apresoria yang mampu berpenetrasi ke jaringan tanaman. Spora/konidia
yang terbawa angin dapat menginfeksi ke tongkol. Biji yang terinfeksi bila
ditanam dapat menyebabkan penyakit busuk batang.
Gejala
Tanaman
jagung tampak layu atau seluruh daun mongering. Gejala tersebut umumnya terjadi
pada stadia generatif, yaitu setelah fase pembungaan. Pangkal batang yang
terinfeksi berubah warna dari hijau menjadi kecoklatan, bagian dalam busuk,
sehingga mudah rebah, dan bagian kulit luarnya tipis. Pada pangkal batang yang
terinfeksi tersebut terlihat warna merah jambu, merah kecoklatan atau coklat.
- Penyakit Gosong (Smuts)
Penyebab
Ada
tiga penyebab penyakit gosong pada jagung. Pertama, Ustilago maydis (DC) Cda. (Syn. Ustilago
zeae Ung.). Teliosporanya (klamidospora) berbentuk bulat sampai elip,
berwarna coklat sampai hitam, diameter 8-11 μm. Spora diploid ini tumbuh
membentuk promiselium dengan empat atau lebih sporidia. Infeksi dapat dilakukan
langsung oleh hipa yang tumbuh dari teliospora atau dari hasil fusi antara
sporidia dan hipa. Kedua, Sphacelotheca
reiliana (Kuhn) Clint. (Syn. Sorosporium
reilianum (Kuhn) Mc Alp., Ustilago
reiliana Kuhn. Teliospora berbentuk bulat, berwarna coklat kemerahan sampai
hitam, berdiameter 9-12 μm, berduri banyak. Teliospora berkecambah membentuk
basidia dan lateral sporidia kecil, hialin, sel
tunggal,
agak bulat, berdiameter 7-15 μm. Teliospora dapat berkecambah membentuk hipa
panjang yang bisa menginfeksi. Ketiga, Ustilaginoidea
virens (Cke.) Tak. Syn.m U. oryzae (Pat.) Bref. Sklerotia yang masak
berbentuk bulat dengan diameter 4-15 nm, berwarna hijau olive sampai hitam.
Konidia berbentuk bulat sampai oval, warna hijau olive, diameter 4-7 μm,
terbentuk pada semacam strigma pendek dari septa hipa berwarna hijau
kekuningan.
Siklus Hidup
U. maydis.
Klamidospora berkecambah pada kondisi yang cocok, menghasilkan sporidia yang
dapat dibawa angin atau percikan air sampai pada tanaman jagung muda. Miselium
masuk ke jaringan tanaman melalui stomata, luka atau penetrasi langsung melalui
dinding sel dan menstimulir sel inangnya untuk membelah. S. reiliana. Teliospora tinggal di tanah dan berkembang secara
sistemik. Pada sebagian atau seluruh jaringan muncul pembekakan yang disebut sori.
Sori dibungkus dengan jaringan tipis yang apabila pecah keluar massa spora.
Epidemiologi
U. maydis
menghendaki keadaan iklim kering dan suhu antara 26-340C. Periode
inkubasi dari infeksi sampai timbul gall sekitar satu sampai beberapa minggu. Pemupukan
N tinggi dan pupuk kandang meningkatkan penyakit gosong. S. reiliana menghendaki suhu tanah 21-280C dan kelembaban tanah moderat
sampai rendah 15 25%. Inang dari S. reiliana meliputi pitscalegrass, sorgum dan
sudangrass.
Gejala
Gejala
awal berupa pembengkakan atau gall yang dibungkus dengan jaringan berwarna
putih kehijauan sampai putih perak mengkilat. Bagian dalam gall berwarna gelap
dan berubah menjadi massa tepung spora berwarna coklat sampai hitam. Gall dapat
terjadi pada semua bagian tanaman jagung. Gall pada tongkol apabila sudah
mencapai pertumbuhan maksimal dapat mencapai diameter 15 cm. Gall pada daun tetap
kecil dengan diameter 0,6-1,2 cm. Apabila bunga jantan terinfeksi, maka semua tongkol
pada tanaman tersebut terinfeksi penyakit gosong.
- Penyakit Bakteri Busuk Batang (Bacterial Stalk Rot)
Penyebab
Penyakit
busuk batang jagung disebabkan oleh bakteri Erwinia
chrysanthemi pv. zeae (Syn E.
carotovora var. zeae Sabet, 1954). Sel bakteri berbentuk batang pendek berukuran
0,6-0,9 x 0,8-1,7 μm, mempunyai flagella peritrikus yang dapat bergerak aktif,
biasanya berpasangan atau jarang dalam bentuk rantai pendek dan gram-negatif. Pada
agar nutrient, koloni bakteri ini berwarna putih keabu-abuan, timbul,
mengkilap, dan pinggirannya halus (rata). Pada media agar kentang glukosa pH
6,5, pinggiran kolomnya berombak pada umur 3-6 hari.
Siklus Hidup
Bakteri
dapat bertahan secara saprofit pada sisa-sisa tanaman mati dan menginfeksi
tanaman jagung melalui stomata, hydatoda, atau luka pada daun maupun batang. Bakteri
ini juga dapat ditularkan melalui biji dari tanaman terinfeksi.
Epidemiologi
Penyakit
busuk batang jagung berkembang di daerah dengan curah hujan tinggi, pertanaman
yang diairi dengan springkler, dan tanah yang biasa terkena banjir. Suhu yang tinggi
(30-35OC) merupakan kondisi yang sesuai bagi perkembangan penyakit
ini.
Gejala
Tanaman
tiba-tiba rebah karena bagian pangkal batang yang terinfeksi bakteri menjadi
lunak, berlendir berwarna coklat sampai coklat tua dan Jaringan tanaman yang
terinfeksi berbau busuk. Bagian batang yang melunak tersebut terpuntir yang merupakan
ciri khas penyakit ini.
- Hawar dan Layu Bakteri Goss (Goss’ Bacterial Wilt and Blight)
Penyebab
Penyakit
hawar dan layu bakteri Goss disebabkan oleh bakteri Corynebacterium nebraskense. Sel bakteri berbentuk batang pendek
berukuran 0,5-2,5 μm, gram positif, tidak berflagella, dan tidak dapat
bergerak. Koloni pada media agar nutrient broth-glucose-yeast extract berwarna
apricot atau oranye kapucine dan berlendir. Bakteri ini mempunyai banyak strain.
Siklus Hidup
Bakteri
menginfeksi melalui luka pada daun, batang, maupun akar jagung. Bakteri dapat
bertahan pada sisa-sisa tanaman terinfeksi seperti daun, batang, tongkol, dan kelobot
yang ada di permukaan tanah. Infeksi primer juga dapat terjadi dari biji terinfeksi.
Bakteri juga bisa hidup terbawa air irigasi.
Gejala
Gejalanya
sulit dibedakan dengan gejala penyakit bakteri layu Stewarts. Lesio terdiri
atas dua bagian yang berbeda, yaitu bagian yang berwarna jerami dan bagian yang
lanas (water soak), sejajar dengan tulang daun. Eksudat bakteri tampak pada
permukaan lesio, yang apabila mengering membentuk kristal berkilau. Infeksi
dapat terjadi pada tanaman muda maupun tua, dari infeksi langsung pada daun
atau melalui akar tanaman muda. Infeksi awal dapat menyebabkan tanaman jagung
layu dan kemudian mati. Infeksi sistemik menyebabkan jaringan pembuluh berubah
warna. Akar bagian bawah batang yang busuk berwarna coklat berlendir, lanas
atau mengering. Pada potongan melintang batang keluar eksudat bakteri berwarna
oranye.
- Bakteri Layu Stewarts (Stewarts Bacterial Wilt)
Penyebab
Bakteri
Erwinia stewartii. Sel bakteri
berukuran (0,4-0,8) x (0,9-2,2) μm, tidak berflagella dan dapat bergerak.
Koloni pada media agar glukosa berwarna kuning krem, kuning lemon, atau kuning
oranye dan masing-masing berbentuk datar, cembung atau cekung. Massa bakteri
dapat dilihat pada potongan batang atau daun yang terinfeksi apabila dicelup
pada air jernih.
Gejala
Tanaman
yang rentan menjadi layu menyerupai kekeringan, defisiensi hara, atau terserang
hama. Gejala lain adanya goresan berwarna hijau pucat atau kuning, membujur
sejajar tulang daun, dengan pinggir bergelombang tidak beraturan. Goresan ini
segera berubah menjadi kering dan berwarna coklat. Rongga pada empulur batang
terbentuk pada tanaman yang tertular berat di dekat permukaan tanah. Bakteri
berkembang dan menyebar melalui jaringan pembuluh sampai ke biji. Beberapa
varietas tampak lebih tahan dari yang lain.
- Penyakit Virus Mosaik Kerdil Jagung (Maize Dwarf Mosaic Virus = MDMV)
Morfologi Partikel
Partikel
virus penyebab penyakit mosaik kerdil jagung berbentuk batang lentur panjang
berukuran 12-15 x 750 Cm, termasuk ke dalam golongan potyvirus.
Penularan
Virus
ini ditularkan secara mekanis oleh serangga vektor secara nonpersisten. Lebih dari
20 spesies aphis dilaporkan dapat memindahkan virus ini. Aphis daun jagung, Rhopalosiphum maydis (Fitch), kutu
hijau, Schizaphis graminum (Rondani),
dan aphis persik hijau, Myzus percicae
(Sulzer) adalah jenis aphis yang dilaporkan menularkan MDMV. Biji dapat
menularkan virus ke tanaman berikutnya, walaupun dengan intensitas yang sangat
rendah (0,05%).
Gejala
Gejala
jelas tampak pada daun muda, terutama pada daun yang baru membuka sebagian,
berupa mosaik atau adanya warna-warna hijau muda dan tua. Warna hijau muda atau
kekuning-kuningan biasanya memanjang sejajar dengan tulang daun. Tanaman
terinfeksi sedikit mengalami hambatan pertumbuhan (stunting) dan ukuran tongkol
serta jumlah biji berkurang. Gejala yang semula jelas pada daun muda, dapat menjadi
tidak jelas setelah daun menjadi lebih tua terutama pada suhu tinggi. Gejala
dapat mulai tampak pada umur tanaman 15 hari setelah berkecambah.
- Penyakit Virus Kerdil Khlorotik Jagung (Maize Chlorotic Dwarf Virus Disease = MCDV)
Partikel
Partikel
virus berbentuk bulat (isometric) dengan diameter 31 mm.
Penularan
Virus
ditularkan oleh serangga vektor, wereng daun jagung Granminella nigrifrons (Forbes), dan G. sonora (Ball) secara semipersisten. Wereng masih infektif sampai
8 jam setelah menghisap cairan tanaman terinfeksi MCDV.
Gejala
Gejala
awal ditandai oleh warna khlorose pada daun muda di pucuk tanaman. Khlorotik
garis di antara tulang daun sekunder dan tersier sering tampak. Daun menguning
atau kemerahan dan pemendekan ruas batang umum terjadi. Infeksi ganda MCDV dan
MDMV menyebabkan gejala yang lebih berat dari gejala infeksi tunggal.
- Penyakit Mosaik Virus Jagung (Maize Mosaic Virus Disease = NMV)
Penyebab
Penyebabnya
adalah Rhabdovirus dengan ukuran (48-90) x (225-242) mm.
Penularan
Penyakit
mosaik virus jagung (NMV) ditularkan secara persisten oleh wereng batang
jagung, Peregrinus maidis (Ashmead). Virus dapat berkembang biak dalam tubuh
serangga dalam periode inkubasi yang lama sampai seumur hidup serangga. Pada tanaman
jagung muda, periode inkubasi berkisar antara 4-30 hari.
Gejala
Garis
khlorotik pendek sampai panjang dan bercak khlorotik pada tulang daun. Daun
umumnya mempunyai garis kuning lebar dan panjang yang akhirnya menjadi
nekrotik. Garis khlorotik dapat pula terjadi pada pelepah, kelobot, dan batang
jagung. Tanaman muda lebih peka dari tanaman yang lebih tua.
- Penyakit Virus Gores Jagung (Maize Streak Virus Disease = MSV)
Morfologi
Virus
berbentuk bulat berukuran 20 nm, namun sering ditemukan berukuran 20 x 30 mm. Strain
dari virus ini telah diketahui dari perbedaan spesies inangnya.
Penularan
Virus
gores jagung (MSV) ditularkan oleh lima spesies wereng daun dari genus Cicadulina. C. mbila (Naude) adalah yang
paling penting dari kelimanya.
Gejala
Bercak
kecil, bulat warna krem sampai putih, tersebar pada daun muda. Bercak
berkembang memanjang dan bersambung satu sama lain membentuk goresan khlorotik
tersebar merata pada seluruh permukaan daun. Goresan khlorotik yang sejajar dan
bergabung sebagian atau seluruhnya membentuk garis atau potongan garisn hijau
di antara tulang daun. Varietas peka yang terinfeksi sejak awal pertumbuhannya
memiliki ruas yang pendek dan daunnya sempit. Infeksi awal juga menyebabkan tongkol
tidak terisi penuh.
- Penyakit Virus Mosaik Tebu (Sugarcane Mosaic Virus = ScMV)
Morfologi
Partikel
virus berbentuk batang panjang, termasuk ke dalam golongan potyvirus.
Penularan
Secara
alamiah virus ini disebarkan oleh serangga vektor aphis, Rhopalosiphum maydis
(Fitch) (Shepherd 1965). Inokulasi buatan dengan cara membuat ekstrak tanaman
terinfeksi ScMV, dicampur serbuk karborundum, dan diusapkan pada daun jagung
yang muda juga dapat menularkan virus.
Gejala
Gejala
berupa mosaik pada daun dan tanaman yang terinfeksi pada awal pertumbuhan
menjadi kerdil. Gejala awal tampak adanya spotspot khlorotik pada daun paling
muda pada pucuk. Spot-spot bertambah banyak dan membentuk garis memanjang
setelah daun berkembang melebar dan selanjutnya menjadi garis-garis khlorotik
pada daun.
Referensi :
Pabbage, M.S.,
A.M. Adnan, N.Nonci. 2002. Pengelolaan
Hama Prapanen Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia : Maros
Wakman, W dan
Burhanuddin. 2002. Pengelolaan Penyakit
Prapanen Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia : Maros
Langganan:
Postingan (Atom)