TUGAS
KULIAH
TEKNOLOGI
PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA 1
“HAMA
PENYAKIT TANAMAN BUAH-BUAHAN”
Disusun Oleh :
M.Ali Topan
0810212085
Dosen Pengasuh :
Dr. Ir. Novri Nelly, M.P
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2011
Hama Penyakit Tanaman Mangga
(Mangifera
indica)
A. Hama
1.
Rhytidodera simulans White
Serangga hama ini dikenal dengan
penggerek batang mangga atau a trunk borer of mango, termasuk Ordo
Coleoptera, famili Cerambycidae dan ditemukan diseluruh Indonesia.
Biologi Hama
Telurnya diletakkan pada kulit
cabang/batang mangga dan seekor serangga betina dapat inenghasilkan teiur
sebanyak 160 butir. Larva masuk kedalam cabang/batang melalui lubang bekas
gigitan semut atau menembus bagian lunak disisi tunas. Kemudian larva menggerek
cabang/batang dengan membuat lorong kebagian tangkai sebagai tempat tinggalnya.
Gerekannya menyebabakan pembuluh kayu rusak dan larva akan tetap di dalam
cabang sampai stadia pupa. Begitu menjadi dewasa kumbang tersebut keluar dari
cabang/batang.
Gejala Serangan
Pohon mangga yang terserang kumbang
ini coronanya tidak teratur dan keriput karena terus-menerus terjadi pematahan
dahan. Dalam tahap yang parah, cabang utama rusak. Pada cabang yang patah
terdapat bukit patahan yang berbentuk cincin dengan lubang ditengahnya. Cacat
ini sangat khas pada kerusakan pada kumbang hama ini. Cacat lain seperti
terdapatnya cabang-cabang dengan lubang kecil yang terusun seperti cincin,
lubang cincin itu tempat mengeluarkan kotorannya dan tepung kayu.
Serangan kumbang tersebut dimulai
pada cabang yang kecil kemudian berlanjut pada cabang yang besar. Dengan cara
ini adakalanya sanlpai cabang utamanya. Jika larvanya masih muda maka
serangannya kerap kali sangat sukar untuk dilihat. Lorong-lorong biasanya
terdapat dibagian tengah cabang dan berwarna hitam karena terdapat lubang
pembuang kotoran dan tepung kayu maka lorong-lorong tersebut bersih. Setelah
tidak terpakai lorong-lorong itu kerap kali dihuni semut hitam.
Pengandalian
Pengendalian
serangga ini dilakukan dengan :
a. Untuk
pohon mangga yang tidak terlalu tinggi maka bagian tanaman yang daunnya tampak
layu dipangkas sebatas bagian yang kayunya sehat. Bekas pangkasannya
dikumpulkan kemudian dibakar agar telur, larva yang terdapatnya didalamnya
mati,
b. Apabila
lubang gerekan ditemukan, lubang ini disumbat dengan kapas yang sudah dicelup
Insektisida atau disumbat pasak bamboo atau penyumbat lain,
c. Konservasi
parasitoid telur yang dapat menekan populasi penggerek itu adalah Promuscidae,
Anagyrus sp., dan eupelmus sp., yang menyerang telur 30-40 %.
d. Apabila
pohon mangga belum terlalu tinggi biasa dilakukan penyemprotan insektisida
secara rutin seperti insektisida diazinon, karbaril. Apabila pohon mangga sudah
tinggi dilakukan injeksi insektisida granular.
2.
Chlumetia transversa Wlk
Ulat ini dikenal dengan ulat
penggerek pucuk mangga mango shot caterpilar, termasuk Ordo Lepidoptera,
famili Noctuidae dan ditemukan di Jawa, Bali dan Sulawesi.
Gejala Serangan
Ngengat betina meletakkan telur pada
tunas/bunga mangga. Setelah telur menetas, larva menggerek pucuk tanaman
sehingga disekeliling lubang gerek ditemukan kotoran bercampur gerekan yang
meleleh dari dalam lubang. Apabila ranting dibelah akan tampak bagian dalam
yang sudah rusak berupa lorong yang memanjang dan berisi kotoran yang berwarna
hitam. Setelah tidak terpakai lorong-lorong tersebut kerap kali dihuni oleh
semut hitam. Akibat serangan ulat ini pucuk tanaman mangga menjadi layu dan
kering.
Pengendalian
Pengendalian serangga ini dilakukan
dengan memangkas pucuk yang terserang. agar penggerek tidak menjalar lebih jauh
kebagian pangkal/ranting. Pemangkasan itu akan membuat larva aktif yang masih
terdapat di dalamnya. Pangkasannya dibakar agar larva mati.
3.
Noorda albizonallia Hps
Ulat hama ini dikenal dengan ulat
pengerek buah mangga atau a red banded borer of mango, termasuk Ordo
Lepidoptera, famili Pyralidae yang ditemukan di Jawa, Kalimantan.
Biologi Hama
Ngegat betina meletakkan telur pada
buah mangga yang masih muda setelah 4-5 hari telur menetas dan ulat menggerek
buah mangga. Ulat tinggal dalam buah mangga selama 14 hari sambul terus merusak
buah mangga. Apabila ulat sudah siap untuk menjadi pupa, ulat masuk kedalam
tanah. Stadium pupa berkisar 13 – 14 hari dan sikus hidup 40 hari. Kerusakan
yang disebabkan oleh penggerek hama ini sebesar 1,45%. Tanaman inangnya mangga.
Gejala Serangan
Buah yang terserang umumnya buah
yang masih muda, buah mangga berlubang-lubang dan disekitarnya terdapat kotoran
bercampur bekas gerekan yang meleleh dari dalam.
Pengendalian
Pengendaian serangga hama ini
dilakukan dengan pembungkusan buah muda satu-persatu sebelum serangga betina
meletakkan telur. Buah yang berjatuhan dikumpulkann sebelum ulatnya masuk
kedalam tanah demikian pula buah yang masih di pohon tetapi telah diserang ulat
sebaiknya dipetik toh akhirnya jatuh Buah dikumpulkan dibakar agar ulatnya
mati.
.
4.
Dacus dorsalis Hend.
Lalat buah ini dikenal dengan
Oriental fruit fly, termasuk Ordo Diptera, famili Tephritidae dan ditemukan
diseluruh Indonesia. Inangnya tanaman belimbing, pisang, jeruk, cabai dan
lain-lainnya.
Bilogi Hama
Lalat betina meletakkan telur
didalam jaringan kulit buah mangga dengan jalan menusukkan ovipositornya.
Akibatnya pada buah mangga tampak titik hitam. Disekitar titik tersebut menjadi
kering, coklat dan akhirnya Buah busuk. Pada buah mangga yang terserang
biasanya ditemukan lubang kecil di tengahnya. Apabila dibelah, ditemukan ulat
atau belatung kecil dan akan meloncat bila tersentuh. Buah yang terserang
kemudia jatuh. larva masuk kedalam tanah, untuk selanjunya berkembang menjadi
pupa. Setelah sekitar 10 hari, pupa berkembang menjadi lalat dewasa. Siklus
hidupnya 23-26 hari.
Pengandalian
Pengendalian
serangga ini dilakukan dengan:
a. Pembungkusan
buah mangga yang masih kecil dengan kantung pembungkus dari plastik.
Pembungkusnya dilubangi dibagian pojok kanan, pojok kiri dan tengah. Maksudnya
agar air hujan yang masuk atau air siraman yang tertampung bisa keluar dari
plastik.
b. Penggunaan
methyl eugenol. Methyl eugenol merupakan senyawa organik mirip feromon yang
dikeluarkan oleh lalat betina.
c. Pencangkulan
tanah dibawah pohon mangga tersebut agar larva yang akan membentuk pupa atau
pupa yang sudah terdapat didalam tanah itu tercangkul/terkena sinar matahari
dan mati.
B. Penyakit
1.
Penyakit Antraknose (Colletotrichum
sp.)
Gejala Serangan
Terjadi
bintik-bintik hitam pada flush, daun, malai dan buah. Serangan menghebat jika
terlalu lembab, banyak awan, hujan waktu masa berbunga dan waktu malam hari
timbul embun yang banyak. Apabila bunganya terserang maka seluruh panenan akan
gagal karena bunga menjadi rontok.
Pengendalian
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan pemangkasan,
pengeturan penanaman jangan terlalu rapat, bagian tanaman terserang dikumpulkan
dan dibakar.
2.
Penyakit Recife, Diplodia
recifensis
Penyakit
ini disebut juga Blendok, vektor penyakit ini adalah kumbang Xyleborus
affinis.
Gejala Serangan
Kumbang
Xyleborus affinis membuat terowongan di batang/cabang kemudian dan
cendawan Diplodia masuk ke dalam terowongan. Di luar tempat kumbang
menggerek akan keluar blendok (getah). Penyakit mangga lainnya seperti embun
jelaga (jamur Meliola mangiferae), kudis/scab (Elsinoe mangiferae),
bercak karat merah (ganggang Cephaleuros sp.)
Pengendalian
Pengendalian
penyakit ini dapat dilakukan dengan memotong bagian tanaman yang sakit. Lubang
terowongan yang dibuat oleh kumbang di tutupi dengan kapas yang telah
dicelupkan kedalam insektisida.
Hama Penyakit Tanaman Apel
A. Hama
1. Kutu Daun Hijau (Aphis pomi Geer)
Gejala Serangan
Gejala serangan hama
ini bermula menghambat pembungaan dan bila berbuah mengakibatkan buah-buah muda
gugur atau menurunkan mutu/kualitas buah. Pada serangan hebat mengakibatkan
tidak terjadi pembuahan.
Pengendaliannya:
a. Secara biologis, dengan menggunakan musuh alami
seperti Coccinellidae dan Lycosa.
b. Secara kultur teknis, dengan sanitasi kebun dan
pengaturan jarak tanam.
2. Tungau atau Spider mite atau Cabuk Merah (Panonychus
ulmi)
Gejala Serangan
Gejala serangan pada
buah mengakibatkan bercak coklat pada kulit buah apel.
Pengendalian
a. Secara biologis, dengan menggunakan musuh alami
seperti Coccinellidae dan Lycosa.
b. Secara kimia, dengan menggunakan pestisida
seperti Omite 570 EC sebanyak 2 cc per liter air setiap 2 minggu sekali pada
awal peningkatan jumlah hama, yaitu apabila ditemukan 8 ekor kutu per daun.
3. Thrips
Gejala Serangan
Gejala serangan pada
buah yang masih sangat muda dan timbul bekas luka berwarna coklat keabu-abuan.
Pengendalian
a. Secara biologis, dengan menggunakan musuh alami
seperti Coccinellidae dan Lycosa.
4. Lalat Buah (Rhagoletis pomonella)
Gejala Serangan
Larva memakan daging
buah yang mengakibatkan buah menjadi benjol-benjol, timbul lubang-lubang, dan
akhirnya membusuk.
Pengendalian
a. Secara kultur teknis, dengan membungkus buah.
b. Selain itu dapat juga digunakan perangkap lalat
buah jantan dengan menggunakan Methyl Eugenol (0,1 cc) yang diteteskan pada
kapas yang telah diberi insektisida pada wadah botol plastic bekas tempat minum
yang dipasang disekitar kebun.
c. Untuk mengetahui ada atau tidak ada lalat dalam
kebun dapat digunakan perangkap kuning (yellow traps).
B. Penyakit
1. Embun Tepung atau Powdery Mildew (Podosphaera
leucoticha)
Gejala Serangan
Gejala serangan pada
buah muda berwarna kecoklatan dan pada buah tua warna kulit menjadi coklat
muda/seperti sawo.
Pengendalian
a. Secara kultur teknis, dengan membersihkan rumput
di sekitar tanaman dan memotong bunga atau buah muda yang terinfeksi,
dikumpulkan kemudian dibakar.
b. Secara kimia, dengan fungisida seperti
dinokap/Karathane ukuran 4 gram per liter, quinometionat/Morestan ukuran 1 gram
per liter apabila ada serangan 5 % dari jumlah daun. Penyemprotan setelah
defoliasi (pengguguran daun) sampai tunas berumur 4 – 5 minggu dengan jarak 7
hari.
2. Bercak Daun (Marssonina coronaria J.J.
Davis)
Gejala Serangan
Gejala serangan pada daun
yang berumur 4-6 minggu setelah perompesan (pemotongan ranting dan daun yang
tidak produktif). Mulanya pada daun timbul bercak putih tidak teratur, berwarna
coklat, permukaan atas timbul titik hitam, dimulai dari daun tua, daun muda
hingga seluruh bagian gugur.
Pengendalian
a. Secara kultur teknis, mengatur jarak tanam tidak
terlalu rapat, bagian yang terserang dibuang dan dibakar.
b. Secara kimia, yaitu menyemprot fungisida Agrisan
60 WP ukurannya 2 gram per liter air, dosis 1000 – 2000 gram per hektar sejak
10 hari setelah rompes dengan jarak waktu (interval) seminggu. Selain itu dapat
juga menggunakan Delseme MX 200 ukurannya 2 gram per liter air, Henlate 0,5
gram per liter air sejak umur 4 hari setelah rompes dengan jarak waktu 7 hari
hingga 4 minggu.
3. Jamur Upas (Cortisium salmonicolor Berk et
Br)
Gejala Serangan
Gejala serangan
meliputi 4 stadium, yaitu:
1. Stadium laba-laba: jamur membentuk miselium tipis
menyerupai sarang laba-laba dan belum menembus jaringan;
2. Stadium bongkol: miselium jamur mulai membentuk
hifa dan menginfeksi kulit;
3. Stadium Cortisium: jamur membentuk kerak berwarna
merah jambu dan makin tua berubah warna menjadi lebih muda atau putih. Pada
fase ini infeksi sudah parah dan pada kulit kayu di bawah kerak telah membusuk
dan mongering;
4. Stadium Necator: jamur membentuk bulatan-bulatan
kecil berwarna merah tua, bagian pinggiran busuk dan mongering.
Pengendalian
a. Secara kultur teknis, dengan membersihkan rumput
dan mengurangi kerimbunan tajuk, mengurangi kelembaban kebun.
b. Menghilangkan bagian tanaman yang sakit dan
lukanya ditutup dengan obat penutup luka.
c. Secara kimia, dengan menyemprotkan/menyaput
dengan kapur tohor ditambah fungisida (Copper Sandoz atau Derosal 60 WP setelah
perompesan dengan ukuran 2 gram per liter air).
4. Kanker (Botryosphaeria Sp.)
Gejala Serangan
Gejala serangan pada
buah di kebun maupun di gudang panen. Bermula buah timbul bercak coklat kecil,
membusuk, meluas hingga seluruh buah melembung dan busuk berair serta warna
kulit buah menjadi pucat.
Pengendalian
a. Secara kultur teknis, dengan memetik buah tidak
terlalu masak.
b. Secara kimia, yaitu menyemprot pada tanaman sehat
dengan fungisida seperti Difoliatan 4F (ukuran 100 cc per 10 liter air), Copper
Sandoz, Benomyl (ukuran 0,5 gram per liter air) dan Antracol 70 WP (ukuran 2 gram
per liter air).
5. Busuk Buah (Gloeosporium Sp.)
Gejala Serangan
Gejala serangan pada
buah di kebun maupun di gudang panen. Mula-mula timbul bercak kecil
kehijau-hijauan, membusuk, berbentuk bulat, selanjutnya bercak berubah wanca
menjadi coklat dan terdapat bintik-bintik berwarna hitam. Pada akhirnya warna
buah menjadi oranye.
Pengendalian
a. Secara kultur teknis, dengan memetik buah tidak
terlalu masak. Kemudian menanam varietas yang tahan penyakit ini, yaitu
varietas Manalagi.
b. Secara kimia, dengan menyemprotkan fungisida pada
tanaman atau apabila buah akan disimpan dicelupkan terlebih dahulu ke dalam
fungisida seperti benomil 0,5 gram per liter air.
6. Busuk Akar (Armilliaria Melea)
Gejala Serangan
Menyerang tanaman
apel pada daerah dingin basah, ditandai dengan layu daun lalu daun gugur, dan
kulit akar membusuk.
Pengendalian
a. Secara kultur teknis, tanaman apel yang terserang
dicabut sampai akar-akarnya dan bekas lubangnya tidak ditanami selama setahun.
b. Secara kimia, dengan menyemprotkan fungisida pada
tanaman atau apabila buah akan disimpan dicelupkan terlebih dahulu ke dalam
fungisida seperti benomil 0,5 gram per liter air.
Hama Penyakit Tanaman Belimbing (Averrhoa
carambola)
A. Hama
1. Dacus
dorsalis Hend.
Lalat buah ini
dikenal dengan Oriental fruit fly, termasuk Ordo Diptera, famili Tephritidae
dan ditemukan diseluruh Indonesia. Inangnya tanaman belimbing, mangga, pisang,
jeruk, cabai dan lain-lainnya.
Bilogi Hama dan Gejala serangan
Lalat betina
meletakkan telur didalam jaringan kulit buah belimbing dengan jalan menusukkan
ovipositornya. Akibatnya pada buah belimbing tampak titik hitam. Disekitar
titik tersebut menjadi kering, coklat dan akhirnya Buah busuk. Pada buah
belimbing yang terserang biasanya
ditemukan lubang kecil di tengahnya. Apabila dibelah, ditemukan ulat atau
belatung kecil dan akan meloncat bila tersentuh. Buah yang terserang kemudia
jatuh. larva masuk kedalam tanah, untuk selanjunya berkembang menjadi pupa.
Setelah sekitar 10 hari, pupa berkembang menjadi lalat dewasa. Siklus hidupnya
23-26 hari.
Pengandalian
Pengendalian serangga ini dilakukan dengan:
d. Pembungkusan
buah belimbing yang masih kecil dengan kantung pembungkus dari plastik.
Pembungkusnya dilubangi dibagian pojok kanan, pojok kiri dan tengah. Maksudnya
agar air hujan yang masuk atau air siraman yang tertampung bisa keluar dari
plastik.
e. Penggunaan
methyl eugenol. Methyl eugenol merupakan senyawa organik mirip feromon yang
dikeluarkan oleh lalat betina.
f. Pencangkulan
tanah dibawah pohon belimbing tersebut agar larva yang akan membentuk pupa atau
pupa yang sudah terdapat didalam tanah itu tercangkul/terkena sinar matahari
dan mati.
2. Penyakit
1. Penyakit
Bercak Daun
Penyebab penyakit ini adalah Cercosvora
averrhoa Fresh
Gejala serangan
Terjadi bercak-becak klorotik
berbentuk bulat dan kecil-kecil pada anak daun. Daun yang terserang berat
menjadi kuning dan rontok, bahkan sampai gundul pada tanaman muda tau stadium
bibit.
Pengendalian
Dengan cara memotong (amputasi)
bagian tanaman yang sakit dan disemprot fungisida yang berbahan aktif Kaptafol,
seperti Difolatan.
Hama
Penyakit Tanaman Jeruk
(Citrus
sp.)
A. Hama
1. Diaphorina
citri Kuw.
Serangga hama ini dikenal dengan
kutu loncat jeruk atau citrus psyllid, termasuk ordo Homoptera, famili
Psyllidae dan ditemukan di Jawa, Sumatra, Bali.
Biologi Hama
Telurnya berwarna kuning terang
berbentuk buah alpukat, diletakkan secara tunggal/berkelompok dikuncup
permukaan daun muda atau pada tangkai daun. Stadium telur 2-3 hari. Nimfa hidup
berkelompok di tunas-tunas dan kuncup untuk mengisap cairan tanaman. Setelah
2-3 hari nimfa menyebar dan menyerang daun-daun muda. Nimfa lebih merusak
daripada dewasa dan stadium nimfa 17 hari. Begitu jadi dewasa, ditandai adanya
sayap sehingga mudah meloncat apabila terkena sentuhan. Apabila sedang menghisap
cairan sel tanaman, kutu loncat itu memperlihat posisi abdomen lebih tinggi
dari posisi kepalanya. Kemudian terjadi perkawinan Setelah kutu menjadi dewasa
dan seekor betina mampu menghasilkan telur 800 butir selama masa hidupnnya.
Tanaman inangnya yaitu : tapak dara, kemuning dan tanaman lainnya.
Gejala Serangan
D.citri berperan sebagai
vector CVPD dan peran sebagai vector lebih penting daripada sifatnya sebagai
hama. Sebagai serangga hama, kutu loncat menyebabkan tunas-tunas keriting dan
pertumbuhannya terhambat. Apabila serangan berat, bagian tanaman terserang
biasanya kering secara perlahan kemudian mati.
Pengendalian
Pengendalian serangga hama dapat
dilakukan dengan konservasi musuh alami yang berupa predator famili
Coccinelidae, Syrphidae, Lycosidae diharapkan dapat nenekan kutu loncat jeruk.
Sanitasi terhadap tanaman yang terserang D. cirri dengan cara membakar
tanaman yang telah tertular CVPD. Konservasi parasitoid Tetrastighus
radiatus, Diaphorencytrus aligarhnsus dan Tamarixia radiate.
2.
Phyiiocnistis citerlla Si.
Serangga hama ini dikenal dengan
pengorok daun jeruk atau citrus leafminer, termasuk ordo Lepidoptera,
famili Gracillariidae, dan daerah penyebaran di seluruh Indonesia.
Biologi Hama
Telur diletakkan satu persatu pada
daun yang masih sangat muda, berbentuk bulat pipih berkilat, beukuran 1 mm.
Stadium telur 4 hari. Larva yang keluar dari telur, langsung masuk ke dalam
epidermis daun secara berkelok-kelok. Tiap larva hanya dapat menggorok pada
sebilah daun saja. Larva berwarna hijau kekuningan dengan bentuk yang sangat
pipih serta tidak bertungkai. Stadium larva berlangsung 6 - 7 hari. Larva
instar terakhir menggorok ke tepi daun dan menjadi pupa di pinggir daun. Pupa
berwarna kecoklatan dengan stadium 6 -7 hari. Serangga dewasa berwarna putih
dengan panjang tubuh 1,5 - 2 mm dan rentang sayap 3,5 mm. Tanaman inangnya :
anggur dan kemuning.
Gejala Serangan
Serangan hama ini menyebabkan
kerusakan pada daun yang masih muda dengan meninggalkan bekas seperti alur
berkelok-kelok transparan. Daun menjadi keriput dan sering bergulung memanjang,
dan serangan berat, daun menjadi kering dan kemudian gugur.
Pengendalian
Pengendalian serangga hama ini dapat
dengan konservasi parasitoid larva seperti Aegeniaspis sp., Cirospelus
sp., dan Trichogramma sp.. Pemetikan daun yang terserang apabila
serangannya belum tinggi dan terus di bakar.
3.
Planococcus citri Risso
Kutu dompolan atau Citrus anealy
bug, termasuk ordo homoptera, famili Pseudococeidae dan tersebar diseluruh
Indonesia.
Biologi Hama
Serangga hama ini meletakkan telur
di dalam kantung disisi tubuh, sekitar 300 butir. Telur berwarna kuning muda
dengan panjang 0,3-0,4 mm. Stadium telur 3-9 hari. Nimfa akan meninggalkan
induknya mencari tempat tinggalnya. Karena jumlahnya sangat banyak maka kutu
itu akan sating bertumpuk sehingga disebut kutu dompolan. Tempat yang disukai
kutu ini, tempat yang teduh dan tidak lembab. Kutu mudah tersebar oleh angina
dan hujan. Kutu dewasa betina berbentuk oval, panjangnya 3-4 mm, lebar 1,5-2
mm. Kutu dewasa jantan bersayap sepasang dan tubuhnya berwarna kecoklatan
dilapisi sedikit lilin putih. Panjang tubuh 0,7- 1 mm. Siklus hidupnya berkisar
20-43 hari. Tanaman inangnya : kopi, kina, teh, dadap, kakao, tembakau,
lamtoro, jati, karet, nenas dan kapas.
Gejala Serangan
Kutu dompolan menyerang tangkai buah
dan meninggalkan bekas berwarna kuning, kemudian kering sehingga banyak
buah-buah yang gugur. Pada bagian tanaman yang terserang banyak dipenuhi oleh
kutu putih seputih kapas.
Pengendalian
Pengendalian serangga ini dapat
dilakukan dengan konservasi musuh alami yang berura predator Scymnus sp.,
Brumus suturallis, Parasitoid Empusa fiesenii banyak
menekan populasi kutu ini.
4. Papilio
memnn L.
Serangga hama ini dikenal dengan
kutu pastur, termasuk ordo Lepidoptera famili Pappilionidae dan mempunyai
penyebaran di Jawa, Sumba.
Biologi Hama
Telur serangga ini berwarna kuning
hijau, diletakkan pada daun mudan atau ranting. Stadium telur 3-5 hari.Larvanya
berwarna hijau tua dengan panjang 5,5 6,0 cm. Stadium larva 19-26 hari.
Kepompongnya bertanduk dua dengan panjang 4 cm. Stadium kepompong 12-16 hari.
Kupu betina berwarna abu-abu dengan bercak putih, rllerah, hitarll sedangkan
kupu.jantan berwarna hitam dengan sayap bergurat biru tua. Tanaman inangnya Clausena
exavata, Evodia latifolia, Gyosmis pentophylla.
Gejala Serangan
Gejala serangannya daun jeruk tampak
robek dengan pinggiran daun tidak rata karena dimakan larva tersebut. Serangan
hebat akan menyebabkan daun jeruk habis dan tanaman gundul.
Pengendalian
Pengendalian serangga harna ini
dilakukan dengan Pengumpulan telur, larva, kepompong dan memusnahkannya. Secara
kimiawi dapat di lakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif
diazinon atau karbaril terutama pada tanaman yang masih muda.
5.
Prays endocarpa Meyr
Serangga hama ini dikenal dengan citrus
pock caterpillar, termasuk ordo Lepidoptera, famili Yponometidae, tersebar
di Indonesia.
Biologi Hama
Serangga hama ini yang dewasa
berwarna abu-kemerahan dengan panjang 5 mm dan meletakkan telur di bagian kulit
buah muda. Telur menetas setelah 4 hari dengan ukuran 0,5 mm. Warna telur
kehijauan. Pupa berwarna merah abu-abu dengan panjang 4,0-5,5 mm. Siklus
hidupnya 29 hari. Tanaman inangnya hanya jeruk.
Gejala Serangan
Larva menggerek kulit buah jeruk
serta hidup didalamniya. Akibatnya kulit buah jeruk itu berbenjol. Dalam
benjolan hanya terdapat satu ekor larva. Buah jeruk yang banyak diserang oleh
hama ini terutama jeruk yang berkulit tebal seperti jeruk besar
Pengendalian
Pengendalian Serangga hama dapat
dilakukan dengan pembrongsongan buah jeruk yang masih kecil agar tidak
terserang oleh serangga ini. Konservasi musuh alami berupa parasitoid larva Bracon
sp., Aegeniaspis sp., Parasitoid kepompong Brachymeria sp.
6.
Rhynchoris poseido Kirk
Kepik buah jeruk dikenal dengan spined
fruit bug termasuk ordo Hemiptera, famili Pentatomidae, dengan penyebaran
di Jawa, Sumatera, Kalimantan.
Biologi Hama
Telur kepik ini berwarna kecoklatan,
diletakkan secara berkelompok pada kulit buah. Stadium telur 5-7 hari. Nimfa
berwarna jingga dan daerah thoraxnya hitam dengan stadium 32-34 hari. Siklus
hidupnya 38-45 hari. Tanaman inangnya hanya jeruk.
Gejala Serangan
Nimfa menghisap cairan jeruk
sehingga kulit buah jeruk terlihat bercak merah pucat ditempat kepik itu
mengisap cairan makanannya. Daging buah menjadi pahit rasanya. Pada buah yang
masih muda sering gugur sebelum dipetik. Apabila diperhatikan pada buah yang
terserang kepik ini terlihat adanya bercak-bercak berwarna pucat.
Pengendalian
Pengendalian serangga hama ini
dengan penangkapan kepik-kepik dewasa dan memusnahkannya
7.
Dacus dorsalis Hend
Lalat buah jeruk ini dikenal dengan
oriental fruit fly, termasuk ordo Diptera, famili Tephrididae dan ditemukan di
seluruh Indonesia.
Biologi Hama
Lalat dewasa berwarna merah
kecoklatan, abdomen berwarna gelap.Lalat betina ujung abdomennya lebih runcing
sedangkan lalat jantan lebih bulat. Lalat betina memasukkan telur kedalam buah
jeru sebanyak 15 butir. Telur berwarna putih berbentuk bulat panjang, berukuran
2 mm, Setelah 2 hari, telur menetas menjadi larva kemudian larva hidup dan
berkembang dalam daging buah selama 6-9 hari menyebabkan buah menjadi busuk.
Pupanya ditemukan dalam tanah berwarna kecoklatan berbentuk oval dengan panjang
5 mm. Siklus hidupnya berkisar 16 hari. Tanaman inangnya cabai, mangga, pisang
dan belimbing.
Gejala Serangan
Lalat buah menyerang buah jeruk yang
hampir masak, menyebabkan buah menjadi busuk dan biasanya terdapat lubang kecil
dibagian tengahnya kemudian buah gugur. Apabila dibelah, pada daging buah
terdapat belatung kecil yang meloncat jika disentuh..
Pengendalian
Pengendalian
serangga ini dilakukan dengan :
a. Pembungkusan
buah jeruk yang masih kecil dengan cara membungkus buah pada tandan pisang itu
dengan kantung pembungkus dari plastik. Pembungkusnya dilubangi dibagian pojok
kanan, pojok kini dan tengah. Maksudnya agar air hujan yang masuk atau air
siraman yang tertampung bisa keluar dari plastik.
b. Penggunaan
methyl eugenol. Methyl eugenol merupakan senyawa organik mirip feromon yang
dikeluarkan oleh lalat betina. Kapas yang sebelumnya ditetesi insektisida
monokrotofos sebanyak 2 cc, ditetesi juga dengan methyl eugenol sebanyak 0,1
cc/kapas. Kemudian kapas tersebut dimasukan kedalam botol aqua yang sudah
dimodifikasi dan digantungkan pada pelepah daun setiuiggi 2-3 m diatas
permukaan tanah. Jumlah perangkap 5-10 buah untuk setiap hektar. Lalat jantan
yang mencium aroma methyl eugenol akan datang masuk ke dalam botol perangkap,
karena menduga ada lalat betina di daamnya. Lalat akan mengerumuni kapas sumber
aroma tersebut dalam hal ini lalat jantan akan menghisap feromon iuza menghisap
racun, akhirnya mati.
c. Pencangkulan
tanah dibawah pohon jeruk tersebut agar larva yang akan membentuk pupa atau
pupa yang sudah terdapat didalam tanah itu tercangkul/terkena sinar matahari
dan mati.
B. Penyakit
1.
Penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD)
Penyebab
Bakteri Liberobacter asiaticum.
Gejala Penyakit :
Gejala luar :
Gejala
khas CVPD adalah belang - belang kuning (blotching), mulai berkembang pada
bagian ujung tanaman (pertumbuhan baru) pada daun yang ketuaannya sempurna,
bukan pada daun muda atau tunas. Gejala ini sulit dibedakan dengan gejala
kekurangan hara Zn. Tulang - tulang daun dan urat-urat daun tampak lebih
menonjol dengan warna hijau gelap (kontras dengan warna lamina daun).
Pengamatan gejala sebaiknya dilakukan pada permukaan atas dan bawah daun.
Gejala belang - belang pada bagian atas sama dengan bagian bawah. Pada gejala
lanjut daun menjadi lebih kaku dan lebih kecil, tulang daun menjadi berwarna
kuning. Gejala ini sangat jelas pada jeruk manis, tetapi kurang jelas pada daun
jeruk Mandarin.
Gejala dalam :
Irisan
tipis ibu tulang daun yang bergejala khas CVPD, terlihat jaringan floemnya
tampak lebih tebal, karena adanya pengempisan pembuluh tapis dalam floem berupa
jalur - jalur putih. Bila diberi pewarna KI akan terlihat adanya akumulasi pati
yang berlebihan dalam sel - sel tersebut.
Tanaman inang lain :
Anggota
Rutaceae seperti Poncirus tripoliata Raf., Kemuning (Murraya paniculata L.),
Swinglea glutinosa Merr., Clausena indica, Atalantia missionis dan Triphasia
aurantiola, tapak dara / Periwinkel (Vinca rosea L.), Maja (Aegle marmeles),
dan Kawista (Limnocitrus lettoralis).
Pengendalian
Penerapan
PTKJS Peraturan yaitu melarang membawa / memasukkan benih jeruk dari daerah
serangan ke daerah lain yang masih bebas penyakit CVPD (belum terserang).
2. Penyakit Tristeza (Quick Decline)
Penyebab
: Virus Tristeza jeruk (Citrus Tristeza Virus =CTV) dengan serangga penular Toxoptera
citricida Krik. Penyebaran : Di Indonesia terdapat di Sumatera, Jawa, dan
Kalimantan. Di Luar Negeri dilaporkan terdapat di Malaysia, Thailand,
Philipina, Taiwan, Fiji, India, Australia, Selandia Baru. Hawaii, Israel,
AfrikaSelatan dan Barat, serta Amerika Utara dan Selatan.
Gejala Serangan
Gejala
infeksi pada tanaman adalah kerusakan pada jaringan pembuluh tapis (floem),
lekukan atau celah - celah pada jaringan kayu pada batang, cabang atau ranting
dan gejala daun menguning. Pada varietas yang tahan seperti jeruk keprok
gejalanya bisa tak tampak tetapi tetap merupakan sumber infeksi bagi varietas
yang peka.
Gejala
khas penyakit virus ini adalah daun - daun tanaman yang berubah menjadi
berwarna perunggu atau kuning dan gugur sedikit demi sedikit. Biasanya terjadi
pemucatan tulang daun (vein clearing) berupa garis - garis putus atau memanjang
pada tulang daun yang tembus cahaya 2 minggu sampai 2 bulan setelah tertular.
Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat / merana, kerdil, daun kaku dan berukuran
lebih kecil dengan tepinya melengkung keatas. Bunga yang dihasilkan berlebihan,
tetapi tdak dapat berkembang menjadi buah yang masak.
Pengendalian
Pengendalian
a. Penggunaan bibit sehat
b. Penggunaan mata tempel yang bebas
penyakit dan batang bawah tahan terhadap virus Tristeza
c. Eradikasi terhadap tanaman sakit dan
tanaman inang serangga penular, kemudian dibakar.
3. Busuk Pangkal Batang (Brown rot
Gummosis)
Penyebab
: Cendawan Phytophthora spp., diantaranya yang penting adalah jamur P.
nicotianae var parasitica (Dast) . Di Indonesia spesies yang
utama adalah P. nicotianae var. parasitica. : Penyakit terdapat di Jawa,
Sumatera, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Bali. Tanaman inang lain
adalah kacang tanah, cabai, tapak dara, kenaf, ubi kayu, jarak, terung, sirsak,
srikaya, aren, pepaya, kelapa, terung belanda, durian, karet, pala, sirih,
lada, kakao, anggrek Vanda dan kemiri minyak.
Gejala Serangan
Penyakit
ini umumnya menyerang pada bagian pangkal batang dekat permukaan tanah atau
pada bagian sambungan antara batang atas dan bawah bibit jeruk okulasi. Gejala
awal tampak berupa bercak basah yang berwarna gelap atau hitam kebasah-basahan
pada permukaan kulit pangkal batang. Jaringan kulit kayu yang terserang
mengalami perubahan warna bahkan permukaan kulit, kambium, kayu, terutama pada
serangan lanjut.
Kulit
batang yang terserang, permukaannya cekung dan mengeluarkan belendok, dan pada
tanaman terserang sering terbentuk kalus. Kematian tanaman akibat serangan
penyakit ini terjadi apabila bercak pada kulit melingkari batang. Perkembangan
bercak ke bagian atas, umumnya terbatas hingga 60 cm di atas permukaan tanah,
sedangkan perkembangan ke bagian bawah dapat meluas ke bagian akar tanaman.
Pengendalian
a. Mengurangi kelembaban kebun dengan
mengatur drainase, jarak tanam, pemangkasan, dan sanitasi lingkungan / kebun.
b. Menghindarkan terjadinya pelukaan
terhadap baik akar maupun pangkal batang pada waktu pemeliharaan / penyiangan.
c. Membongkar tanaman (termasuk
akarnya) yang terserang berat, kemudian membakarnya.
d. Memotong / membuang bagian tanaman
yang sakit, termasuk 1 - 3 cm bagian kulit sekitarnya yang sehat, kemudian
diolesi fungisida. Untuk mempercepat pemulihan (regenerasi), sebaiknya bagian
atas dan bekas luka potongan membentuk titik.
e. Mengunakan agens antagonis cendawan
Trichoderma spp., Gliocladium spp. yang dicampur dengan pupuk kandang / kompos.
4. Penyakit Kulit Diplodia (Bark rot / Diplodia
Cummosis)
Penyebab Cendawan Botryodiplodia theobromae Pat. (Oomycetes); yang dulu dikenal dengan nama Diplodia zae Lev.; Diplodia natalensis P.Evans.
Di Indonesia penyakit ini terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Di luar negeri penyakit terdapat di Amerika Serikat, Kuba, India, Malaysia, dan Thailand.
Gejala Serangan
Pada
jeruk dikenal dua macam Diplodia yaitu Diplodia “basah” dan Diplodia “kering”.
Penyakit ini dapat menyerang akar, batang dan ranting dan dapat mengakibatkan
busuk akar, busuk leher dan mati ranting.
Serangan
Diplodia basah mudah dikenal karena tanaman yang terserang mengeluarkan
“blendok” yang berwarna kuning emas dari batang atau cabang - cabang tanaman.
Kulit tanaman yang terserang setelah beberapa lama dapat sembuh kembali, kulit
yang terserang mengering dan mengelupas. Sering terjadi penyakit berkembang
terus, sehingga pada kulit terjadi luka - luka yang tidak teratur,
kadang-kadang terbatas pada jalur yang sempit, memanjang dan dapat juga
berkembang melingkari batang atau cabang yang dapat menyebabkan kematian cabang
atau tanaman. Cendawan berkembang di antara kulit dan kayu, dan merusak lapisan
kambium tanaman. Kayu yang telah mati berwarna hijau sampai hitam.
Serangan
Diplodia kering umumnya lebih berbahaya karena gejala permulaan sukar
diketahui. Kulit batang atau cabang tanaman yang terserang mengering, terdapat
celah - celah kecil pada permukaan kulit, dan pada bagian kulit dan batang yang
ada di bawahnya berwarna hitam kehijauan. Pada bagian celah - celah kulit
terlihat adanya massa spora cendawan berwarna putih atau hitam. Perluasan kulit
yang mengering sangat cepat dan bila sampai menggelang tanaman, menyebabkan
daun-daun tanaman menguning dan kematian cabang atau pohon.
Pengendalian
a. Sanitasi tanaman. Potong pohon /
cabang / ranting yang terserang berat, buang kulit yang terinfeksi sedang dan
bersihkan kulit yang terinfeksi ringan serta lingkungan dari gulma.
b. Mengurangi kelembaban kebun dengan
mengatur jarak tanam dan melakukan pemangkasan.
c. Penjarangan buah, agar keadaan
tanaman tidak terlalu berat, sehingga cabang / ranting tidak luka / retak.
d. Menghindari pelukaan terhadap akar
maupun batang pada waktu penyiangan.
e. Memotong / membuang bagian bagian
kulit batang tanaman yang sakit,
f. Mengunakan agens antagonis Trichoderma
spp., Gliocladium spp., Pseudomonas fluorescens dan dilanjutkan
dengan Bacillus subtilis yang telah dicampur dengan pupuk
kandang/kompos, setelah kulit dikupas.
Hama
Penyakit Tanaman Duku
(Lansium
domesticum Corr.)
Hama
1. Kelelawar
Buah duku yang diincar kelelawar
adalah buah duku yang matang dan siap dipanen. Pengendalian dapat dilakukan
untuk mencegah gangguan kelelawar ini adalah dengan membungkus buah duku sejak
buah itu berukuran kecil. Bahan pembungkus dapat berupa ijuk tanaman aren, kain
bekas, bongsang yang terbuat dari anyaman bambu.
2. Kutu
perisai (Asterolecantium sp.)
Hama ini menyerang daun dan batang
duku. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara pemeliharaan dan perawatan
tanaman sebaik mungkin, menggunakan insektisida yang sesuai dengan jenis hama
yang mengganggunya.
Penyakit
1.
Penyakit antraknosa (Colletotrichum
gloeosporiods)
Gejala serangan dapat dilihat adanya
bintik kecoklatan pada rangkaian buah, serangan ini menyebabkan buah berguguran
lebih awal dan juga menyebabkan kerugian pasca panen. Pengendaliannnya dapat
dilakukan dengan pemeliharaan tanaman yang baik, disemprot dengan fungisida
sesuai dengan peruntukannya masing-masing obat.
2. Penyakit
mati pucuk
Penyebab penyakit ini adalah
cendawan Gloeosporium sp. menyerang ujung cabang dan ranting yang nampak
kering. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan pemeliharaan tanaman yang baik,
dilakukan dengan disemprot dengan fungisida seperti Manzate, Zerlate, Fermate,
Dithane D-14 atau pestisida lain. Dosis untuk obat pemberantasan penyakit ini
harus disesuaikan dengan anjuran pada label masing-masing obat.
Hama
Penyakit Tanaman Nenas
(Ananas
comosus)
A. Hama
1. Penggerak
buah (Thecla basilides Geyer)
Ciri-Ciri Hama
Kupu-kupu berwarna coklat dan
kupu-kupu betina meletakkan telurnya pada permukaan buah, kemudian menetas
menjadi larva; bentuk larva pada bagian tubuh atas cembung, bagian bawah datar
dan tubuh tertutup bulu-bulu halus pendek.
Gejala Serangan
Menyerang buah dengan cara
menggerek/melubangi daging buah; buah nanas yang diserang hama ini berlubang
dan mengeluarkan getah, kemudian membusuk karena diikuti serangan cendawan atau
bakteri.
Pengendalian
a. Non
kimiawi dengan menjaga kebersihan kebun serta membuang bagian tanaman yang
terserang hama,
b. Kimiawi
dengan menyemprot insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Basudin 60 EC
atau Thiodan 35 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.
2. Kumbang
(Carpophilus hemipterus L.)
Ciri-ciri hama
Berupa kumbang kecil, berwarma
coklat/hitam; larva berwarna putih kekuningan, berambut tipis, bentuk langsing
berkaki 6.
Gejala Serangan
Menyerang tanaman nanas yang gluka
sehingga bergetah dan busuk oleh mikroorganisme lain (cendawan dan bakteri).
Pengendalian
Pengendalian hama ini dapat
dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun dan pemberian insektisida.
3. Thrips (Holopothrips
ananasi Da Costa Lima)
Ciri-Ciri Hama
Tubuh thrips berukuran sangat kecil
panjang sekitar 1,5 mm, berwarna coklat, dan bermata besar.
Gejala Serangan
Menyerang tanaman dengan cara
menghisap cairan sel daun sehingga menimbulkan bintik-bintik berwarna perak;
pada tingkat serangan yang berat menyebabkan pertumbuhan tanaman muda
terhambat.
Pengendalian
a. Secara
non kimiawi dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun dan mengurangi
ragam tanaman inang,
b. Secara
kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida: Mitac 200 EC atau Dicarol 25
SP pada konsentrasi yang dianjurkan.
4. Ulat
buah (Tmolus echinon L)
Ciri-Ciri Hama
Serangga muda/dewasa berupa
kupu-kupu berwarna coklat serta larva/ulat tertutup rambut halus dan kepalanya
kecil.
Gejala Serangan
Menyerang buah nanas dengan cara
menggerek dan membuat lubang yang menyebabkan buah berlubang, bergetah dan
sebagian buah memotong bagian tanaman yang terserang berat.
Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan
mengumpulkan/membunuh ulat secara mekanis, serta disemprot insektisida: Buldok
25 EC atau Thiodan 35 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.
B. Penyakit
1. Busuk
hati dan busuk akar
Penyebab
Cendawan Phytophthora parasitica Waterh
dan P. cinnamomi Rands. Penyakit busuk hati disebut hearth rot,
sedangkan busuk akar dinamakan root rot. Penyebaran penyakit dibantu
bermacam-macam tanaman inang, air yang mengalir, alat-alat pertanian, curah
hujan tinggi, tanah yang mengandung bahan organik dan kelembaban tanah tinggi
antara 25-35 derajat C.
Gejala Serangan
Pada daun terjadi perubahan warna
menjadi hijau belang-belang kuning dan ujungnya nekrotis; daun-daun muda mudah
dicabut bagian pangkalnya membusuk dengan bau busuk berwarna coklat, dan
akhirnya tanaman mati; pembusukan pada sistem perakaran.
Pengendalian
a. Non
kimiawi dilakukan dengan cara perbaikan drainase tanah, mengurangi kelembapan
sekitar kebun, dan memotong/mencabut tanaman yang sakit,
b. Kimiawi
dengan pencelupan bibit dalam larutan fungisida sebelum tanam, seperti Dithane
M-45 atau Benlate.
2. Busuk
pangkal
Penyebab
Cendawan Thielaviopsis paradoxa (de
Seyn) Hohn atau Ceratocystis paradoxa (Dade) C. Moreu. Penyakit ini
sering disebut base rot. Penyebaran penyakit dibantu tanaman inangnya,
adanya luka-luka mekanis pada tanaman, angin, hujan dan tanah.
Gejala Serangan
Pada bagian pangkal batang, daun,
buah dan bibit menampakkan gejala busuk lunak berwarna coklat atau
hitam, berbau khas, atau bercak-bercak putih kekuning-kuningan.
Pengendalian
a. Non
kimiawi dengan melakukan penyimpanan bibit sementara sebelum tanamn agar luka
cepat sembuh, menanam bibit pada cuaca kering, dan menghindari luka-luka
mekanis.
b. Kimiawi
dengan perendaman bibit dalam larutan fungisida Benlate.
Hama Penyakit Tanaman Semangka
1. Penyakit :
Antraknosa (Busuk Buah)
Patogen
Penyebab
penyakit busuk buah semangka ini adalah jamur Colletotrichum orbiculare
(Berk. & Mont.) Arx (Syn C. legenarium (Pass.) Ellis & Halst.)
Deskripsi penyakit
Penyakit ini mulai teridentifikasi
sejak tahun 1867 di Italia. Penyakit ini pada umumnya menyerang buah pada
tanaman cabe (sering dikenal dengan nama “pathek”).
Gejala Serangan
Gejala
serangan antraknose di semangka akan tampak pada bibit, daun, tangkai daun,
batang dan buah. Gejala di daun adalah dengan adanya luka berwarna coklat
sampai hitam dengan tepi tidak beraturan dan mengelompok di sekitar tulang
daun. Pada tangkai daun dan batang terdapat luka cekung dangkal berbentuk
lonjong dan pada buah gejalanya terdapat spot berwarna kehitaman busuk kering.
Patogen ini
hidup pada sisa tanaman terinfeksi atau pada inang sementara dan terikut dalam
benih yang buahnya terserang. Oleh karena itu pada produksi benih untuk
pembenihan, seleksi buah harus dilakukan untuk menghindari terikutnya buah-buah
yang terserang penyakit tersebut. Spora jamur ini penyebarannya dibantu oleh
angin, hujan dan aktivitas pekerja. Untuk per-kecambahan dan per-tumbuhan spora
memerlukan suhu optimum 22-27OC dan kelembaban 100% selama 24 jam.
Penetrasi
jamur ke inang dengan cara membentuk “infection peg” semacam kaki-kaki yang
bisa men-cengkeram pada bidang permukaan terinfeksi. Serangan terjadi 72 jam
setelah spora membentuk infection peg dan selanjutnya gejala terlihat 96 jam
setelah infeksi, dimana sel-sel sudah dipenuhi mycelium jamur tersebut.
Pengendalian
a. patogen dengan cara membeli benih-benih
bersertifikasi / berlabel yang terhindar dari inokulum (pembawa penyakit),
menimbun sisa atau bekas tanaman yang sudah terserang dan sebaiknya lokasi
penimbunan jauh dari pertanaman yang bisa digunakan sebagai inang sementara
seperti cabe.
b. Pengendalian dengan pergiliran masa
tanam dan menjaga kondisi lingkungan, menanam pada areal baru yang belum
ditanami.
c. Pengendalian kimia menggunakan
fungisida protektan dan eradikan yang berbahan aktif copper hydroxide.
2. Penyakit : Cercospora leaf
spot (Cacar Daun)
Patogen
Penyakit
cacar daun semangka disebabkan oleh jamur Cercospora citrullina Coke.
Deskripsi penyakit
Penyakit ini menyerang daun pada
hampir semua tanaman famili cucurbitaceae di daerah tropis dan
subtropis. Secara khusus gejala patogen ini ditemukan di daun, tetapi mereka
juga akan muncul di tangkai daun dan batang bila lingkungan mendukung
sporulasinya. Penyebarannya banyak dibantu oleh angin. Suhu yang optimal untuk
mempercepat pertumbuhan dan perkembangannya adalah 26-32oC dan infeksi akan
terjadi setiap 7-10 hari.
Gejala Serangan
Cercospora tidak menimbulkan kerusakan pada
buah, tetapi akan menyebabkan terjadinya defoliasi daun dan akhirnya mengurangi
ukuran dan kualitas buah. Gejala penyakit ini pertama kali akan muncul pada
daun-daun muda dengan membentuk spot yang melingkar tidak beraturan dengan
bagian tengah berwarna coklat terang. Gejala serangan ini terlihat jelas daun
bagian atas.
Pengendalian
Pengendalian
yang dapat dianjurkan adalah dengan sanitasi lingkungan untuk mengurangi sumber
inokulum, rotasi tanaman dan pengendalian kimia menggunakan fungisida berbahan
aktif Chlorothalonil yang diaplikasikan sejak daun terbentuk sempurna atau jika
kondisi lingkungan mendukung untuk perkembangan penyakit dan diulang tiap 7
hari. Fungisida yang lain yang dapat digunakan adalah yang berbahan aktif
Maneb.
3. Penyakit : Bacterial
Fruit Blotch (Busuk buah basah / bisul buah)
Patogen
Penyebab
penyakit adalah baketri Pseudomonas pseudoalcaligenes stainer subspesies
citrulli schaad et al.
Deskripsi penyakit
Penyakit
ini pertama kali dilaporkan oleh Mariana Islands tahun 1988, meskipun untuk
family cucurbit lainnya cukup tahan, tetapi pada semangka penyakit ini sangat
nyata mengurangi hasil panen. Bacterial Fruit Blotch disebabkan oleh Pseudomonas
pseudoalcaligenes stainer subspesies citrulli schaad et al. Patogen
ini penyebarannya biasanya lewat benih baik secara internal maupun external
kontaminasi dan dapat juga terjadi pada lapisan benih. Kondisi yang mendukung
perkembangan patogen ini adalah kelembaban yang tinggi dan suhu sekitar 26oC.
Gejala Serangan
Gejala
serangan dari Bacterial Fruit Blotch adalah terdapatnya busuk basah dengan
ukuran kecil, diameter kurang dari 1 cm, kemudian berkembang dengan cepat
menutupi permukaan buah selama 7-10 hari.
Cara pengendalian
Pengendalaian
penyakit ini tergantung apakah benih terkontaminasi atau tidak, Rotasi tanaman
dan pengolahan tanah yang baik dapat mengurangi tingkat intensitas serangan.
Hindari dan cegah terjadinya kerusakan kulit buah, baik selama pengangkutan
maupun penyimpanan. Pengendalian secara kimia mulai dilaksanakan saat awal
pembentukan buah. Fungisida yang dapat dipakai adalah yang berbahan aktif
copper hydroxide.
4. Penyakit :
Alternaria Leaf Spot
Patogen
Penyebab penyakit ini adalah Alternaria cucumerina
Deskripsi penyakit
Penyakit bercak
ternyata tidak hanya menyerang tanaman kubis maupun cabai saja namun juga pada
tanaman yang tergolong timun-timunan. Penyakit bercak pada semangka ini
disebabkan cendawan Alternaria cucumerina. Biasanya, penyakit ini
menyerang hanya satu jenis tanaman saja. Tanaman dapat terserang pada berbagi
fase pertumbuhan. Penyakit ini dapat bertahan di tanah untuk jangka waktu lama.
Penyakit ini bisa berpindah dari satu lahan ke lahan lain melalui mesin-mesin
pertanian, seresah daun yang telah terserang, dan air irigasi. Suhu tanah yang
tinggi sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini.
Gejala Serangan
Serangan
pada bibit tanaman dapat menyebabkan mati atau kerdil. Sedangkan pada tanaman
yang lebih tua akan layu pada tengah hari pada beberapa waktu, kemudian layu
untuk seterusnya dan akhirnya mati. Jaringan angkut tanaman menjadi kuning atau
coklat.
Cara pengendalian
Pengendaliannya
dapat dilakukan dengan menggunakan varietas yang tahan. Menghindari penanaman
di lahan yang telah diketahui mengandung penyakit ini. Serta mencuci peralatan
saat berpindah dari lahan satu ke lahan lainnya. Lahan yang tergenangi untuk
padi dapat mengurangi keberadaan penyakit di tanah.
5. Penyakit : Layu
Fusarium
Patogen : Fusarium oxysporum f.sp. niveum
Deskripsi penyakit
Layu
fusarium merupakan penyakit yang sering menyerang tanaman famili timun-timunan.
Penyebabnya adalah Fusarium oxysporum f.sp. niveum pada semangka.
Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, namun beberapa jenis terdapat hanya
pada lokasi tertentu saja. Seperti halnya penyakit alternaria, penyakit ini
hanya menyerang satu jenis tanaman saja. Penyakit ini dapat bertahan di tanah
untuk jangka waktu lama dan bisa berpindah dari satu lahan ke lahan lain
melalui mesin-mesin pertanian, seresah daun yang telah terserang, maupun air
irigasi. Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini.
Gejala Serangan
Tanaman
yang terserang bisa terjadi pada berbagai tahap pertumbuhan. Mulai dari bibit
hingga tanaman tua. Baik saat bibit maupun tanaman dewasa , serangan penyakit
ini dapat meyebabkan layu yang akhirnya mati. Tandanya dapat dilihat pada
jaringan angkut tanaman yang berubah warna menjadi kuning atau coklat.
Cara pengendalian
Adapun
pengendaliannya dapat dilakukan dengan menggunakan varietas yang tahan bila
memungkinkan. Hindari lahan yang telah diketahui mengandung penyakit ini.
Cucilah peralatan saat berpindah dari lahan satu ke lahan lainnya. Lahan yang
tergenangi untuk padi dapat mengurangi keberadaan penyakit di tanah.
Hama Penyakit Tanaman Pisang
(Musa
paradisica)
A. Hama
1. Erionata
thrax L.
Serangga
hama ini dikenal dengan penggulung daun atau Case building caterpillar, termasuk
ordo Lepidoptera, famili Herperidae dan mempunyai daerah penyebaran di
Indonesia.
Biologi
Hama
Telur diletakkan dibagian bawah daun sekitar 25 butir
dengan stadium telur 5 - 6 minggu. Dalam satu area kebun pisang yang tidak
begitu luas biasanya terdapat satu stadium saja misalnya stadium larva saja
atau kepompong saja. Imago serangga ini mengisap nektar bunga pisang. Tanaman inangnya pisang dan Musa textilis.
Gejala
serangan
Larva serangga ini akan menggunting daun pisang dari arah
pucuk dan menggulung di bagian pangkal sehingga terlihat adanya gulungan daun
pisang yang didalamnya terdapat larva atau kepompongnya. Larva memakan dalam
gulungan daun tersebut. Daun pisang yang belum tua, sangat disukai larva
serangga tersebut.
Pengendalian
Cara
pengendaliannya yaitu dengan memangkas daun yang terserang, kemudian dibakar.
Konservasi parasitoid telur Ooencyrtus erionotae Ferr, Agiommatus sp.,
Anastatus sp. Parasitoid ini dapat menekan 50 - 70 % telur. Parasitoid
larva Apanteles erionotae Wlk. Dapat menekan sekitar 10 % larva,
parasitoid kepompong Brachymerta sp. Xanthopimpia sp. Pengendalian secara kimiawi dapat
dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif kuinalfos dan
triklorfon. Insektisida berbahan aktif sistemik lebih efektif digunakan,
mengingat ulat daun ini bersembunyi dalam gulungan daun.
2. Cosmopolites
sordidus Germar
Serangga
hama ini dikenal dengan penggerek batang atau Banana weevil, termasuk
ordo Coleoptera, famili Curculionidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa.
Biologi
Hama
Telurnya berwarna putih kekuningan, berbentuk elips
dengan panjang 2 mm. Telur sebanyak 10 – 50 butir diletakkan di celah – celah
pelepah batang pisang, terutama pada bagian yang sedang membusuk. Stadium telur
5-8 hari. Larva kumbang ini berwarna coklat. Stadium larva berkisar 14 - 21
hari. Kepompongnya berada dalam batang tanaman pisang sampai keluar kumbangnya.
Stadium kepornong 5 - 7 hari. Kumbang ini tidak pernah terbang jauh, gerekannya
lamban dari pohon pisang yang satu ke pohon pisang yang lain, yang letaknya
masih berdekatan. Tanaman inangnya pisang.
Gejala
serangan
Larva ini akan membuat lorong-lorong pada batang pisang
dengan cara menggerek dan memakan pelepah batang pisang. Pembuatan
lorong-lorong itu terus berlanjut sampai ke umbi batang pisang dari tanaman
induk maupun anakan pisang yang masih muda. Bagian dalam tanaman pisang dirusak
sedangkan bagian luarnya tampak utuh, sehingga gejala luar terlihat daun pisang
layu dan pelepahnya mudah patah. Apabila batang pisang ditebang akan tampak
lorong-lorong yang dibuat oleh kumbang tersebut.
Pengendalian
Pengendalian serangga Hama ini dilakukan dengan penanaman
varietas tahan seperti lempereng, pisang kepok dan pisang tanduk. Sanitasi
kebun dengan membersihkan pelepah tua dan menyingkirkan potongan batang pisang
yang telah dipanen. Tanaman pisang yang telah dipanen, batangnya dipotong-potong
pendek sampai permukaan bonggolnya dan ditimbun dalam tanah. Dapat juga
dikendalikan dengan konservasi musuh alami, yaitu predator Plaesius
javanicus Er yang dapat menekan larva kumbang tersebut.
Juga dengan aplikasi menggunakan
insektisida berbahan aktif karbofuran dan monokrotofos.
3. Odoiporus
longicolis Oliv
Serangga
hama ini dikenal dengan penggerek batang atau Banana stem weevil, termasuk
ordo Coleptera, famili Curculionidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa.
Biologi
Hama
Kumbang ini mudah dikenal karena moncongnya/Snout dan
berukuran panjang 16 mm. Telur diletakkan pada pelepah pisang kemudian larva
akan menggerek batang bagian atas bukan bonggol seperti pada Cosmopolit.rs
sordidus (Germ). Lubang gerek itu memanjang ke arah atas sehingga tanaman
pisang layu. Larva dan imagonya merusak batang pisang. Tanaman inangnya pisang.
Gejala
serangan
Tanaman pisang layu, apabila batangnya dibelah maka
terlihat adanya lubang gerek yang memanjang di sepanjang batang semu.
Pengendalian
Pengendalian serangga hama ini dapat dilakukan dengan
sanitasi kebun pisang dengan memotong sampai permukaan tanah tanaman pisang
yang telah diambil buahnya, kermudian memotong kecil-kecil batang pisang
tersebut dan dimasukkan kedalam tanah. Dapat juga dengan konservasi musuh alami
yaitu predator P1aesius javanicus Er yang dapat menekan larva maupun
kumbang tersebut. Penggunaan
insektisida berbahan aktif karbofuran.
4. Pelttulorria irih roireritosa Coq
Serangga hama ini dikenal dengan kutu pisang atau Banana
aphid, termasuk ordo Homoptera, famili Aphididae dan mempunyai daerah
penyebaran di Bali, Jawa Barat, lrian Jaya.
Biologi
Hama
Serangga dewasa berwarna coklat dan berukuran 1 - 2 mm
dengan antena yang panjang kira-kira sepanjang tubuhnya. Kerumunan aphid ini ditemukan
pada bagian bawah daun yang cukup tua. Serangga ini merupakan vektor dari
penyakit Bunchy top terutama pada perkebunan pisang di Asia. Tanaman
inangnya pisang, tomat, Colocasia, Zingiber, Alpiina, Palisata, Heliconia.
Gejala
Serangan
Aphid tersebut tidak menyerang buah pisang tetapi
menghisap tunas/pucuk tanaman pisang. Kerusakan langsung karena aphid ini
kurang berarti, akan tetapi sebagai vektor penyakit Bunchy top,
kehadiran aphid tersebut sangat berbahaya. Tampak adanya garis yang berwarna
hijau tua pada daun dan perkembangannya menjadi terhambat. Buah pisang jelek
dan kurang laku dijual.
Pengendalian
Pengendalian serangga hama ini dapat dilakukan dengan
penyemprotan insektisida berbahan aktif dizinon atau karbaril segera setelah
tampak adanya gejala serangan.
5. Nacolea
octasema
Serangga
hama ini dikenal dengan kudis pisang atau Banana scab moth, termasuk
ordo Lepidoptera, famili Pyralidae
dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa.
Biologi
Hama
Telur
diletakkan dalam kelompok sekitar 15 butir pada daun dekat tongkol pisang.
Ngengat betina dapat menghasilkan 80 - 120
butir telur dengan stadium telur 4 - 6 hari. Larva akan memakan bunga yang
keluar dari tongkol. Stadium larva
12 - 31 hari. Kepompongnya terbungkus kokon dengan stadium 10 - 12 hari.
Ngengat akan keluar pada sore hari
dan hanya hidup untuk beberapa hari. Tanaman inangnya pisang, jagung, nipah,
pandan, Heliconia.
Gejala
Serangan
Serangan
hama ini menyebabkan perkembangan buah menjadi terhambat, menimbulkan kudis
pada buah sehingga menurunkan kualitas buah.
Dalam satu tandan pisang hanya terdiri dari beberapa sisir pisang. Hama ini meletakkan telurnya
diantara pelepah bunga segera setelah muncul bunga dari tanaman pisang. Hama
langsung menggerek pelepah bunga dan bakal buah, terutama saat buah masih
dilindungi pelepah buah.
Pengendalian
Pengendalian serangga llama ini dapat dilakukan dengan
penyemprotan insektisida berbahan aktif diazinon atau karbaril pada daun dekat
tongkol sebelum terbentuk buah pisang. Telur maupun larva yang ada pada daun
akan dapat dikendalikan.
Dapat juga
dilakukan dengan membungkus tandan buah saat bunga akan mekar.
6. Dacus dorsalis Hend
Serangga hama ini dikenal dengan lalat buah atau Oriental
fruit fly, termasuk ordo Diptera, famili Tephritidae dan mempunyai daerah
penyebaran di Indonesia.
Biologi
Hama
Telur lalat buah diletakkan secara berkelompok, berbentuk
bulan sabit pada permukaan buah. Setelah 2 hari telur menetas, larva hidup dan
berkembang dalam daging buah selama 6 - 9 hari, menyebabkan buah menjadi busuk.
Apabila larva sudah menjadi dewasa, keluar dari buah dan memasuki stadium pupa,
tepat dibawah permukaan tanah. Lalat dewasa berwarna merah kecoklatan, lalat
betina ujung perutnya lebih runcing sedangkan lalat jantan lebih bulat. Siklus
hldup dari telur hingga lalat dewasa berlangsung 16 hari. Tanaman inangnya
pisang, Cabai, mangga, belimbing, kopi, buah cengkeh, jeruk.
Gejala
Serangan
Gejala seranga yang di timbulkan oleh hama ini adalah
busuknya buah karena larva dari serangga hama ini berkembang di dalam daging
buah.
Pengendalian
Pengendalian serangga hama ini dilakukan dengan :
a. Pembungkusan
buah pisang yang masih kecil,
Pembungkusan ini dilakukan dengan cara membungkus buah
pada tandan pisang itu dengan kantung pembungkus dari plastik. Pembungkusnya
dilubangi dibagian pojok kanan, pojok kiri dan tengah. Maksudnya agar air hujan
yang masuk atau air siraman yang tertampung bisa keluardari plastik.
b. Penggunaan
methyl eugenol,
Methyl eugenol yang merupakan Senyawa organik mirip
fenomon yang dikeluarkan oleh lalat betina. Kapas yang sebelumnya ditetesi
insektisida monokrotofos sebanyak 2 cc, ditetesi juga dengan methyl eugenol.
Sebanyak 0,1 cc/kapas. Kemudian kapas tersebut dimasukkan ke dalam botol aqua
yang sudah
dimodifiikasi dan
digantungkan pada pelepah daun setinggi 2 - 3 meter diatas permukaan tanah.
Jumlah perangkap 5 - 10 buah untuk setiap hektar. Lalat jantan yang mencium
aroma methyl eugenol akan datang masuk ke botol perangkap, karena menduga ada
lalat betina di dalamnya. Lalat akan mengerumuni kapas
sumber aroma tersebut.
Dalam hal ini lalat jantan mengisap feromon juga mengisap racun, akhirnya mati.
c. Pencangkulan
tanah di bawah pohon pisang tersebut agar larva yang akan membentuk pupa atau
pupa yang sudah terdapat di dalam tanah itu tercangkul/terkena sinar matahari
dan mati.
B.
Penyakit
1.
Penyakit layu Fusarium
Penyakit
layu ini disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f. sp. Cubense
(FOC). Penyakit ini paling berbahaya dan mematikan, disamping penyakit layu
yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit layu, baik yang disebabkan oleh Fusarium
maupun bakteri sangat sukar untuk dikendalikan, mudah berpindah, dan mampu
bertahan dalam tanah dalam jangka waktu yang lama.
Gejala yang diperlihatkan akibat serangan penyakit ini adalah :
a.
Daun : berwarna kuning kehijauan pada daun tua, dimulai dari
pinggir daun. Penguningan berlanjut ke daun yang lebih muda. Daun paling muda
yang baru membuka adalah yang paling akhir memperlihatkan gejala.
b.
Batang semu : pecah membujur beberapa cm di atas tanah. Dapat juga
terjadi pada tanaman muda atau anakan. Anakan menjadi kerdil, daun menyempit,
batang semu pecah dan mengembang ke atas, mirip serangan kerdil pisang. Bila
batang dipotong, ditemukan benang berupa garis berwarna hitam/ungu/coklat/kekuningan.
Empulur biasanya tidak membusuk atau berwarna hitam.
c.
Bonggol : bila dipotong, bagian tengah berwarna hitam, coklat, atau
ungu.
d.
Buah : umumnya tidak sampai panen. Bila dipanen pun ukurannya
kecil, layu, dan matang sebelum waktunya.
e.
Jantung : awalnya normal, kemudian tumbuh kerdil dan layu. Bila
dipotong tidak memperlihatkan perbedaan dengan jantung pisang sehat.
Pengendalian
penyakit ini dapat dilakukan dengan :
a.
Penggunaan bibit pisang bebas penyakit, yaitu bibit diambil
dari lahan yang diyakini bebas dari penyakit layu Fusarium. Penggunaan bibit
yang berasal dari kultur jaringan adalah salah satu bibit pisang yang bebas
penyakit.
b.
Melakukan pergiliran tanaman.
c.
Melakukan sanitasi lahan, yaitu membersihkan gulma seperti
rumput teki dan bayam-bayaman. Gulma tersebut merupakan inang sementara patogen
penyakit layu Fusarium.
d.
Melakukan pengamatan cepat keberadaan FOC. Pada lahan yang
akan ditanami pisang, terutama lahan baru, sebaiknya dilihat terlebih dahulu
ada atau tidaknya FOC. Caranya, ambil tanah dari lahan yang akan digunakan
untuk pertanaman pisang, masukkan ke dalam ember setinggi 25 cm. Campurkan
kompos kotoran ayam dengan perbandingan 2 bagian kompos dan 8 bagian tanah.
Biarkan selama 15 hari, lalu tanamkan anakan rebung pisang yang tidak tahan
terhadap FOC (ambon kuning), kemudian amati selama 3 bulan. Bila lahan tersebut
tercemar FOC, pisang yang ditanam akan segera memperlihatkan gejala penyakit
layu Fusarium.
e.
Menanam jenis pisang yang tahan terhadap FOC, seperti
Janten/Ketan, Muli, Tanduk, Raja Kinalun/Pisang Perancis, FHIA-25 dan FHIA-17.
f.
Jangan membawa atau memindahkan bibit pisang dari lokasi
yang telah terserang ke lokasi yang masih bebas penyakit.
g.
Melakukan eradikasi atau pemusnahan dengan membasmi sumber
penyakit (tanaman sakit) dengan membongkar dan membakar.
2. Penyakit layu bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
Pseudomonas solanacearum.
Gejala ditandai sebagai berikut :
a.
Daun : kuning pucat dan total pada daun nomor 2 dan 3, dari
pangkal daun terus ke bagian pinggir. Penguningan berlanjut ke semua pinggir.
b.
Anakan : anakan dengan segera memperlihatkan gejala serangan
kerdil, layu, daun kuning ketika anakan berumur 2-3 bulan.
c.
Batang : bila dipotong, bagian dalam (empulur) terlihat membusuk,
berwarna coklat kemerahan.
d.
Bonggol : bila dipotong akan mengeluarkan cairan berwarna coklat
kemerahan.
e.
Buah : pada tanaman induk yang terserang, penampilan buah normal,
namun bila dipotong buah terlihat busuk dengan warna coklat kehitaman. Pada
tanaman yang terserang sejak awal, buah tidak terbentuk sempurna dan kering.
f.
Jantung : mengering dan bila dipotong mengeluarkan cairan berupa
susu. Bila potongan ini dimasukkan ke dalam air, akan terbentuk materi berupa
benang-benang.
Pengendalian penyakit layu bakteri
dapat dilakukan dengan cara :
a. Menggunakan bibit yang sehat.
b. Lakukan sanitasi lahan, yaitu
disarankan tidak melakukan tumpangsari atau menanam pisang di bekas lahan
pertanaman tomat, jahe, terung, tekokak, meniran, leunca, dan kelompok
tomat-tomatan lainnya.
c. Membuat drainase di kebun.
d. Pengendalian serangga penular. Basmi
serangga ulat penggulung daun Erionata thrax L.
e. Pemakaian jenis pisang tahan,
diantaranya Pisang Raja Kinalun dengan nama lokal pisang Perancis, atau pisang
Sepatu Amora, yaitu sejenis pisang kapok yang tidak mempunyai jantung, sehingga
terhindar dari penyakit layu bakteri yang disebarkan oleh serangga.
f. Pembungkusan buah dengan plastik
transparan untuk menghindari serangan serangga penular. Dilakukan saat keluar
jantung atau paling lama saat sisir pertama muncul.
3. Penyakit bercak daun sigatoka
Penyakit
ini disebabkan oleh cendawan Mycosphaerella musicola. Penyakit ini
menyebabkan permukaan daun menjadi rusak dan mati, sehingga mengganggu proses
fotosintesis, akibatnya produksi menjadi menurun dan buah masak sebelum
waktunya. Bahkan pada serangan berat mengakibatkan kematian.
Gejala awal penyakit terlihat pada daun ketiga atau keempat, berupa bercak
kecil berwarna kuning pucat. Bercak atau garis-garis ini makin lama makin
membesar dan memanjang, sehingga membentuk bercak bulat telur dengan pusat
mengering berwarna abu-abu. Pada tanaman muda, biasanya ukuran bercak lebih
lebar dibandingkan tanaman tua.
Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain jenis pisang,
umur tanaman, dan faktor iklim. Jenis pisang komersil yang mudah terserang
antara lain kelompok Ambon (Cavendish dan Gross Michell), Mas, Barangan, dan
Raja Sere. Kondisi lingkungan yang baik untuk perkembangan penyakit ini yaitu
pada musim penghujan.
Cara pengendaliannya yaitu dengan mengatur jarak tanam yang tidak terlalu
rapat, pemangkasan daun tua yang terserang, membakar serasah daun yang
terserang, dan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif benzimidazole dan
dithiocarbamate.
DAFTAR
PUSTAKA
Semangun, H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di
Indonesia (Revisi). Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Susniahti,
N., Sumeno, H., Sudarjat. 2005. Bahan
Ajar Ilmu Hama Tumbuhan. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Faperta Unpad:
Bandung
Suyanto, agus. 1994. Hama Sayur dan Buah Seri PHT. Penebar Swadaya : Jakarta
Baca ini juga, sangat menarik tentang Pengendalian Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Semangka
BalasHapusTerimakasih infonya by Adlystore.pun.bz
BalasHapusSIIP
BalasHapusthanks artikels
BalasHapusKLG
TESTO ULTRA
PENIRUM
VIMAX
HAMMER OF THOR