cursor ali 2

Rabu, 21 Maret 2012

HAMA PENYAKIT TANAMAN BUAH-BUAHAN



TUGAS KULIAH
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA 1
“HAMA PENYAKIT TANAMAN BUAH-BUAHAN


Disusun Oleh :

M.Ali Topan
0810212085


Dosen Pengasuh :

Dr. Ir. Novri Nelly, M.P



 


AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2011



 
Hama Penyakit Tanaman Mangga
(Mangifera indica)
A.    Hama
1.      Rhytidodera simulans White

            Serangga hama ini dikenal dengan penggerek batang mangga atau a trunk borer of mango, termasuk Ordo Coleoptera, famili Cerambycidae dan ditemukan diseluruh Indonesia.

Biologi Hama
            Telurnya diletakkan pada kulit cabang/batang mangga dan seekor serangga betina dapat inenghasilkan teiur sebanyak 160 butir. Larva masuk kedalam cabang/batang melalui lubang bekas gigitan semut atau menembus bagian lunak disisi tunas. Kemudian larva menggerek cabang/batang dengan membuat lorong kebagian tangkai sebagai tempat tinggalnya. Gerekannya menyebabakan pembuluh kayu rusak dan larva akan tetap di dalam cabang sampai stadia pupa. Begitu menjadi dewasa kumbang tersebut keluar dari cabang/batang.

Gejala Serangan
            Pohon mangga yang terserang kumbang ini coronanya tidak teratur dan keriput karena terus-menerus terjadi pematahan dahan. Dalam tahap yang parah, cabang utama rusak. Pada cabang yang patah terdapat bukit patahan yang berbentuk cincin dengan lubang ditengahnya. Cacat ini sangat khas pada kerusakan pada kumbang hama ini. Cacat lain seperti terdapatnya cabang-cabang dengan lubang kecil yang terusun seperti cincin, lubang cincin itu tempat mengeluarkan kotorannya dan tepung kayu.

            Serangan kumbang tersebut dimulai pada cabang yang kecil kemudian berlanjut pada cabang yang besar. Dengan cara ini adakalanya sanlpai cabang utamanya. Jika larvanya masih muda maka serangannya kerap kali sangat sukar untuk dilihat. Lorong-lorong biasanya terdapat dibagian tengah cabang dan berwarna hitam karena terdapat lubang pembuang kotoran dan tepung kayu maka lorong-lorong tersebut bersih. Setelah tidak terpakai lorong-lorong itu kerap kali dihuni semut hitam.

Pengandalian
Pengendalian serangga ini dilakukan dengan :
a.       Untuk pohon mangga yang tidak terlalu tinggi maka bagian tanaman yang daunnya tampak layu dipangkas sebatas bagian yang kayunya sehat. Bekas pangkasannya dikumpulkan kemudian dibakar agar telur, larva yang terdapatnya didalamnya mati,
b.      Apabila lubang gerekan ditemukan, lubang ini disumbat dengan kapas yang sudah dicelup Insektisida atau disumbat pasak bamboo atau penyumbat lain,
c.       Konservasi parasitoid telur yang dapat menekan populasi penggerek itu adalah Promuscidae, Anagyrus sp., dan eupelmus sp., yang menyerang telur 30-40 %.
d.      Apabila pohon mangga belum terlalu tinggi biasa dilakukan penyemprotan insektisida secara rutin seperti insektisida diazinon, karbaril. Apabila pohon mangga sudah tinggi dilakukan injeksi insektisida granular.


2.      Chlumetia transversa Wlk

            Ulat ini dikenal dengan ulat penggerek pucuk mangga mango shot caterpilar, termasuk Ordo Lepidoptera, famili Noctuidae dan ditemukan di Jawa, Bali dan Sulawesi.

Gejala Serangan
            Ngengat betina meletakkan telur pada tunas/bunga mangga. Setelah telur menetas, larva menggerek pucuk tanaman sehingga disekeliling lubang gerek ditemukan kotoran bercampur gerekan yang meleleh dari dalam lubang. Apabila ranting dibelah akan tampak bagian dalam yang sudah rusak berupa lorong yang memanjang dan berisi kotoran yang berwarna hitam. Setelah tidak terpakai lorong-lorong tersebut kerap kali dihuni oleh semut hitam. Akibat serangan ulat ini pucuk tanaman mangga menjadi layu dan kering.

Pengendalian
            Pengendalian serangga ini dilakukan dengan memangkas pucuk yang terserang. agar penggerek tidak menjalar lebih jauh kebagian pangkal/ranting. Pemangkasan itu akan membuat larva aktif yang masih terdapat di dalamnya. Pangkasannya dibakar agar larva mati.


3.      Noorda albizonallia Hps

            Ulat hama ini dikenal dengan ulat pengerek buah mangga atau a red banded borer of mango, termasuk Ordo Lepidoptera, famili Pyralidae yang ditemukan di Jawa, Kalimantan.

Biologi Hama
            Ngegat betina meletakkan telur pada buah mangga yang masih muda setelah 4-5 hari telur menetas dan ulat menggerek buah mangga. Ulat tinggal dalam buah mangga selama 14 hari sambul terus merusak buah mangga. Apabila ulat sudah siap untuk menjadi pupa, ulat masuk kedalam tanah. Stadium pupa berkisar 13 – 14 hari dan sikus hidup 40 hari. Kerusakan yang disebabkan oleh penggerek hama ini sebesar 1,45%. Tanaman inangnya mangga.

Gejala Serangan
            Buah yang terserang umumnya buah yang masih muda, buah mangga berlubang-lubang dan disekitarnya terdapat kotoran bercampur bekas gerekan yang meleleh dari dalam.
Pengendalian
            Pengendaian serangga hama ini dilakukan dengan pembungkusan buah muda satu-persatu sebelum serangga betina meletakkan telur. Buah yang berjatuhan dikumpulkann sebelum ulatnya masuk kedalam tanah demikian pula buah yang masih di pohon tetapi telah diserang ulat sebaiknya dipetik toh akhirnya jatuh Buah dikumpulkan dibakar agar ulatnya mati.

.
4.      Dacus dorsalis Hend.
           
            Lalat buah ini dikenal dengan Oriental fruit fly, termasuk Ordo Diptera, famili Tephritidae dan ditemukan diseluruh Indonesia. Inangnya tanaman belimbing, pisang, jeruk, cabai dan lain-lainnya.

Bilogi Hama
            Lalat betina meletakkan telur didalam jaringan kulit buah mangga dengan jalan menusukkan ovipositornya. Akibatnya pada buah mangga tampak titik hitam. Disekitar titik tersebut menjadi kering, coklat dan akhirnya Buah busuk. Pada buah mangga yang terserang biasanya ditemukan lubang kecil di tengahnya. Apabila dibelah, ditemukan ulat atau belatung kecil dan akan meloncat bila tersentuh. Buah yang terserang kemudia jatuh. larva masuk kedalam tanah, untuk selanjunya berkembang menjadi pupa. Setelah sekitar 10 hari, pupa berkembang menjadi lalat dewasa. Siklus hidupnya 23-26 hari.

Pengandalian
Pengendalian serangga ini dilakukan dengan:
a.       Pembungkusan buah mangga yang masih kecil dengan kantung pembungkus dari plastik. Pembungkusnya dilubangi dibagian pojok kanan, pojok kiri dan tengah. Maksudnya agar air hujan yang masuk atau air siraman yang tertampung bisa keluar dari plastik.

b.      Penggunaan methyl eugenol. Methyl eugenol merupakan senyawa organik mirip feromon yang dikeluarkan oleh lalat betina.

c.       Pencangkulan tanah dibawah pohon mangga tersebut agar larva yang akan membentuk pupa atau pupa yang sudah terdapat didalam tanah itu tercangkul/terkena sinar matahari dan mati.

B.     Penyakit
1.      Penyakit Antraknose (Colletotrichum sp.)
Gejala Serangan
            Terjadi bintik-bintik hitam pada flush, daun, malai dan buah. Serangan menghebat jika terlalu lembab, banyak awan, hujan waktu masa berbunga dan waktu malam hari timbul embun yang banyak. Apabila bunganya terserang maka seluruh panenan akan gagal karena bunga menjadi rontok.
Pengendalian
            Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan pemangkasan, pengeturan penanaman jangan terlalu rapat, bagian tanaman terserang dikumpulkan dan dibakar.
2.      Penyakit Recife, Diplodia recifensis
            Penyakit ini disebut juga Blendok, vektor penyakit ini adalah kumbang Xyleborus affinis.
Gejala Serangan
            Kumbang Xyleborus affinis membuat terowongan di batang/cabang kemudian dan cendawan Diplodia masuk ke dalam terowongan. Di luar tempat kumbang menggerek akan keluar blendok (getah). Penyakit mangga lainnya seperti embun jelaga (jamur Meliola mangiferae), kudis/scab (Elsinoe mangiferae), bercak karat merah (ganggang Cephaleuros sp.)
Pengendalian
            Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan memotong bagian tanaman yang sakit. Lubang terowongan yang dibuat oleh kumbang di tutupi dengan kapas yang telah dicelupkan kedalam insektisida.

Hama Penyakit Tanaman Apel
A.    Hama
1.      Kutu Daun Hijau (Aphis pomi Geer)
Gejala Serangan
            Gejala serangan hama ini bermula menghambat pembungaan dan bila berbuah mengakibatkan buah-buah muda gugur atau menurunkan mutu/kualitas buah. Pada serangan hebat mengakibatkan tidak terjadi pembuahan.
Pengendaliannya:
a.       Secara biologis, dengan menggunakan musuh alami seperti Coccinellidae dan Lycosa.
b.      Secara kultur teknis, dengan sanitasi kebun dan pengaturan jarak tanam.
2.      Tungau atau Spider mite atau Cabuk Merah (Panonychus ulmi)
Gejala Serangan
            Gejala serangan pada buah mengakibatkan bercak coklat pada kulit buah apel.
Pengendalian
a.       Secara biologis, dengan menggunakan musuh alami seperti Coccinellidae dan Lycosa.
b.      Secara kimia, dengan menggunakan pestisida seperti Omite 570 EC sebanyak 2 cc per liter air setiap 2 minggu sekali pada awal peningkatan jumlah hama, yaitu apabila ditemukan 8 ekor kutu per daun.

3.      Thrips
Gejala Serangan       
            Gejala serangan pada buah yang masih sangat muda dan timbul bekas luka berwarna coklat keabu-abuan.
Pengendalian
a.       Secara biologis, dengan menggunakan musuh alami seperti Coccinellidae dan Lycosa.
4.      Lalat Buah (Rhagoletis pomonella)
Gejala Serangan       
            Larva memakan daging buah yang mengakibatkan buah menjadi benjol-benjol, timbul lubang-lubang, dan akhirnya membusuk.
Pengendalian
a.       Secara kultur teknis, dengan membungkus buah.
b.      Selain itu dapat juga digunakan perangkap lalat buah jantan dengan menggunakan Methyl Eugenol (0,1 cc) yang diteteskan pada kapas yang telah diberi insektisida pada wadah botol plastic bekas tempat minum yang dipasang disekitar kebun.
c.       Untuk mengetahui ada atau tidak ada lalat dalam kebun dapat digunakan perangkap kuning (yellow traps).
B.     Penyakit
1.      Embun Tepung atau Powdery Mildew (Podosphaera leucoticha)
Gejala Serangan
            Gejala serangan pada buah muda berwarna kecoklatan dan pada buah tua warna kulit menjadi coklat muda/seperti sawo.
Pengendalian
a.       Secara kultur teknis, dengan membersihkan rumput di sekitar tanaman dan memotong bunga atau buah muda yang terinfeksi, dikumpulkan kemudian dibakar.
b.      Secara kimia, dengan fungisida seperti dinokap/Karathane ukuran 4 gram per liter, quinometionat/Morestan ukuran 1 gram per liter apabila ada serangan 5 % dari jumlah daun. Penyemprotan setelah defoliasi (pengguguran daun) sampai tunas berumur 4 – 5 minggu dengan jarak 7 hari.

2.      Bercak Daun (Marssonina coronaria J.J. Davis)
Gejala Serangan
            Gejala serangan pada daun yang berumur 4-6 minggu setelah perompesan (pemotongan ranting dan daun yang tidak produktif). Mulanya pada daun timbul bercak putih tidak teratur, berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam, dimulai dari daun tua, daun muda hingga seluruh bagian gugur.
Pengendalian
a.       Secara kultur teknis, mengatur jarak tanam tidak terlalu rapat, bagian yang terserang dibuang dan dibakar.
b.      Secara kimia, yaitu menyemprot fungisida Agrisan 60 WP ukurannya 2 gram per liter air, dosis 1000 – 2000 gram per hektar sejak 10 hari setelah rompes dengan jarak waktu (interval) seminggu. Selain itu dapat juga menggunakan Delseme MX 200 ukurannya 2 gram per liter air, Henlate 0,5 gram per liter air sejak umur 4 hari setelah rompes dengan jarak waktu 7 hari hingga 4 minggu.


3.      Jamur Upas (Cortisium salmonicolor Berk et Br)
Gejala Serangan
            Gejala serangan meliputi 4 stadium, yaitu:
1.      Stadium laba-laba: jamur membentuk miselium tipis menyerupai sarang laba-laba dan belum menembus jaringan;
2.      Stadium bongkol: miselium jamur mulai membentuk hifa dan menginfeksi kulit;
3.      Stadium Cortisium: jamur membentuk kerak berwarna merah jambu dan makin tua berubah warna menjadi lebih muda atau putih. Pada fase ini infeksi sudah parah dan pada kulit kayu di bawah kerak telah membusuk dan mongering;
4.      Stadium Necator: jamur membentuk bulatan-bulatan kecil berwarna merah tua, bagian pinggiran busuk dan mongering.
Pengendalian
a.       Secara kultur teknis, dengan membersihkan rumput dan mengurangi kerimbunan tajuk, mengurangi kelembaban kebun.
b.       Menghilangkan bagian tanaman yang sakit dan lukanya ditutup dengan obat penutup luka.
c.       Secara kimia, dengan menyemprotkan/menyaput dengan kapur tohor ditambah fungisida (Copper Sandoz atau Derosal 60 WP setelah perompesan dengan ukuran 2 gram per liter air).

4.      Kanker (Botryosphaeria Sp.)
Gejala Serangan
            Gejala serangan pada buah di kebun maupun di gudang panen. Bermula buah timbul bercak coklat kecil, membusuk, meluas hingga seluruh buah melembung dan busuk berair serta warna kulit buah menjadi pucat.
Pengendalian
a.       Secara kultur teknis, dengan memetik buah tidak terlalu masak.
b.      Secara kimia, yaitu menyemprot pada tanaman sehat dengan fungisida seperti Difoliatan 4F (ukuran 100 cc per 10 liter air), Copper Sandoz, Benomyl (ukuran 0,5 gram per liter air) dan Antracol 70 WP (ukuran 2 gram per liter air).

5.      Busuk Buah (Gloeosporium Sp.)
Gejala Serangan
            Gejala serangan pada buah di kebun maupun di gudang panen. Mula-mula timbul bercak kecil kehijau-hijauan, membusuk, berbentuk bulat, selanjutnya bercak berubah wanca menjadi coklat dan terdapat bintik-bintik berwarna hitam. Pada akhirnya warna buah menjadi oranye.
Pengendalian
a.       Secara kultur teknis, dengan memetik buah tidak terlalu masak. Kemudian menanam varietas yang tahan penyakit ini, yaitu varietas Manalagi.
b.      Secara kimia, dengan menyemprotkan fungisida pada tanaman atau apabila buah akan disimpan dicelupkan terlebih dahulu ke dalam fungisida seperti benomil 0,5 gram per liter air.

6.      Busuk Akar (Armilliaria Melea)
Gejala Serangan
            Menyerang tanaman apel pada daerah dingin basah, ditandai dengan layu daun lalu daun gugur, dan kulit akar membusuk.
Pengendalian
a.       Secara kultur teknis, tanaman apel yang terserang dicabut sampai akar-akarnya dan bekas lubangnya tidak ditanami selama setahun.
b.      Secara kimia, dengan menyemprotkan fungisida pada tanaman atau apabila buah akan disimpan dicelupkan terlebih dahulu ke dalam fungisida seperti benomil 0,5 gram per liter air.




Hama Penyakit Tanaman Belimbing (Averrhoa carambola)
A.    Hama
1.      Dacus dorsalis Hend.
           
            Lalat buah ini dikenal dengan Oriental fruit fly, termasuk Ordo Diptera, famili Tephritidae dan ditemukan diseluruh Indonesia. Inangnya tanaman belimbing, mangga, pisang, jeruk, cabai dan lain-lainnya.

Bilogi Hama dan Gejala serangan

            Lalat betina meletakkan telur didalam jaringan kulit buah belimbing dengan jalan menusukkan ovipositornya. Akibatnya pada buah belimbing tampak titik hitam. Disekitar titik tersebut menjadi kering, coklat dan akhirnya Buah busuk. Pada buah belimbing  yang terserang biasanya ditemukan lubang kecil di tengahnya. Apabila dibelah, ditemukan ulat atau belatung kecil dan akan meloncat bila tersentuh. Buah yang terserang kemudia jatuh. larva masuk kedalam tanah, untuk selanjunya berkembang menjadi pupa. Setelah sekitar 10 hari, pupa berkembang menjadi lalat dewasa. Siklus hidupnya 23-26 hari.

Pengandalian

Pengendalian serangga ini dilakukan dengan:
d.      Pembungkusan buah belimbing yang masih kecil dengan kantung pembungkus dari plastik. Pembungkusnya dilubangi dibagian pojok kanan, pojok kiri dan tengah. Maksudnya agar air hujan yang masuk atau air siraman yang tertampung bisa keluar dari plastik.

e.       Penggunaan methyl eugenol. Methyl eugenol merupakan senyawa organik mirip feromon yang dikeluarkan oleh lalat betina.

f.       Pencangkulan tanah dibawah pohon belimbing tersebut agar larva yang akan membentuk pupa atau pupa yang sudah terdapat didalam tanah itu tercangkul/terkena sinar matahari dan mati.


2.      Penyakit

1.      Penyakit Bercak Daun

            Penyebab penyakit ini adalah Cercosvora averrhoa Fresh

Gejala serangan
            Terjadi bercak-becak klorotik berbentuk bulat dan kecil-kecil pada anak daun. Daun yang terserang berat menjadi kuning dan rontok, bahkan sampai gundul pada tanaman muda tau stadium bibit.

Pengendalian
            Dengan cara memotong (amputasi) bagian tanaman yang sakit dan disemprot fungisida yang berbahan aktif Kaptafol, seperti Difolatan.


Hama Penyakit Tanaman Jeruk
(Citrus sp.)
A.    Hama
1.      Diaphorina citri Kuw.

            Serangga hama ini dikenal dengan kutu loncat jeruk atau citrus psyllid, termasuk ordo Homoptera, famili Psyllidae dan ditemukan di Jawa, Sumatra, Bali.

Biologi Hama
            Telurnya berwarna kuning terang berbentuk buah alpukat, diletakkan secara tunggal/berkelompok dikuncup permukaan daun muda atau pada tangkai daun. Stadium telur 2-3 hari. Nimfa hidup berkelompok di tunas-tunas dan kuncup untuk mengisap cairan tanaman. Setelah 2-3 hari nimfa menyebar dan menyerang daun-daun muda. Nimfa lebih merusak daripada dewasa dan stadium nimfa 17 hari. Begitu jadi dewasa, ditandai adanya sayap sehingga mudah meloncat apabila terkena sentuhan. Apabila sedang menghisap cairan sel tanaman, kutu loncat itu memperlihat posisi abdomen lebih tinggi dari posisi kepalanya. Kemudian terjadi perkawinan Setelah kutu menjadi dewasa dan seekor betina mampu menghasilkan telur 800 butir selama masa hidupnnya. Tanaman inangnya yaitu : tapak dara, kemuning dan tanaman lainnya.

Gejala Serangan
            D.citri berperan sebagai vector CVPD dan peran sebagai vector lebih penting daripada sifatnya sebagai hama. Sebagai serangga hama, kutu loncat menyebabkan tunas-tunas keriting dan pertumbuhannya terhambat. Apabila serangan berat, bagian tanaman terserang biasanya kering secara perlahan kemudian mati.

Pengendalian
            Pengendalian serangga hama dapat dilakukan dengan konservasi musuh alami yang berupa predator famili Coccinelidae, Syrphidae, Lycosidae diharapkan dapat nenekan kutu loncat jeruk. Sanitasi terhadap tanaman yang terserang D. cirri dengan cara membakar tanaman yang telah tertular CVPD. Konservasi parasitoid Tetrastighus radiatus, Diaphorencytrus aligarhnsus dan Tamarixia radiate.

2.      Phyiiocnistis citerlla Si.
           
            Serangga hama ini dikenal dengan pengorok daun jeruk atau citrus leafminer, termasuk ordo Lepidoptera, famili Gracillariidae, dan daerah penyebaran di seluruh Indonesia.

Biologi Hama
            Telur diletakkan satu persatu pada daun yang masih sangat muda, berbentuk bulat pipih berkilat, beukuran 1 mm. Stadium telur 4 hari. Larva yang keluar dari telur, langsung masuk ke dalam epidermis daun secara berkelok-kelok. Tiap larva hanya dapat menggorok pada sebilah daun saja. Larva berwarna hijau kekuningan dengan bentuk yang sangat pipih serta tidak bertungkai. Stadium larva berlangsung 6 - 7 hari. Larva instar terakhir menggorok ke tepi daun dan menjadi pupa di pinggir daun. Pupa berwarna kecoklatan dengan stadium 6 -7 hari. Serangga dewasa berwarna putih dengan panjang tubuh 1,5 - 2 mm dan rentang sayap 3,5 mm. Tanaman inangnya : anggur dan kemuning.

Gejala Serangan
            Serangan hama ini menyebabkan kerusakan pada daun yang masih muda dengan meninggalkan bekas seperti alur berkelok-kelok transparan. Daun menjadi keriput dan sering bergulung memanjang, dan serangan berat, daun menjadi kering dan kemudian gugur.

Pengendalian
            Pengendalian serangga hama ini dapat dengan konservasi parasitoid larva seperti Aegeniaspis sp., Cirospelus sp., dan Trichogramma sp.. Pemetikan daun yang terserang apabila serangannya belum tinggi dan terus di bakar.


3.      Planococcus citri Risso
            Kutu dompolan atau Citrus anealy bug, termasuk ordo homoptera, famili Pseudococeidae dan tersebar diseluruh Indonesia.

Biologi Hama
            Serangga hama ini meletakkan telur di dalam kantung disisi tubuh, sekitar 300 butir. Telur berwarna kuning muda dengan panjang 0,3-0,4 mm. Stadium telur 3-9 hari. Nimfa akan meninggalkan induknya mencari tempat tinggalnya. Karena jumlahnya sangat banyak maka kutu itu akan sating bertumpuk sehingga disebut kutu dompolan. Tempat yang disukai kutu ini, tempat yang teduh dan tidak lembab. Kutu mudah tersebar oleh angina dan hujan. Kutu dewasa betina berbentuk oval, panjangnya 3-4 mm, lebar 1,5-2 mm. Kutu dewasa jantan bersayap sepasang dan tubuhnya berwarna kecoklatan dilapisi sedikit lilin putih. Panjang tubuh 0,7- 1 mm. Siklus hidupnya berkisar 20-43 hari. Tanaman inangnya : kopi, kina, teh, dadap, kakao, tembakau, lamtoro, jati, karet, nenas dan kapas.

Gejala Serangan
            Kutu dompolan menyerang tangkai buah dan meninggalkan bekas berwarna kuning, kemudian kering sehingga banyak buah-buah yang gugur. Pada bagian tanaman yang terserang banyak dipenuhi oleh kutu putih seputih kapas.



Pengendalian
            Pengendalian serangga ini dapat dilakukan dengan konservasi musuh alami yang berura predator Scymnus sp., Brumus suturallis, Parasitoid Empusa fiesenii banyak menekan populasi kutu ini.


4.      Papilio memnn L.
           
            Serangga hama ini dikenal dengan kutu pastur, termasuk ordo Lepidoptera famili Pappilionidae dan mempunyai penyebaran di Jawa, Sumba.

Biologi Hama
            Telur serangga ini berwarna kuning hijau, diletakkan pada daun mudan atau ranting. Stadium telur 3-5 hari.Larvanya berwarna hijau tua dengan panjang 5,5 6,0 cm. Stadium larva 19-26 hari. Kepompongnya bertanduk dua dengan panjang 4 cm. Stadium kepompong 12-16 hari. Kupu betina berwarna abu-abu dengan bercak putih, rllerah, hitarll sedangkan kupu.jantan berwarna hitam dengan sayap bergurat biru tua. Tanaman inangnya Clausena exavata, Evodia latifolia, Gyosmis pentophylla.

Gejala Serangan
            Gejala serangannya daun jeruk tampak robek dengan pinggiran daun tidak rata karena dimakan larva tersebut. Serangan hebat akan menyebabkan daun jeruk habis dan tanaman gundul.

Pengendalian
            Pengendalian serangga harna ini dilakukan dengan Pengumpulan telur, larva, kepompong dan memusnahkannya. Secara kimiawi dapat di lakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif diazinon atau karbaril terutama pada tanaman yang masih muda.


5.      Prays endocarpa Meyr
           
            Serangga hama ini dikenal dengan citrus pock caterpillar, termasuk ordo Lepidoptera, famili Yponometidae, tersebar di Indonesia.

Biologi Hama
            Serangga hama ini yang dewasa berwarna abu-kemerahan dengan panjang 5 mm dan meletakkan telur di bagian kulit buah muda. Telur menetas setelah 4 hari dengan ukuran 0,5 mm. Warna telur kehijauan. Pupa berwarna merah abu-abu dengan panjang 4,0-5,5 mm. Siklus hidupnya 29 hari. Tanaman inangnya hanya jeruk.

Gejala Serangan
            Larva menggerek kulit buah jeruk serta hidup didalamniya. Akibatnya kulit buah jeruk itu berbenjol. Dalam benjolan hanya terdapat satu ekor larva. Buah jeruk yang banyak diserang oleh hama ini terutama jeruk yang berkulit tebal seperti jeruk besar

Pengendalian
            Pengendalian Serangga hama dapat dilakukan dengan pembrongsongan buah jeruk yang masih kecil agar tidak terserang oleh serangga ini. Konservasi musuh alami berupa parasitoid larva Bracon sp., Aegeniaspis sp., Parasitoid kepompong Brachymeria sp.


6.      Rhynchoris poseido Kirk

            Kepik buah jeruk dikenal dengan spined fruit bug termasuk ordo Hemiptera, famili Pentatomidae, dengan penyebaran di Jawa, Sumatera, Kalimantan.

Biologi Hama
            Telur kepik ini berwarna kecoklatan, diletakkan secara berkelompok pada kulit buah. Stadium telur 5-7 hari. Nimfa berwarna jingga dan daerah thoraxnya hitam dengan stadium 32-34 hari. Siklus hidupnya 38-45 hari. Tanaman inangnya hanya jeruk.

Gejala Serangan
            Nimfa menghisap cairan jeruk sehingga kulit buah jeruk terlihat bercak merah pucat ditempat kepik itu mengisap cairan makanannya. Daging buah menjadi pahit rasanya. Pada buah yang masih muda sering gugur sebelum dipetik. Apabila diperhatikan pada buah yang terserang kepik ini terlihat adanya bercak-bercak berwarna pucat.

Pengendalian
            Pengendalian serangga hama ini dengan penangkapan kepik-kepik dewasa dan memusnahkannya

7.      Dacus dorsalis Hend

            Lalat buah jeruk ini dikenal dengan oriental fruit fly, termasuk ordo Diptera, famili Tephrididae dan ditemukan di seluruh Indonesia.

Biologi Hama
            Lalat dewasa berwarna merah kecoklatan, abdomen berwarna gelap.Lalat betina ujung abdomennya lebih runcing sedangkan lalat jantan lebih bulat. Lalat betina memasukkan telur kedalam buah jeru sebanyak 15 butir. Telur berwarna putih berbentuk bulat panjang, berukuran 2 mm, Setelah 2 hari, telur menetas menjadi larva kemudian larva hidup dan berkembang dalam daging buah selama 6-9 hari menyebabkan buah menjadi busuk. Pupanya ditemukan dalam tanah berwarna kecoklatan berbentuk oval dengan panjang 5 mm. Siklus hidupnya berkisar 16 hari. Tanaman inangnya cabai, mangga, pisang dan belimbing.

Gejala Serangan
            Lalat buah menyerang buah jeruk yang hampir masak, menyebabkan buah menjadi busuk dan biasanya terdapat lubang kecil dibagian tengahnya kemudian buah gugur. Apabila dibelah, pada daging buah terdapat belatung kecil yang meloncat jika disentuh..

Pengendalian
Pengendalian serangga ini dilakukan dengan :
a.       Pembungkusan buah jeruk yang masih kecil dengan cara membungkus buah pada tandan pisang itu dengan kantung pembungkus dari plastik. Pembungkusnya dilubangi dibagian pojok kanan, pojok kini dan tengah. Maksudnya agar air hujan yang masuk atau air siraman yang tertampung bisa keluar dari plastik.

b.      Penggunaan methyl eugenol. Methyl eugenol merupakan senyawa organik mirip feromon yang dikeluarkan oleh lalat betina. Kapas yang sebelumnya ditetesi insektisida monokrotofos sebanyak 2 cc, ditetesi juga dengan methyl eugenol sebanyak 0,1 cc/kapas. Kemudian kapas tersebut dimasukan kedalam botol aqua yang sudah dimodifikasi dan digantungkan pada pelepah daun setiuiggi 2-3 m diatas permukaan tanah. Jumlah perangkap 5-10 buah untuk setiap hektar. Lalat jantan yang mencium aroma methyl eugenol akan datang masuk ke dalam botol perangkap, karena menduga ada lalat betina di daamnya. Lalat akan mengerumuni kapas sumber aroma tersebut dalam hal ini lalat jantan akan menghisap feromon iuza menghisap racun, akhirnya mati.

c.       Pencangkulan tanah dibawah pohon jeruk tersebut agar larva yang akan membentuk pupa atau pupa yang sudah terdapat didalam tanah itu tercangkul/terkena sinar matahari dan mati.


B.     Penyakit

1.      Penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD)

            Penyebab Bakteri Liberobacter asiaticum.

Gejala Penyakit :

Gejala luar :
            Gejala khas CVPD adalah belang - belang kuning (blotching), mulai berkembang pada bagian ujung tanaman (pertumbuhan baru) pada daun yang ketuaannya sempurna, bukan pada daun muda atau tunas. Gejala ini sulit dibedakan dengan gejala kekurangan hara Zn. Tulang - tulang daun dan urat-urat daun tampak lebih menonjol dengan warna hijau gelap (kontras dengan warna lamina daun). Pengamatan gejala sebaiknya dilakukan pada permukaan atas dan bawah daun. Gejala belang - belang pada bagian atas sama dengan bagian bawah. Pada gejala lanjut daun menjadi lebih kaku dan lebih kecil, tulang daun menjadi berwarna kuning. Gejala ini sangat jelas pada jeruk manis, tetapi kurang jelas pada daun jeruk Mandarin.

Gejala dalam :
            Irisan tipis ibu tulang daun yang bergejala khas CVPD, terlihat jaringan floemnya tampak lebih tebal, karena adanya pengempisan pembuluh tapis dalam floem berupa jalur - jalur putih. Bila diberi pewarna KI akan terlihat adanya akumulasi pati yang berlebihan dalam sel - sel tersebut.

Tanaman inang lain :
            Anggota Rutaceae seperti Poncirus tripoliata Raf., Kemuning (Murraya paniculata L.), Swinglea glutinosa Merr., Clausena indica, Atalantia missionis dan Triphasia aurantiola, tapak dara / Periwinkel (Vinca rosea L.), Maja (Aegle marmeles), dan Kawista (Limnocitrus lettoralis).

Pengendalian
            Penerapan PTKJS Peraturan yaitu melarang membawa / memasukkan benih jeruk dari daerah serangan ke daerah lain yang masih bebas penyakit CVPD (belum terserang).

2.      Penyakit Tristeza (Quick Decline)

            Penyebab : Virus Tristeza jeruk (Citrus Tristeza Virus =CTV) dengan serangga penular Toxoptera citricida Krik. Penyebaran : Di Indonesia terdapat di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Di Luar Negeri dilaporkan terdapat di Malaysia, Thailand, Philipina, Taiwan, Fiji, India, Australia, Selandia Baru. Hawaii, Israel, AfrikaSelatan dan Barat, serta Amerika Utara dan Selatan.

Gejala Serangan
            Gejala infeksi pada tanaman adalah kerusakan pada jaringan pembuluh tapis (floem), lekukan atau celah - celah pada jaringan kayu pada batang, cabang atau ranting dan gejala daun menguning. Pada varietas yang tahan seperti jeruk keprok gejalanya bisa tak tampak tetapi tetap merupakan sumber infeksi bagi varietas yang peka.

            Gejala khas penyakit virus ini adalah daun - daun tanaman yang berubah menjadi berwarna perunggu atau kuning dan gugur sedikit demi sedikit. Biasanya terjadi pemucatan tulang daun (vein clearing) berupa garis - garis putus atau memanjang pada tulang daun yang tembus cahaya 2 minggu sampai 2 bulan setelah tertular. Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat / merana, kerdil, daun kaku dan berukuran lebih kecil dengan tepinya melengkung keatas. Bunga yang dihasilkan berlebihan, tetapi tdak dapat berkembang menjadi buah yang masak.

Pengendalian
a.       Penggunaan bibit sehat
b.      Penggunaan mata tempel yang bebas penyakit dan batang bawah tahan terhadap virus Tristeza
c.       Eradikasi terhadap tanaman sakit dan tanaman inang serangga penular, kemudian dibakar.

3.      Busuk Pangkal Batang (Brown rot Gummosis)

            Penyebab : Cendawan Phytophthora spp., diantaranya yang penting adalah jamur P. nicotianae var parasitica (Dast) . Di Indonesia spesies yang utama adalah P. nicotianae var. parasitica. : Penyakit terdapat di Jawa, Sumatera, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Bali. Tanaman inang lain adalah kacang tanah, cabai, tapak dara, kenaf, ubi kayu, jarak, terung, sirsak, srikaya, aren, pepaya, kelapa, terung belanda, durian, karet, pala, sirih, lada, kakao, anggrek Vanda dan kemiri minyak.

Gejala Serangan
            Penyakit ini umumnya menyerang pada bagian pangkal batang dekat permukaan tanah atau pada bagian sambungan antara batang atas dan bawah bibit jeruk okulasi. Gejala awal tampak berupa bercak basah yang berwarna gelap atau hitam kebasah-basahan pada permukaan kulit pangkal batang. Jaringan kulit kayu yang terserang mengalami perubahan warna bahkan permukaan kulit, kambium, kayu, terutama pada serangan lanjut.

            Kulit batang yang terserang, permukaannya cekung dan mengeluarkan belendok, dan pada tanaman terserang sering terbentuk kalus. Kematian tanaman akibat serangan penyakit ini terjadi apabila bercak pada kulit melingkari batang. Perkembangan bercak ke bagian atas, umumnya terbatas hingga 60 cm di atas permukaan tanah, sedangkan perkembangan ke bagian bawah dapat meluas ke bagian akar tanaman.

Pengendalian
a.       Mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur drainase, jarak tanam, pemangkasan, dan sanitasi lingkungan / kebun.
b.      Menghindarkan terjadinya pelukaan terhadap baik akar maupun pangkal batang pada waktu pemeliharaan / penyiangan.
c.       Membongkar tanaman (termasuk akarnya) yang terserang berat, kemudian membakarnya.
d.      Memotong / membuang bagian tanaman yang sakit, termasuk 1 - 3 cm bagian kulit sekitarnya yang sehat, kemudian diolesi fungisida. Untuk mempercepat pemulihan (regenerasi), sebaiknya bagian atas dan bekas luka potongan membentuk titik.
e.       Mengunakan agens antagonis cendawan Trichoderma spp., Gliocladium spp. yang dicampur dengan pupuk kandang / kompos.


4.      Penyakit Kulit Diplodia (Bark rot / Diplodia Cummosis)

            Penyebab Cendawan Botryodiplodia theobromae Pat. (Oomycetes); yang dulu dikenal dengan nama Diplodia zae Lev.; Diplodia natalensis P.Evans.
Di Indonesia penyakit ini terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Di luar negeri penyakit terdapat di Amerika Serikat, Kuba, India, Malaysia, dan Thailand.

Gejala Serangan
            Pada jeruk dikenal dua macam Diplodia yaitu Diplodia “basah” dan Diplodia “kering”. Penyakit ini dapat menyerang akar, batang dan ranting dan dapat mengakibatkan busuk akar, busuk leher dan mati ranting.

            Serangan Diplodia basah mudah dikenal karena tanaman yang terserang mengeluarkan “blendok” yang berwarna kuning emas dari batang atau cabang - cabang tanaman. Kulit tanaman yang terserang setelah beberapa lama dapat sembuh kembali, kulit yang terserang mengering dan mengelupas. Sering terjadi penyakit berkembang terus, sehingga pada kulit terjadi luka - luka yang tidak teratur, kadang-kadang terbatas pada jalur yang sempit, memanjang dan dapat juga berkembang melingkari batang atau cabang yang dapat menyebabkan kematian cabang atau tanaman. Cendawan berkembang di antara kulit dan kayu, dan merusak lapisan kambium tanaman. Kayu yang telah mati berwarna hijau sampai hitam.

            Serangan Diplodia kering umumnya lebih berbahaya karena gejala permulaan sukar diketahui. Kulit batang atau cabang tanaman yang terserang mengering, terdapat celah - celah kecil pada permukaan kulit, dan pada bagian kulit dan batang yang ada di bawahnya berwarna hitam kehijauan. Pada bagian celah - celah kulit terlihat adanya massa spora cendawan berwarna putih atau hitam. Perluasan kulit yang mengering sangat cepat dan bila sampai menggelang tanaman, menyebabkan daun-daun tanaman menguning dan kematian cabang atau pohon.


Pengendalian
a.       Sanitasi tanaman. Potong pohon / cabang / ranting yang terserang berat, buang kulit yang terinfeksi sedang dan bersihkan kulit yang terinfeksi ringan serta lingkungan dari gulma.
b.      Mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur jarak tanam dan melakukan pemangkasan.
c.       Penjarangan buah, agar keadaan tanaman tidak terlalu berat, sehingga cabang / ranting tidak luka / retak.
d.      Menghindari pelukaan terhadap akar maupun batang pada waktu penyiangan.
e.       Memotong / membuang bagian bagian kulit batang tanaman yang sakit,
f.       Mengunakan agens antagonis Trichoderma spp., Gliocladium spp., Pseudomonas fluorescens dan dilanjutkan dengan Bacillus subtilis yang telah dicampur dengan pupuk kandang/kompos, setelah kulit dikupas.

Hama Penyakit Tanaman Duku
(Lansium domesticum Corr.)

Hama

1.      Kelelawar
           
            Buah duku yang diincar kelelawar adalah buah duku yang matang dan siap dipanen. Pengendalian dapat dilakukan untuk mencegah gangguan kelelawar ini adalah dengan membungkus buah duku sejak buah itu berukuran kecil. Bahan pembungkus dapat berupa ijuk tanaman aren, kain bekas, bongsang yang terbuat dari anyaman bambu.

2.      Kutu perisai (Asterolecantium sp.)

            Hama ini menyerang daun dan batang duku. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara pemeliharaan dan perawatan tanaman sebaik mungkin, menggunakan insektisida yang sesuai dengan jenis hama yang mengganggunya.

Penyakit

1.      Penyakit antraknosa (Colletotrichum gloeosporiods)
           
            Gejala serangan dapat dilihat adanya bintik kecoklatan pada rangkaian buah, serangan ini menyebabkan buah berguguran lebih awal dan juga menyebabkan kerugian pasca panen. Pengendaliannnya dapat dilakukan dengan pemeliharaan tanaman yang baik, disemprot dengan fungisida sesuai dengan peruntukannya masing-masing obat.


2.      Penyakit mati pucuk
           
            Penyebab penyakit ini adalah cendawan Gloeosporium sp. menyerang ujung cabang dan ranting yang nampak kering. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan pemeliharaan tanaman yang baik, dilakukan dengan disemprot dengan fungisida seperti Manzate, Zerlate, Fermate, Dithane D-14 atau pestisida lain. Dosis untuk obat pemberantasan penyakit ini harus disesuaikan dengan anjuran pada label masing-masing obat.

Hama Penyakit Tanaman Nenas
(Ananas comosus)

A.   Hama
                            
1.      Penggerak buah (Thecla basilides Geyer)

Ciri-Ciri Hama
            Kupu-kupu berwarna coklat dan kupu-kupu betina meletakkan telurnya pada permukaan buah, kemudian menetas menjadi larva; bentuk larva pada bagian tubuh atas cembung, bagian bawah datar dan tubuh tertutup bulu-bulu halus pendek.

Gejala Serangan
            Menyerang buah dengan cara menggerek/melubangi daging buah; buah nanas yang diserang hama ini berlubang dan mengeluarkan getah, kemudian membusuk karena diikuti serangan cendawan atau bakteri.

Pengendalian
a.       Non kimiawi dengan menjaga kebersihan kebun serta membuang bagian tanaman yang terserang hama,
b.      Kimiawi dengan menyemprot insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti Basudin 60 EC atau Thiodan 35 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.


2.      Kumbang (Carpophilus hemipterus L.)

Ciri-ciri hama
            Berupa kumbang kecil, berwarma coklat/hitam; larva berwarna putih kekuningan, berambut tipis, bentuk langsing berkaki 6.

Gejala Serangan
            Menyerang tanaman nanas yang gluka sehingga bergetah dan busuk oleh mikroorganisme lain (cendawan dan bakteri).

Pengendalian
            Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun dan pemberian insektisida.

3.      Thrips (Holopothrips ananasi Da Costa Lima)

Ciri-Ciri Hama
            Tubuh thrips berukuran sangat kecil panjang sekitar 1,5 mm, berwarna coklat, dan bermata besar.

Gejala Serangan
            Menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan sel daun sehingga menimbulkan bintik-bintik berwarna perak; pada tingkat serangan yang berat menyebabkan pertumbuhan tanaman muda terhambat.

Pengendalian
a.       Secara non kimiawi dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kebun dan mengurangi ragam tanaman inang,
b.      Secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida: Mitac 200 EC atau Dicarol 25 SP pada konsentrasi yang dianjurkan.


4.      Ulat buah (Tmolus echinon L)

Ciri-Ciri Hama
            Serangga muda/dewasa berupa kupu-kupu berwarna coklat serta larva/ulat tertutup rambut halus dan kepalanya kecil.

Gejala Serangan
            Menyerang buah nanas dengan cara menggerek dan membuat lubang yang menyebabkan buah berlubang, bergetah dan sebagian buah memotong bagian tanaman yang terserang berat.

Pengendalian
            Pengendalian dapat dilakukan dengan mengumpulkan/membunuh ulat secara mekanis, serta disemprot insektisida: Buldok 25 EC atau Thiodan 35 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.


B.     Penyakit
1.      Busuk hati dan busuk akar

Penyebab
            Cendawan Phytophthora parasitica Waterh dan P. cinnamomi Rands. Penyakit busuk hati disebut hearth rot, sedangkan busuk akar dinamakan root rot. Penyebaran penyakit dibantu bermacam-macam tanaman inang, air yang mengalir, alat-alat pertanian, curah hujan tinggi, tanah yang mengandung bahan organik dan kelembaban tanah tinggi antara 25-35 derajat C.

Gejala Serangan
            Pada daun terjadi perubahan warna menjadi hijau belang-belang kuning dan ujungnya nekrotis; daun-daun muda mudah dicabut bagian pangkalnya membusuk dengan bau busuk berwarna coklat, dan akhirnya tanaman mati; pembusukan pada sistem perakaran.


Pengendalian
a.       Non kimiawi dilakukan dengan cara perbaikan drainase tanah, mengurangi kelembapan sekitar kebun, dan memotong/mencabut tanaman yang sakit,
b.      Kimiawi dengan pencelupan bibit dalam larutan fungisida sebelum tanam, seperti Dithane M-45 atau Benlate.

2.      Busuk pangkal

Penyebab
            Cendawan Thielaviopsis paradoxa (de Seyn) Hohn atau Ceratocystis paradoxa (Dade) C. Moreu. Penyakit ini sering disebut base rot. Penyebaran penyakit dibantu tanaman inangnya, adanya luka-luka mekanis pada tanaman, angin, hujan dan tanah.

Gejala Serangan
            Pada bagian pangkal batang, daun, buah dan bibit menampakkan gejala busuk lunak berwarna coklat atau hitam, berbau khas, atau bercak-bercak putih kekuning-kuningan.

Pengendalian
a.       Non kimiawi dengan melakukan penyimpanan bibit sementara sebelum tanamn agar luka cepat sembuh, menanam bibit pada cuaca kering, dan menghindari luka-luka mekanis.
b.      Kimiawi dengan perendaman bibit dalam larutan fungisida Benlate.

Hama Penyakit Tanaman Semangka
1.      Penyakit    : Antraknosa (Busuk Buah)

Patogen
            Penyebab penyakit busuk buah semangka ini adalah jamur Colletotrichum orbiculare (Berk. & Mont.) Arx (Syn C. legenarium (Pass.) Ellis & Halst.)

Deskripsi penyakit
            Penyakit ini mulai teridentifikasi sejak tahun 1867 di Italia. Penyakit ini pada umumnya menyerang buah pada tanaman cabe (sering dikenal dengan nama “pathek”).

Gejala Serangan
            Gejala serangan antraknose di semangka akan tampak pada bibit, daun, tangkai daun, batang dan buah. Gejala di daun adalah dengan adanya luka berwarna coklat sampai hitam dengan tepi tidak beraturan dan mengelompok di sekitar tulang daun. Pada tangkai daun dan batang terdapat luka cekung dangkal berbentuk lonjong dan pada buah gejalanya terdapat spot berwarna kehitaman busuk kering.

            Patogen ini hidup pada sisa tanaman terinfeksi atau pada inang sementara dan terikut dalam benih yang buahnya terserang. Oleh karena itu pada produksi benih untuk pembenihan, seleksi buah harus dilakukan untuk menghindari terikutnya buah-buah yang terserang penyakit tersebut. Spora jamur ini penyebarannya dibantu oleh angin, hujan dan aktivitas pekerja. Untuk per-kecambahan dan per-tumbuhan spora memerlukan suhu optimum 22-27OC dan kelembaban 100% selama 24 jam.

            Penetrasi jamur ke inang dengan cara membentuk “infection peg” semacam kaki-kaki yang bisa men-cengkeram pada bidang permukaan terinfeksi. Serangan terjadi 72 jam setelah spora membentuk infection peg dan selanjutnya gejala terlihat 96 jam setelah infeksi, dimana sel-sel sudah dipenuhi mycelium jamur tersebut.

Pengendalian
a.        patogen dengan cara membeli benih-benih bersertifikasi / berlabel yang terhindar dari inokulum (pembawa penyakit), menimbun sisa atau bekas tanaman yang sudah terserang dan sebaiknya lokasi penimbunan jauh dari pertanaman yang bisa digunakan sebagai inang sementara seperti cabe.
b.      Pengendalian dengan pergiliran masa tanam dan menjaga kondisi lingkungan, menanam pada areal baru yang belum ditanami.
c.       Pengendalian kimia menggunakan fungisida protektan dan eradikan yang berbahan aktif copper hydroxide.

2. Penyakit : Cercospora leaf spot (Cacar Daun)
Patogen
            Penyakit cacar daun semangka disebabkan oleh jamur Cercospora citrullina Coke.
Deskripsi penyakit
            Penyakit ini menyerang daun pada hampir semua tanaman famili cucurbitaceae di daerah tropis dan subtropis. Secara khusus gejala patogen ini ditemukan di daun, tetapi mereka juga akan muncul di tangkai daun dan batang bila lingkungan mendukung sporulasinya. Penyebarannya banyak dibantu oleh angin. Suhu yang optimal untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangannya adalah 26-32oC dan infeksi akan terjadi setiap 7-10 hari.
Gejala Serangan
            Cercospora tidak menimbulkan kerusakan pada buah, tetapi akan menyebabkan terjadinya defoliasi daun dan akhirnya mengurangi ukuran dan kualitas buah. Gejala penyakit ini pertama kali akan muncul pada daun-daun muda dengan membentuk spot yang melingkar tidak beraturan dengan bagian tengah berwarna coklat terang. Gejala serangan ini terlihat jelas daun bagian atas.
Pengendalian
            Pengendalian yang dapat dianjurkan adalah dengan sanitasi lingkungan untuk mengurangi sumber inokulum, rotasi tanaman dan pengendalian kimia menggunakan fungisida berbahan aktif Chlorothalonil yang diaplikasikan sejak daun terbentuk sempurna atau jika kondisi lingkungan mendukung untuk perkembangan penyakit dan diulang tiap 7 hari. Fungisida yang lain yang dapat digunakan adalah yang berbahan aktif Maneb.
3.      Penyakit    : Bacterial Fruit Blotch (Busuk buah basah / bisul buah)
Patogen 
            Penyebab penyakit adalah baketri Pseudomonas pseudoalcaligenes stainer subspesies citrulli schaad et al.
Deskripsi penyakit
            Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh Mariana Islands tahun 1988, meskipun untuk family cucurbit lainnya cukup tahan, tetapi pada semangka penyakit ini sangat nyata mengurangi hasil panen. Bacterial Fruit Blotch disebabkan oleh Pseudomonas pseudoalcaligenes stainer subspesies citrulli schaad et al. Patogen ini penyebarannya biasanya lewat benih baik secara internal maupun external kontaminasi dan dapat juga terjadi pada lapisan benih. Kondisi yang mendukung perkembangan patogen ini adalah kelembaban yang tinggi dan suhu sekitar 26oC.
Gejala Serangan
            Gejala serangan dari Bacterial Fruit Blotch adalah terdapatnya busuk basah dengan ukuran kecil, diameter kurang dari 1 cm, kemudian berkembang dengan cepat menutupi permukaan buah selama 7-10 hari.
Cara pengendalian
            Pengendalaian penyakit ini tergantung apakah benih terkontaminasi atau tidak, Rotasi tanaman dan pengolahan tanah yang baik dapat mengurangi tingkat intensitas serangan. Hindari dan cegah terjadinya kerusakan kulit buah, baik selama pengangkutan maupun penyimpanan. Pengendalian secara kimia mulai dilaksanakan saat awal pembentukan buah. Fungisida yang dapat dipakai adalah yang berbahan aktif copper hydroxide.

4. Penyakit    : Alternaria Leaf Spot
Patogen
Penyebab penyakit ini adalah Alternaria cucumerina
Deskripsi penyakit
            Penyakit bercak ternyata tidak hanya menyerang tanaman kubis maupun cabai saja namun juga pada tanaman yang tergolong timun-timunan. Penyakit bercak pada semangka ini disebabkan cendawan Alternaria cucumerina. Biasanya, penyakit ini menyerang hanya satu jenis tanaman saja. Tanaman dapat terserang pada berbagi fase pertumbuhan. Penyakit ini dapat bertahan di tanah untuk jangka waktu lama. Penyakit ini bisa berpindah dari satu lahan ke lahan lain melalui mesin-mesin pertanian, seresah daun yang telah terserang, dan air irigasi. Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini.
Gejala Serangan
            Serangan pada bibit tanaman dapat menyebabkan mati atau kerdil. Sedangkan pada tanaman yang lebih tua akan layu pada tengah hari pada beberapa waktu, kemudian layu untuk seterusnya dan akhirnya mati. Jaringan angkut tanaman menjadi kuning atau coklat.
Cara pengendalian
            Pengendaliannya dapat dilakukan dengan menggunakan varietas yang tahan. Menghindari penanaman di lahan yang telah diketahui mengandung penyakit ini. Serta mencuci peralatan saat berpindah dari lahan satu ke lahan lainnya. Lahan yang tergenangi untuk padi dapat mengurangi keberadaan penyakit di tanah.
5. Penyakit    : Layu Fusarium
Patogen      : Fusarium oxysporum f.sp. niveum

Deskripsi penyakit
            Layu fusarium merupakan penyakit yang sering menyerang tanaman famili timun-timunan. Penyebabnya adalah Fusarium oxysporum f.sp. niveum pada semangka. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, namun beberapa jenis terdapat hanya pada lokasi tertentu saja. Seperti halnya penyakit alternaria, penyakit ini hanya menyerang satu jenis tanaman saja. Penyakit ini dapat bertahan di tanah untuk jangka waktu lama dan bisa berpindah dari satu lahan ke lahan lain melalui mesin-mesin pertanian, seresah daun yang telah terserang, maupun air irigasi. Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini.
Gejala Serangan
            Tanaman yang terserang bisa terjadi pada berbagai tahap pertumbuhan. Mulai dari bibit hingga tanaman tua. Baik saat bibit maupun tanaman dewasa , serangan penyakit ini dapat meyebabkan layu yang akhirnya mati. Tandanya dapat dilihat pada jaringan angkut tanaman yang berubah warna menjadi kuning atau coklat.
Cara pengendalian
            Adapun pengendaliannya dapat dilakukan dengan menggunakan varietas yang tahan bila memungkinkan. Hindari lahan yang telah diketahui mengandung penyakit ini. Cucilah peralatan saat berpindah dari lahan satu ke lahan lainnya. Lahan yang tergenangi untuk padi dapat mengurangi keberadaan penyakit di tanah.
Hama Penyakit Tanaman Pisang
(Musa paradisica)
A. Hama
1. Erionata thrax L.
            Serangga hama ini dikenal dengan penggulung daun atau Case building caterpillar, termasuk ordo Lepidoptera, famili Herperidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.

Biologi Hama
            Telur diletakkan dibagian bawah daun sekitar 25 butir dengan stadium telur 5 - 6 minggu. Dalam satu area kebun pisang yang tidak begitu luas biasanya terdapat satu stadium saja misalnya stadium larva saja atau kepompong saja. Imago serangga ini mengisap nektar bunga pisang.  Tanaman inangnya pisang dan Musa textilis.



Gejala serangan
            Larva serangga ini akan menggunting daun pisang dari arah pucuk dan menggulung di bagian pangkal sehingga terlihat adanya gulungan daun pisang yang didalamnya terdapat larva atau kepompongnya. Larva memakan dalam gulungan daun tersebut. Daun pisang yang belum tua, sangat disukai larva serangga tersebut.

Pengendalian
            Cara pengendaliannya yaitu dengan memangkas daun yang terserang, kemudian dibakar. Konservasi parasitoid telur Ooencyrtus erionotae Ferr, Agiommatus sp., Anastatus sp. Parasitoid ini dapat menekan 50 - 70 % telur. Parasitoid larva Apanteles erionotae Wlk. Dapat menekan sekitar 10 % larva, parasitoid kepompong Brachymerta sp. Xanthopimpia sp. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif kuinalfos dan triklorfon. Insektisida berbahan aktif sistemik lebih efektif digunakan, mengingat ulat daun ini bersembunyi dalam gulungan daun.
 
2. Cosmopolites sordidus Germar
            Serangga hama ini dikenal dengan penggerek batang atau Banana weevil, termasuk ordo Coleoptera, famili Curculionidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa.

Biologi Hama
            Telurnya berwarna putih kekuningan, berbentuk elips dengan panjang 2 mm. Telur sebanyak 10 – 50 butir diletakkan di celah – celah pelepah batang pisang, terutama pada bagian yang sedang membusuk. Stadium telur 5-8 hari. Larva kumbang ini berwarna coklat. Stadium larva berkisar 14 - 21 hari. Kepompongnya berada dalam batang tanaman pisang sampai keluar kumbangnya. Stadium kepornong 5 - 7 hari. Kumbang ini tidak pernah terbang jauh, gerekannya lamban dari pohon pisang yang satu ke pohon pisang yang lain, yang letaknya masih berdekatan. Tanaman inangnya pisang.

Gejala serangan
            Larva ini akan membuat lorong-lorong pada batang pisang dengan cara menggerek dan memakan pelepah batang pisang. Pembuatan lorong-lorong itu terus berlanjut sampai ke umbi batang pisang dari tanaman induk maupun anakan pisang yang masih muda. Bagian dalam tanaman pisang dirusak sedangkan bagian luarnya tampak utuh, sehingga gejala luar terlihat daun pisang layu dan pelepahnya mudah patah. Apabila batang pisang ditebang akan tampak lorong-lorong yang dibuat oleh kumbang tersebut.


Pengendalian
            Pengendalian serangga Hama ini dilakukan dengan penanaman varietas tahan seperti lempereng, pisang kepok dan pisang tanduk. Sanitasi kebun dengan membersihkan pelepah tua dan menyingkirkan potongan batang pisang yang telah dipanen. Tanaman pisang yang telah dipanen, batangnya dipotong-potong pendek sampai permukaan bonggolnya dan ditimbun dalam tanah. Dapat juga dikendalikan dengan konservasi musuh alami, yaitu predator Plaesius javanicus Er yang dapat menekan larva kumbang tersebut. Juga dengan aplikasi menggunakan insektisida berbahan aktif karbofuran dan monokrotofos.
 
3. Odoiporus longicolis Oliv
            Serangga hama ini dikenal dengan penggerek batang atau Banana stem weevil, termasuk ordo Coleptera, famili Curculionidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa.

Biologi Hama
            Kumbang ini mudah dikenal karena moncongnya/Snout dan berukuran panjang 16 mm. Telur diletakkan pada pelepah pisang kemudian larva akan menggerek batang bagian atas bukan bonggol seperti pada Cosmopolit.rs sordidus (Germ). Lubang gerek itu memanjang ke arah atas sehingga tanaman pisang layu. Larva dan imagonya merusak batang pisang. Tanaman inangnya pisang.

Gejala serangan
            Tanaman pisang layu, apabila batangnya dibelah maka terlihat adanya lubang gerek yang memanjang di sepanjang batang semu.

Pengendalian
            Pengendalian serangga hama ini dapat dilakukan dengan sanitasi kebun pisang dengan memotong sampai permukaan tanah tanaman pisang yang telah diambil buahnya, kermudian memotong kecil-kecil batang pisang tersebut dan dimasukkan kedalam tanah. Dapat juga dengan konservasi musuh alami yaitu predator P1aesius javanicus Er yang dapat menekan larva maupun kumbang tersebut. Penggunaan insektisida berbahan aktif karbofuran.

4. Pelttulorria irih roireritosa Coq
            Serangga hama ini dikenal dengan kutu pisang atau Banana aphid, termasuk ordo Homoptera, famili Aphididae dan mempunyai daerah penyebaran di Bali, Jawa Barat, lrian Jaya.

Biologi Hama
            Serangga dewasa berwarna coklat dan berukuran 1 - 2 mm dengan antena yang panjang kira-kira sepanjang tubuhnya. Kerumunan aphid ini ditemukan pada bagian bawah daun yang cukup tua. Serangga ini merupakan vektor dari penyakit Bunchy top terutama pada perkebunan pisang di Asia. Tanaman inangnya pisang, tomat, Colocasia, Zingiber, Alpiina, Palisata, Heliconia.

Gejala Serangan
            Aphid tersebut tidak menyerang buah pisang tetapi menghisap tunas/pucuk tanaman pisang. Kerusakan langsung karena aphid ini kurang berarti, akan tetapi sebagai vektor penyakit Bunchy top, kehadiran aphid tersebut sangat berbahaya. Tampak adanya garis yang berwarna hijau tua pada daun dan perkembangannya menjadi terhambat. Buah pisang jelek dan kurang laku dijual.

Pengendalian
            Pengendalian serangga hama ini dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif dizinon atau karbaril segera setelah tampak adanya gejala serangan.

5. Nacolea octasema
            Serangga hama ini dikenal dengan kudis pisang atau Banana scab moth, termasuk ordo Lepidoptera, famili Pyralidae dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa.

Biologi Hama
            Telur diletakkan dalam kelompok sekitar 15 butir pada daun dekat tongkol pisang. Ngengat betina dapat menghasilkan 80 - 120 butir telur dengan stadium telur 4 - 6 hari. Larva akan memakan bunga yang keluar dari tongkol. Stadium larva 12 - 31 hari. Kepompongnya terbungkus kokon dengan stadium 10 - 12 hari. Ngengat akan keluar pada sore hari dan hanya hidup untuk beberapa hari. Tanaman inangnya pisang, jagung, nipah, pandan, Heliconia.

Gejala Serangan
            Serangan hama ini menyebabkan perkembangan buah menjadi terhambat, menimbulkan kudis pada buah sehingga menurunkan kualitas buah. Dalam satu tandan pisang hanya terdiri dari beberapa sisir pisang. Hama ini meletakkan telurnya diantara pelepah bunga segera setelah muncul bunga dari tanaman pisang. Hama langsung menggerek pelepah bunga dan bakal buah, terutama saat buah masih dilindungi pelepah buah.

Pengendalian
            Pengendalian serangga llama ini dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif diazinon atau karbaril pada daun dekat tongkol sebelum terbentuk buah pisang. Telur maupun larva yang ada pada daun akan dapat dikendalikan. Dapat juga dilakukan dengan membungkus tandan buah saat bunga akan mekar.

6. Dacus dorsalis Hend
            Serangga hama ini dikenal dengan lalat buah atau Oriental fruit fly, termasuk ordo Diptera, famili Tephritidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.

Biologi Hama
            Telur lalat buah diletakkan secara berkelompok, berbentuk bulan sabit pada permukaan buah. Setelah 2 hari telur menetas, larva hidup dan berkembang dalam daging buah selama 6 - 9 hari, menyebabkan buah menjadi busuk. Apabila larva sudah menjadi dewasa, keluar dari buah dan memasuki stadium pupa, tepat dibawah permukaan tanah. Lalat dewasa berwarna merah kecoklatan, lalat betina ujung perutnya lebih runcing sedangkan lalat jantan lebih bulat. Siklus hldup dari telur hingga lalat dewasa berlangsung 16 hari. Tanaman inangnya pisang, Cabai, mangga, belimbing, kopi, buah cengkeh, jeruk.

Gejala Serangan
            Gejala seranga yang di timbulkan oleh hama ini adalah busuknya buah karena larva dari serangga hama ini berkembang di dalam daging buah.

Pengendalian
            Pengendalian serangga hama ini dilakukan dengan :
a.       Pembungkusan buah pisang yang masih kecil,
            Pembungkusan ini dilakukan dengan cara membungkus buah pada tandan pisang itu dengan kantung pembungkus dari plastik. Pembungkusnya dilubangi dibagian pojok kanan, pojok kiri dan tengah. Maksudnya agar air hujan yang masuk atau air siraman yang tertampung bisa keluardari plastik.
b.      Penggunaan methyl eugenol,
            Methyl eugenol yang merupakan Senyawa organik mirip fenomon yang dikeluarkan oleh lalat betina. Kapas yang sebelumnya ditetesi insektisida monokrotofos sebanyak 2 cc, ditetesi juga dengan methyl eugenol. Sebanyak 0,1 cc/kapas. Kemudian kapas tersebut dimasukkan ke dalam botol aqua yang sudah
dimodifiikasi dan digantungkan pada pelepah daun setinggi 2 - 3 meter diatas permukaan tanah. Jumlah perangkap 5 - 10 buah untuk setiap hektar. Lalat jantan yang mencium aroma methyl eugenol akan datang masuk ke botol perangkap, karena menduga ada lalat betina di dalamnya. Lalat akan mengerumuni kapas
sumber aroma tersebut. Dalam hal ini lalat jantan mengisap feromon juga mengisap racun, akhirnya mati.

c.       Pencangkulan tanah di bawah pohon pisang tersebut agar larva yang akan membentuk pupa atau pupa yang sudah terdapat di dalam tanah itu tercangkul/terkena sinar matahari dan mati.

 
B. Penyakit
1. Penyakit layu Fusarium
         Penyakit layu ini disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f. sp. Cubense (FOC). Penyakit ini paling berbahaya dan mematikan, disamping penyakit layu yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit layu, baik yang disebabkan oleh Fusarium maupun bakteri sangat sukar untuk dikendalikan, mudah berpindah, dan mampu bertahan dalam tanah dalam jangka waktu yang lama.

         Gejala yang diperlihatkan akibat serangan penyakit ini adalah :
a.       Daun : berwarna kuning kehijauan pada daun tua, dimulai dari pinggir daun. Penguningan berlanjut ke daun yang lebih muda. Daun paling muda yang baru membuka adalah yang paling akhir memperlihatkan gejala.
b.      Batang semu : pecah membujur beberapa cm di atas tanah. Dapat juga terjadi pada tanaman muda atau anakan. Anakan menjadi kerdil, daun menyempit, batang semu pecah dan mengembang ke atas, mirip serangan kerdil pisang. Bila batang dipotong, ditemukan benang berupa garis berwarna hitam/ungu/coklat/kekuningan. Empulur biasanya tidak membusuk atau berwarna hitam.
c.       Bonggol : bila dipotong, bagian tengah berwarna hitam, coklat, atau ungu.
d.      Buah : umumnya tidak sampai panen. Bila dipanen pun ukurannya kecil, layu, dan matang sebelum waktunya.
e.       Jantung : awalnya normal, kemudian tumbuh kerdil dan layu. Bila dipotong tidak memperlihatkan perbedaan dengan jantung pisang sehat.

Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan :
a.       Penggunaan bibit pisang bebas penyakit, yaitu bibit diambil dari lahan yang diyakini bebas dari penyakit layu Fusarium. Penggunaan bibit yang berasal dari kultur jaringan adalah salah satu bibit pisang yang bebas penyakit.
b.      Melakukan pergiliran tanaman.
c.       Melakukan sanitasi lahan, yaitu membersihkan gulma seperti rumput teki dan bayam-bayaman. Gulma tersebut merupakan inang sementara patogen penyakit layu Fusarium.
d.      Melakukan pengamatan cepat keberadaan FOC. Pada lahan yang akan ditanami pisang, terutama lahan baru, sebaiknya dilihat terlebih dahulu ada atau tidaknya FOC. Caranya, ambil tanah dari lahan yang akan digunakan untuk pertanaman pisang, masukkan ke dalam ember setinggi 25 cm. Campurkan kompos kotoran ayam dengan perbandingan 2 bagian kompos dan 8 bagian tanah. Biarkan selama 15 hari, lalu tanamkan anakan rebung pisang yang tidak tahan terhadap FOC (ambon kuning), kemudian amati selama 3 bulan. Bila lahan tersebut tercemar FOC, pisang yang ditanam akan segera memperlihatkan gejala penyakit layu Fusarium.
e.       Menanam jenis pisang yang tahan terhadap FOC, seperti Janten/Ketan, Muli, Tanduk, Raja Kinalun/Pisang Perancis, FHIA-25 dan FHIA-17.
f.       Jangan membawa atau memindahkan bibit pisang dari lokasi yang telah terserang ke lokasi yang masih bebas penyakit.
g.      Melakukan eradikasi atau pemusnahan dengan membasmi sumber penyakit (tanaman sakit) dengan membongkar dan membakar.

2. Penyakit layu bakteri
            Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum.
            Gejala ditandai sebagai berikut :
a.       Daun : kuning pucat dan total pada daun nomor 2 dan 3, dari pangkal daun terus ke bagian pinggir. Penguningan berlanjut ke semua pinggir.
b.      Anakan : anakan dengan segera memperlihatkan gejala serangan kerdil, layu, daun kuning ketika anakan berumur 2-3 bulan.
c.       Batang : bila dipotong, bagian dalam (empulur) terlihat membusuk, berwarna coklat kemerahan.
d.      Bonggol : bila dipotong akan mengeluarkan cairan berwarna coklat kemerahan.
e.       Buah : pada tanaman induk yang terserang, penampilan buah normal, namun bila dipotong buah terlihat busuk dengan warna coklat kehitaman. Pada tanaman yang terserang sejak awal, buah tidak terbentuk sempurna dan kering.
f.       Jantung : mengering dan bila dipotong mengeluarkan cairan berupa susu. Bila potongan ini dimasukkan ke dalam air, akan terbentuk materi berupa benang-benang.

            Pengendalian penyakit layu bakteri dapat dilakukan dengan cara :
a.       Menggunakan bibit yang sehat.
b.      Lakukan sanitasi lahan, yaitu disarankan tidak melakukan tumpangsari atau menanam pisang di bekas lahan pertanaman tomat, jahe, terung, tekokak, meniran, leunca, dan kelompok tomat-tomatan lainnya.
c.       Membuat drainase di kebun.
d.      Pengendalian serangga penular. Basmi serangga ulat penggulung daun Erionata thrax L.
e.       Pemakaian jenis pisang tahan, diantaranya Pisang Raja Kinalun dengan nama lokal pisang Perancis, atau pisang Sepatu Amora, yaitu sejenis pisang kapok yang tidak mempunyai jantung, sehingga terhindar dari penyakit layu bakteri yang disebarkan oleh serangga.
f.       Pembungkusan buah dengan plastik transparan untuk menghindari serangan serangga penular. Dilakukan saat keluar jantung atau paling lama saat sisir pertama muncul.
 
3. Penyakit bercak daun sigatoka
            Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Mycosphaerella musicola. Penyakit ini menyebabkan permukaan daun menjadi rusak dan mati, sehingga mengganggu proses fotosintesis, akibatnya produksi menjadi menurun dan buah masak sebelum waktunya. Bahkan pada serangan berat mengakibatkan kematian.

            Gejala awal penyakit terlihat pada daun ketiga atau keempat, berupa bercak kecil berwarna kuning pucat. Bercak atau garis-garis ini makin lama makin membesar dan memanjang, sehingga membentuk bercak bulat telur dengan pusat mengering berwarna abu-abu. Pada tanaman muda, biasanya ukuran bercak lebih lebar dibandingkan tanaman tua.

            Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain jenis pisang, umur tanaman, dan faktor iklim. Jenis pisang komersil yang mudah terserang antara lain kelompok Ambon (Cavendish dan Gross Michell), Mas, Barangan, dan Raja Sere. Kondisi lingkungan yang baik untuk perkembangan penyakit ini yaitu pada musim penghujan.

            Cara pengendaliannya yaitu dengan mengatur jarak tanam yang tidak terlalu rapat, pemangkasan daun tua yang terserang, membakar serasah daun yang terserang, dan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif benzimidazole dan dithiocarbamate.


DAFTAR PUSTAKA
Semangun, H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia (Revisi). Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Susniahti, N., Sumeno, H., Sudarjat. 2005. Bahan Ajar Ilmu Hama Tumbuhan. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Faperta Unpad: Bandung
Suyanto, agus. 1994. Hama Sayur dan Buah Seri PHT. Penebar Swadaya : Jakarta



4 komentar: