Hama
Penyakit Tanaman Pisang (Musa
paradisica)
Disusun oleh
M.Ali Topan
0810212085
A.
Hama
1.
Erionata
thrax L.
Serangga
hama ini dikenal dengan penggulung daun atau Case
building caterpillar, termasuk
ordo Lepidoptera, famili Herperidae dan mempunyai daerah penyebaran
di Indonesia.
Biologi
Hama
Telur
diletakkan dibagian bawah daun sekitar 25 butir dengan stadium telur
5 - 6 minggu. Dalam satu area kebun pisang yang tidak begitu luas
biasanya terdapat satu stadium saja misalnya stadium larva saja atau
kepompong saja. Imago serangga ini mengisap nektar bunga pisang.
Tanaman inangnya pisang dan Musa
textilis.
Gejala
serangan
Larva
serangga ini akan menggunting daun pisang dari arah pucuk dan
menggulung di bagian pangkal sehingga terlihat adanya gulungan daun
pisang yang didalamnya terdapat larva atau kepompongnya. Larva
memakan dalam gulungan daun tersebut. Daun pisang yang belum tua,
sangat disukai larva serangga tersebut.
Pengendalian
Cara
pengendaliannya yaitu dengan memangkas daun yang terserang, kemudian
dibakar.
Konservasi parasitoid telur Ooencyrtus
erionotae Ferr,
Agiommatus
sp.,
Anastatus
sp.
Parasitoid ini dapat menekan 50 - 70 % telur. Parasitoid larva
Apanteles
erionotae Wlk.
Dapat menekan sekitar 10 % larva, parasitoid kepompong Brachymerta
sp.
Xanthopimpia
sp.
Pengendalian
secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida
berbahan aktif kuinalfos dan triklorfon. Insektisida berbahan aktif
sistemik lebih efektif digunakan, mengingat ulat daun ini bersembunyi
dalam gulungan daun.
2.
Cosmopolites
sordidus
Germar
Serangga
hama ini dikenal dengan penggerek batang atau Banana
weevil, termasuk
ordo Coleoptera, famili Curculionidae dan mempunyai daerah penyebaran
di Jawa.
Biologi
Hama
Telurnya
berwarna putih kekuningan, berbentuk elips dengan panjang 2 mm. Telur
sebanyak 10 – 50 butir diletakkan di celah – celah pelepah batang
pisang, terutama pada bagian yang sedang membusuk. Stadium telur 5-8
hari. Larva kumbang ini berwarna coklat. Stadium larva berkisar 14 -
21 hari. Kepompongnya berada dalam batang tanaman pisang sampai
keluar kumbangnya. Stadium kepornong 5 - 7 hari. Kumbang ini tidak
pernah terbang jauh, gerekannya lamban dari pohon pisang yang satu ke
pohon pisang yang lain, yang letaknya masih berdekatan. Tanaman
inangnya pisang.
Gejala
serangan
Larva
ini akan membuat lorong-lorong pada batang pisang dengan cara
menggerek dan memakan pelepah batang pisang. Pembuatan lorong-lorong
itu terus berlanjut sampai ke umbi batang pisang dari tanaman induk
maupun anakan pisang yang masih muda. Bagian dalam tanaman pisang
dirusak sedangkan bagian luarnya tampak utuh, sehingga gejala luar
terlihat daun pisang layu dan pelepahnya mudah patah. Apabila batang
pisang ditebang akan tampak lorong-lorong yang dibuat oleh kumbang
tersebut.
Pengendalian
Pengendalian
serangga Hama ini dilakukan dengan penanaman varietas tahan seperti
lempereng, pisang kepok dan pisang tanduk. Sanitasi kebun dengan
membersihkan pelepah tua dan menyingkirkan potongan batang pisang
yang telah dipanen. Tanaman pisang yang telah dipanen, batangnya
dipotong-potong pendek sampai permukaan bonggolnya dan ditimbun dalam
tanah. Dapat juga dikendalikan dengan konservasi musuh alami, yaitu
predator Plaesius
javanicus Er
yang dapat menekan larva kumbang tersebut.
Juga dengan aplikasi menggunakan
insektisida berbahan aktif karbofuran dan monokrotofos.
3.
Odoiporus
longicolis Oliv
Serangga
hama ini dikenal dengan penggerek batang atau Banana
stem weevil, termasuk
ordo Coleptera, famili Curculionidae dan mempunyai daerah penyebaran
di Jawa.
Biologi
Hama
Kumbang
ini mudah dikenal karena moncongnya/Snout
dan
berukuran panjang 16 mm. Telur diletakkan pada pelepah pisang
kemudian larva akan menggerek batang bagian atas bukan bonggol
seperti pada Cosmopolit.rs
sordidus (Germ).
Lubang gerek itu memanjang ke arah atas sehingga tanaman pisang layu.
Larva dan imagonya merusak batang pisang. Tanaman inangnya pisang.
Gejala
serangan
Tanaman
pisang layu, apabila batangnya dibelah maka terlihat adanya lubang
gerek yang memanjang di sepanjang batang semu.
Pengendalian
Pengendalian
serangga hama ini dapat dilakukan dengan sanitasi kebun pisang dengan
memotong sampai permukaan tanah tanaman pisang yang telah diambil
buahnya, kermudian memotong kecil-kecil batang pisang tersebut dan
dimasukkan kedalam tanah. Dapat juga dengan konservasi musuh alami
yaitu predator P1aesius
javanicus Er
yang dapat menekan larva maupun kumbang tersebut. Penggunaan
insektisida berbahan aktif karbofuran.
4.
Pelttulorria
irih roireritosa
Coq
Serangga
hama ini dikenal dengan kutu pisang atau Banana
aphid, termasuk
ordo Homoptera, famili Aphididae dan mempunyai daerah penyebaran di
Bali, Jawa Barat, lrian Jaya.
Biologi
Hama
Serangga
dewasa berwarna coklat dan berukuran 1 - 2 mm dengan antena yang
panjang kira-kira sepanjang tubuhnya. Kerumunan aphid ini ditemukan
pada bagian bawah daun yang cukup tua. Serangga ini merupakan vektor
dari penyakit Bunchy
top terutama
pada perkebunan pisang di Asia. Tanaman inangnya pisang, tomat,
Colocasia,
Zingiber, Alpiina, Palisata, Heliconia.
Gejala
Serangan
Aphid
tersebut tidak menyerang buah pisang tetapi menghisap tunas/pucuk
tanaman pisang. Kerusakan langsung karena aphid ini kurang berarti,
akan tetapi sebagai vektor penyakit Bunchy
top,
kehadiran aphid tersebut sangat berbahaya. Tampak adanya garis yang
berwarna hijau tua pada daun dan perkembangannya menjadi terhambat.
Buah pisang jelek dan kurang laku dijual.
Pengendalian
Pengendalian
serangga hama ini dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida
berbahan aktif dizinon atau karbaril segera setelah tampak adanya
gejala serangan.
5.
Nacolea
octasema
Serangga
hama ini dikenal dengan kudis pisang atau Banana
scab moth, termasuk
ordo Lepidoptera, famili
Pyralidae
dan mempunyai daerah penyebaran di Jawa.
Biologi
Hama
Telur
diletakkan dalam kelompok sekitar 15 butir pada daun dekat tongkol
pisang. Ngengat betina dapat
menghasilkan
80 - 120 butir telur dengan stadium telur 4 - 6 hari. Larva akan
memakan bunga yang keluar dari
tongkol.
Stadium larva 12 - 31 hari. Kepompongnya terbungkus kokon dengan
stadium 10 - 12 hari. Ngengat akan
keluar
pada sore hari dan hanya hidup untuk beberapa hari. Tanaman inangnya
pisang, jagung, nipah, pandan, Heliconia.
Gejala
Serangan
Serangan
hama ini menyebabkan perkembangan buah menjadi terhambat, menimbulkan
kudis pada buah sehingga menurunkan kualitas buah.
Dalam satu tandan pisang hanya terdiri dari beberapa sisir pisang.
Hama
ini meletakkan telurnya diantara pelepah bunga segera setelah muncul
bunga dari tanaman pisang. Hama langsung menggerek
pelepah
bunga dan bakal buah, terutama saat buah masih dilindungi pelepah
buah.
Pengendalian
Pengendalian
serangga llama ini dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida
berbahan aktif diazinon atau karbaril pada daun dekat tongkol sebelum
terbentuk buah pisang. Telur maupun larva yang ada pada daun akan
dapat dikendalikan.
Dapat juga
dilakukan dengan membungkus tandan buah saat bunga akan mekar.
6.
Dacus
dorsalis Hend
Serangga
hama ini dikenal dengan lalat buah atau Oriental
fruit fly, termasuk
ordo Diptera, famili Tephritidae dan mempunyai daerah penyebaran di
Indonesia.
Biologi
Hama
Telur
lalat buah diletakkan secara berkelompok, berbentuk bulan sabit pada
permukaan buah. Setelah 2 hari telur menetas, larva hidup dan
berkembang dalam daging buah selama 6 - 9 hari, menyebabkan buah
menjadi busuk. Apabila larva sudah menjadi dewasa, keluar dari buah
dan memasuki stadium pupa, tepat dibawah permukaan tanah. Lalat
dewasa berwarna merah kecoklatan, lalat betina ujung perutnya lebih
runcing sedangkan lalat jantan lebih bulat. Siklus hldup dari telur
hingga lalat dewasa berlangsung 16 hari. Tanaman inangnya pisang,
Cabai, mangga, belimbing, kopi, buah cengkeh, jeruk.
Gejala
Serangan
Gejala
seranga yang di timbulkan oleh hama ini adalah busuknya buah karena
larva dari serangga hama ini berkembang di dalam daging buah.
Pengendalian
Pengendalian
serangga hama ini dilakukan dengan :
- Pembungkusan buah pisang yang masih kecil,
Pembungkusan
ini dilakukan dengan cara membungkus buah pada tandan pisang itu
dengan kantung pembungkus dari plastik. Pembungkusnya dilubangi
dibagian pojok kanan, pojok kiri dan tengah. Maksudnya agar air hujan
yang masuk atau air siraman yang tertampung bisa keluardari plastik.
- Penggunaan methyl eugenol,
Methyl
eugenol yang merupakan Senyawa organik mirip fenomon yang dikeluarkan
oleh lalat betina. Kapas yang sebelumnya ditetesi insektisida
monokrotofos sebanyak 2 cc, ditetesi juga dengan methyl eugenol.
Sebanyak 0,1 cc/kapas. Kemudian kapas tersebut dimasukkan ke dalam
botol aqua yang sudah
dimodifiikasi
dan digantungkan pada pelepah daun setinggi 2 - 3 meter diatas
permukaan tanah. Jumlah perangkap 5 - 10 buah untuk setiap hektar.
Lalat jantan yang mencium aroma methyl eugenol akan datang masuk ke
botol perangkap, karena menduga ada lalat betina di dalamnya. Lalat
akan mengerumuni kapas
sumber
aroma tersebut. Dalam hal ini lalat jantan mengisap feromon juga
mengisap racun, akhirnya mati.
- Pencangkulan tanah di bawah pohon pisang tersebut agar larva yang akan membentuk pupa atau pupa yang sudah terdapat di dalam tanah itu tercangkul/terkena sinar matahari dan mati.
B.
Penyakit
1.
Penyakit layu Fusarium
Penyakit layu ini
disebabkan oleh jamur Fusarium
oxysporum f.
sp. Cubense
(FOC). Penyakit ini paling berbahaya dan mematikan, disamping
penyakit layu yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit layu, baik yang
disebabkan oleh Fusarium maupun bakteri sangat sukar untuk
dikendalikan, mudah berpindah, dan mampu bertahan dalam tanah dalam
jangka waktu yang lama.
Gejala
yang diperlihatkan akibat serangan penyakit ini adalah :
- Daun : berwarna kuning kehijauan pada daun tua, dimulai dari pinggir daun. Penguningan berlanjut ke daun yang lebih muda. Daun paling muda yang baru membuka adalah yang paling akhir memperlihatkan gejala.
- Batang semu : pecah membujur beberapa cm di atas tanah. Dapat juga terjadi pada tanaman muda atau anakan. Anakan menjadi kerdil, daun menyempit, batang semu pecah dan mengembang ke atas, mirip serangan kerdil pisang. Bila batang dipotong, ditemukan benang berupa garis berwarna hitam/ungu/coklat/kekuningan. Empulur biasanya tidak membusuk atau berwarna hitam.
- Bonggol : bila dipotong, bagian tengah berwarna hitam, coklat, atau ungu.
- Buah : umumnya tidak sampai panen. Bila dipanen pun ukurannya kecil, layu, dan matang sebelum waktunya.
- Jantung : awalnya normal, kemudian tumbuh kerdil dan layu. Bila dipotong tidak memperlihatkan perbedaan dengan jantung pisang sehat.
Pengendalian
penyakit ini dapat dilakukan dengan :
- Penggunaan bibit pisang bebas penyakit, yaitu bibit diambil dari lahan yang diyakini bebas dari penyakit layu Fusarium. Penggunaan bibit yang berasal dari kultur jaringan adalah salah satu bibit pisang yang bebas penyakit.
- Melakukan pergiliran tanaman.
- Melakukan sanitasi lahan, yaitu membersihkan gulma seperti rumput teki dan bayam-bayaman. Gulma tersebut merupakan inang sementara patogen penyakit layu Fusarium.
- Melakukan pengamatan cepat keberadaan FOC. Pada lahan yang akan ditanami pisang, terutama lahan baru, sebaiknya dilihat terlebih dahulu ada atau tidaknya FOC. Caranya, ambil tanah dari lahan yang akan digunakan untuk pertanaman pisang, masukkan ke dalam ember setinggi 25 cm. Campurkan kompos kotoran ayam dengan perbandingan 2 bagian kompos dan 8 bagian tanah. Biarkan selama 15 hari, lalu tanamkan anakan rebung pisang yang tidak tahan terhadap FOC (ambon kuning), kemudian amati selama 3 bulan. Bila lahan tersebut tercemar FOC, pisang yang ditanam akan segera memperlihatkan gejala penyakit layu Fusarium.
- Menanam jenis pisang yang tahan terhadap FOC, seperti Janten/Ketan, Muli, Tanduk, Raja Kinalun/Pisang Perancis, FHIA-25 dan FHIA-17.
- Jangan membawa atau memindahkan bibit pisang dari lokasi yang telah terserang ke lokasi yang masih bebas penyakit.
- Melakukan eradikasi atau pemusnahan dengan membasmi sumber penyakit (tanaman sakit) dengan membongkar dan membakar.
2.
Penyakit
layu bakteri
Penyakit
ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas
solanacearum.
Gejala
ditandai sebagai berikut :
- Daun : kuning pucat dan total pada daun nomor 2 dan 3, dari pangkal daun terus ke bagian pinggir. Penguningan berlanjut ke semua pinggir.
- Anakan : anakan dengan segera memperlihatkan gejala serangan kerdil, layu, daun kuning ketika anakan berumur 2-3 bulan.
- Batang : bila dipotong, bagian dalam (empulur) terlihat membusuk, berwarna coklat kemerahan.
- Bonggol : bila dipotong akan mengeluarkan cairan berwarna coklat kemerahan.
- Buah : pada tanaman induk yang terserang, penampilan buah normal, namun bila dipotong buah terlihat busuk dengan warna coklat kehitaman. Pada tanaman yang terserang sejak awal, buah tidak terbentuk sempurna dan kering.
- Jantung : mengering dan bila dipotong mengeluarkan cairan berupa susu. Bila potongan ini dimasukkan ke dalam air, akan terbentuk materi berupa benang-benang.
Pengendalian
penyakit layu bakteri dapat dilakukan dengan cara :
- Menggunakan bibit yang sehat.
- Lakukan sanitasi lahan, yaitu disarankan tidak melakukan tumpangsari atau menanam pisang di bekas lahan pertanaman tomat, jahe, terung, tekokak, meniran, leunca, dan kelompok tomat-tomatan lainnya.
- Membuat drainase di kebun.
- Pengendalian serangga penular. Basmi serangga ulat penggulung daun Erionata thrax L.
- Pemakaian jenis pisang tahan, diantaranya Pisang Raja Kinalun dengan nama lokal pisang Perancis, atau pisang Sepatu Amora, yaitu sejenis pisang kapok yang tidak mempunyai jantung, sehingga terhindar dari penyakit layu bakteri yang disebarkan oleh serangga.
- Pembungkusan buah dengan plastik transparan untuk menghindari serangan serangga penular. Dilakukan saat keluar jantung atau paling lama saat sisir pertama muncul.
3. Penyakit
bercak daun sigatoka
Penyakit ini
disebabkan oleh cendawan Mycosphaerella
musicola.
Penyakit ini menyebabkan permukaan daun menjadi rusak dan mati,
sehingga mengganggu proses fotosintesis, akibatnya produksi menjadi
menurun dan buah masak sebelum waktunya. Bahkan pada serangan berat
mengakibatkan kematian.
Gejala awal penyakit
terlihat pada daun ketiga atau keempat, berupa bercak kecil berwarna
kuning pucat. Bercak atau garis-garis ini makin lama makin membesar
dan memanjang, sehingga membentuk bercak bulat telur dengan pusat
mengering berwarna abu-abu. Pada tanaman muda, biasanya ukuran bercak
lebih lebar dibandingkan tanaman tua.
Perkembangan
penyakit dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain jenis pisang,
umur tanaman, dan faktor iklim. Jenis pisang komersil yang mudah
terserang antara lain kelompok Ambon (Cavendish dan Gross Michell),
Mas, Barangan, dan Raja Sere. Kondisi lingkungan yang baik untuk
perkembangan penyakit ini yaitu pada musim penghujan.
Cara pengendaliannya
yaitu dengan mengatur jarak tanam yang tidak terlalu rapat,
pemangkasan daun tua yang terserang, membakar serasah daun yang
terserang, dan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif
benzimidazole dan dithiocarbamate.
GOOD LUCK
BalasHapusBaiknya untuk memnjadi Dokter Tanaman siapkan beserta dengan cara-cara pengendalian dan saprotan ramah lingkungannyan.
Salam RL,
www.petanipeneliti.webs.com